Selasa, 17 Agustus 2010
Mampukah kita melunakkan hati kita ?
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati (QS Ali Imran: 185)
“kematian pasti menghampiri tiap diri manusia tanpa dapat dihindari. Sudah menjadi sunnatullah bahwa kehidupan ini pasti akan berakhir dengan kematian”
Celakalah bagi mereka yang santai, yang tidak mempersiapkan bekal untuk menghadapinya. Sebaliknya bahagialah mereka yang selalu ingat mati hingga mencari bekal yang banyak untuk menyambutnya
Sekilas memang pesan tersebut sangat populer dan klasik kita dengar, sering disampaikan namun anggapan itu akan segera runtuh jika kita mampu mengindra keadaan dunia ini yang semakin sempit, hina, kotor untuk dihuni ini.
Inti dari agama adalah meninggalkan dunia, maka kita diajak untuk memasuki inti kesadaran beragama tersebut. Hanya kaum kafir munafik sajalah yang masih banyak berharap terhadap dunia.
Allah SWT sangat mencela orang yang tergila-gila pada dunia, sampai-sampai Rasulullah SAW mengumpamakan dunia sebagai tempat makan atau minuman yang telah dikeluarkan manusia menjadi kotoran. Begitu hinanya dunia ini, namun kenapa kita masih saja terus berlomba-lomba mendapatkan bagian darinya.
Bingkai keinginan Menambatkan hati ke Syurga, bermimpi berkawan dengan kawan-kawan para penghuni Syurga, kita mampu mengajak hati kita untuk dilunakkan, mampu meninggalkan praktek-praktek perbuatan yang tidak disukai Allah SWT, karena sekecil apapun apa yang kita lakukan didunia ini kelak pasti akan mendapatkan balasan.
Sungguh, kebanyakkan manusia, terutama yang hidup saat ini, telah mengalami krisis ruhani dan sering menghindari segala sesuatu yang berkenaan dengan urusan akherat.
Mereka hanya memperhatikan urusan bagaimana cara mencari sesuap nasi untuk dapat hidup, menggemukan tubuh, mengejar materi demi melayani tubuhnya, serta berusaha semata-mata hanya untuk urusan materi belaka. Di era Kapitalisme nan jaya ini banyak umat dibelokkan dengan rayuan materi,materi dan materi
Pegawai hanya bekerja dan menanti akhir bulan untuk mendapatkan kenaikan gaji dan pangkat.
Pedagang berbuat curang, menipu, menimbun, dan mengumpulkan harta tanpa mengindahkan kadar halal-haram, kemudian menumpuk-numpuk keuntungan dalam berkas-berkas uang dan mengembangkannya dengan sistem bunga yang mengandung riba.
Buruh senantiasa menghabiskan hari-harinya untuk bekerja keras dan sibuk untuk mendapatkan bagian upahnya, tidak ada masalah lain yang diperhatikan.
Produsen hanya berupaya memproduksi karya-karya dan barang dagangannya untuk ditawarkan kepada konsumen.
Para petani sibuk pulang dan pergi sepanjang tahun untuk mengelola tanah dan ladangnya
Demikian juga, kita dapat melihat para mahasiswa-mahasiswi belajar dan bekerja, menulis makalah dan tugas akhir agar mereka dapat memperoleh ijazah dan sertifikat-sertifikat yang akan menempatkan mereka sebagai pegawai, serta mengantarkan mereka meraih posisi jabatan yang tinggi
Demikianlah, setiap orang yang pergi dan berangkat hanya memikirkan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan perkawinan. Mereka tidak bersegera untuk membersihkan jiwa dan meluruskan akhlak-akhlaknya yang butuh kepedulian. Mereka adalah hamba tubuhnya, hamba perut dan kelaminnya. Karena itulah, hati mereka keras seperti batu. Mereka beragama hanya untuk main-main dan bersendau gurau. Kenikmatan dunia ini telah menyesatkan mereka, sehingga peringatan tidak bermanfaat sedikitpun bagi mereka terhadap keadaan mereka.
Kita telah melihat banyak ulama, tokoh besar, ahli pidato, pemberi nasehat, kawan yang sering mengingatkan, pengajian yang bertebaran dimana-mana gratisss tanpa membayar sepeserpun, seminar-seminar memperbaiki diri dan Negara ini ---setelah lama waktu dan usaha yang lama--- hanya menemukan telinga-telinga yang tuli, mata-mata yang buta, dan hati yang tertutup, kecuali yang memperoleh rahmat dari ALLAH SWT, kendati demikian jumlah mereka hanya sedikit.
Demi Allah, sesungguhnya dunia ini adalah sebuah tipuan, hendakya kita berhati-hati terhadap tipuan itu, tipuan gemerlap duia, harta benda yang palsu, kehidupan yang menipu terlebih lagi sistem tipu daya yang memperalat diri kita, sungguh kematian itu lebih dekat pada kita daripada tali sandal.
“Sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” [QS. Al Ankabut: 64]
“kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku termasuk orang-orang yang berbuat baik” [QS Al Zumar: 58]
Kita diajak bukan berarti meninggalkan kegiatan duniawi, namun lebih ditekankan untuk meringankan beban dunia
Orang yang merugi besar adalah mereka yang mempunyai waktu luang, tubuh yang kuat, masih muda, dan belum pikun tetapi tidak digunakan untuk perbuatan yang bermanfaat baginya diakherat, bahkan menyia-yiakan waktunya untuk perkara yang hina, menghilangkan hidupnya yang berharga untuk hal-hal yang sia-sia
Dan kehinaan yang paling rendah adalah waktu luang yang tidak kamu manfaatkan untuk menhadap kepada Allah.
Wahai manusia, kehidupanmu merupakan nikmat dari Allah yang disiapkan untuk dirimu, sebagaimana firman Allah SWT : “Dan Dia telah menundukan (pula) bagimu matahari dan bulan yang trus menerus beredar (dalam orbitnya), dan telah pula menundukkan bagimu malam dan siang” [QS. Ibrahim;33]
Wahai orang-orang muslim, berhati-hatilah dari kelalaian dan kehanyutan menuruti hawa nafsu hingga melupakan kematian. Bersama mari kita sadarkan diri kita dan segera mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati. Sungguh, semua tidak akan membuatmu manfaat kecuali iman, takwa amal sholeh memperjuangkan kembali tegaknya hukum Allah di dunia ini, yang kelak kamu persembahkan untuk kehidupan akheratmu.
Semoga Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada kita, memberikan petunjuk serta membimbing kita ke jalan yang benar, dan segera menurunkan nasrullah-NYA yaitu sistem ISLAM dalam naungan Khilafah Islamiyah
Aku hanya seorang perempuan yang berusaha memperbaiki diri sendiri sembari mengajak orang lain untuk memperbaiki diri
Ya Allah Istiqomahkan kami dijalanMU ya Robb, semoga orang yang membaca artikel ini mampu melunakkan hatinya untuk ikut berjuang menegakkan agama-MU dimuka bumi ini. amin ya Robbal’alamin
Terus bergerak karena berproses bukan berarti diam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dan bykankah kita hanya menunggu saat2 indah itu akan datang. Mari Persiapkan kematian sebaik mungkin kawan
BalasHapus