Hhe..bahasanya udah pake bahasa tingkat
Mahasiswa nie. Cie..cieee
Ya ndapapalah, karena emang kudu tau nie
tentang Dunia Kampus kalau kita sebagai mahasiswa yang baru =) Tapi penulis tak
hanya mengkhususkan buat yang ngerasa muda alias mahasiswa baru aja loh. Yang
mahasiswa lama pun boleh nyimak nie tulisan. Ya namanya juga Dunia Kampus.
Dunia yang tak pernah lepas dari yang namanya “mahasiswa”. Ntah itu mahasiswa
baru mau pun mahasiswa lama.
Okey sekarang penulis ingin mengajak para
pembaca untuk sedikit merenungkan akan “Status menjadi seorang mahasiswa”.
Status ini tentu sangat berbeda dengan status sebelum menjadi mahasiswa
adalah seorang siswa. Masih ingat dan terbayang akankah dunia siswa lalu? Mungkin
masa-masa SMA/MA/sederajatnya. Hhe
Dimana aturan yang diberlakukan dulu ketika menjadi siswa cukup
ketat dan harus dilakukan. Misalkan saja harus berpakaian seragam, harus bersepatu
hitam, harus memakai ikat pinggang. Harus potong ramput sepak bagi yang
laki-laki. Yang perempuan harus pakai seragam yang longgar tidak ber-rok mini.
Belum lagi banyaknya aturan sekolah baik harus ikut ekstrakulikuler atau pun
latihan-latihan untuk lomba dan lain sebagainya. Nah…tapi, hal ini sangat
berbeda jika sudah masuk ke Dunia kampus alias Dunia Mahasiwa. Kalau kemarin
dunia siswa sekarang dunia Mahasiswa. Di dunia mahasiswa ini, mahasiswa diberikan
ruang bebas dalam segalanya. Bahkan penulis ber-warning- apabila seorang
mahasiswa tidak bisa mengambil peluang justru yang terjadi adalah ia mendapatkan
jebakan.
Bisa kita buat slogannya “Dunia Mahasiswa,
Penuh Peluang, Penuh Jebakan!”
Humm..jadi musti ati-ati nie kayaknya, yang
merasa sudah menjadi mahasiswa. Mahasiswa merupakan tingkat tertinggi dalam hal
jenjang pendidikan. Sehingga jangan heran jika masyarakat lingkungan alias
tetangga kita memandang seorang diri kita ini adalah berbeda dengan yang bukan sebagai
mahasiswa. Masyarakat itu memandang kita, dengan pandangan tinggat tinggi,
karena mahasiswa dipandang memiliki posisi penting dan terpandang. Ya, jelas
dipandang sebagai “intelektual, harapan perubahan bangsa lebih baik dan menjadi
tempat rujukan dalam mencari solusi permasalahan”.
Nah apalagi nie, kita yang terlebih sebagai
mahasiswa yang berkuliah di Kampus Islam. Penulis yakin bahwa masyarakat
menunggu kita untuk bisa menjadi harapan menyelesaikan masalah publik merujuk
kepada rujukan hukum-hukum Islam.
Berbicara tentang mahasiswa juga tidak bisa
terlepas dari ikonnya sebagai Agent of change dan iron stock-nya.
Namun, sayangnya sematan ikon tersebut banyak tak disadari sendiri oleh sang mahasiswanya.
Ya wajar sajalah, di tengah era Globalisasi saat ini yang penuh dengan godaan arus
kebebasan, dunia kampus pun tak luput dari serangan kebebasan tersebut. Baik
serangan kebebasan pemikiran, kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi,
hingga pergaulan yang bebas. Disinilah mahasiswa dihadapkan pada dunia kampus
yang varian dan tentunya ada peluang dan jebakan. Tuuh khan slogannya nonggol
lagi “Dunia Mahasiswa, penuh peluang, penuh jebakan”.
Maka menjadi mahasiswa memang
dituntut bersikeras untuk memilah-milah dan menemukan sosok bagaimana menjadi
mahasiswa Ideal. Sebelumnya penulis ingin bertanya. “Anda Muslim?” Jika “Ya”.
Maka jangan pernah lupakan status anda sebagai seorang Muslim. Sehingga
harapannya masuk ke Dunia Kampus tak sekedar memilah untuk menjadi “Mahasiswa
Ideal tetapi menjadi “Mahasiswa Muslim Ideal”. Yang sesungguhnya sosok inilah
yang sebenarnya diharapkan oleh keluarga, masyarakat bahkan negara.
Mengembalikan sadar status “Mahasiswa
Muslim” tentu tidak mudah harus dibarengi dengan wawasan pengetahuan dan
tsaqofah Islam sebagai benteng dalam menjagai diri sehingga tidak terperosok
dalam jebakan yang dapat mematikan peran tersebut.
Kembali kepada “Dunia Mahasiswa, penuh
peluang dan penuh jebakan”
Bagaimana yang dikatakan peluang : dikatakan
peluang apabila seorang mahasiswa mengambil pilihan aktivitas atau peluangnya
dengan niatan mengharap keridhoan Allah. Sehingga dorongan yang melandasi
aktivitas untuk memilihnya adalah dorongan keimanannya kepada Allah SWT. Bukan
karena asas manfaat atau pun asas nyaman tidaknya.
Mendudukan kembali bahwa tujuan mahasiswa di
kampus pun juga tidak terlepas dari hakikat tujuan kehidupan kita di dunia ini.
Karena dunia kampus merupakan bagian kecil yang turut andil dalam mewarnai fase
kehidupan kita didunia. Sehingga memang semustinya seorang mahasiswa harus memahami
dunia kampus agar tidak terjebak. Apabila setiap mahasiswa mampu mengarahkan
keinginannya untuk mengharap keridhoan Allah niscaya itulah peluang yang bisa
kita ambil. Misalkan saja ketika dapat tugas kuliah, hal ini akan menjadi
peluang ketika kita mengerjakan tugas tersebut dengan diniatkan untuk beribadah
kepada Allah, atau ketika diberikan kesempatan untuk berpresentasi, itu kita
niatkan juga untuk beribadah.
Contoh yang lain, ketika ikut organisasi pun juga
ikutlah karena dorongan keimanan sehingga organisasi yang diikutinya pun tentu
bukan organisasi jebakan yang menjauhkan kita dari hakekat tujuan hidup kita
yang sesungguhnya yakni beribadah. Dan tentunya aktivitas keorganisasian,
aktivitas kuliah baik yang bersifat akademik maupun yang non akademik tidak
kemudian melalaikan akan makna kebahagiaan mengharap keridhoan Allah. Disinilah
yang kemudian oleh penulis didefinisikan akan makna peluang dari slogan yang
disebut diatas tadi. Yakni melakukan aktivitas dengan niatan karena Allah dan
sesuai dengan aturan Islam. Bahkan tak hanya menjadi peluang tetapi insyallah
juga akan ada nilainya dihadapan Allah SWT. Aamiinn
Lantas bagaimana yang kemudian dimaksud
dengan dunia mahasiswa yang banyak jebakannya. Berbicara tentang jebakan tentu
bisa kita melihat fakta kerusakan remaja akhir-akhir abad ini, tak terkecuali
juga pelakunya adalah usia-usia mahasiswa. Menurut penulis ketika ia (Seorang
mahasiswa) melalaikan akan makna kebahagiaa hakiki dan makna hakekat kehidupannya
yang untuk beribadah tentu akan sangat mudah sekali terjebak dalam jebakan semu.
Dari kuliah, misalkan saja pada ruang
kuliah hanya diberikan kesempatan 75%. Belum lagi dalam perjalanan kuliah yang
harus dihadapkan pada banyaknya tugas
sehingga membelenggu para mahasiswa untuk berteguklutut fokus dengan padatnya
tugas. Ketika banyak tugas, sayangnya tugas ditambah lagi dengan minggu
depannya harus mempresentasikan makalah. Lelah memang, bisa kita bayangkan
sejenak. Seminggu sebelumnya sibuk mencari buku di Perpustakaan, belum lagi
pinjamnya harus naik dulu ke Perpustakaan lantai 3. Ditambah dengan bahan buku
bacaan yang harus dikebut dan itu lebih dari dua buku. Setelah itu diambil mana
yang penting dan mana yang harus diketik untuk disusun dalam makalah. Itu pun
baik tugas makalah individu maupun makalah kelompok. Setelah makalah jadi. Masalah
tak kunjung selesai, masih ditambah dengan harus mengusai bahan presentasi
secara matang. Untuk apa? Untuk bisa
mempresentasikan di depan Kelas dan bisa menjawab pertanyaan dari Dosen dan dari
mahasiswa. Setelah presentasi selesai.
Jangan dikira masalah tugas kampus
selesai. Ini baru SATU matakuliah belum dengan mata kuliah yang lainnya yang
sebagian besar menggunakan metode yang sama yakni membuat makalah, mpresentasikan
pada setiap minggunya. Huhh… presentasi bak antrian beli tiket diantrian loket
kereta api. Setiap minggu pasti ada makalah dan presentasi yang harus
ditampikan setiap minggunya. Bisa kita bayangkan bukan, bikin pusing, tidak
bisa mengkaji Islam, fokus masalsah tugas. Haduuuh…apabila mahasiswa
terkodisikan mengikuti alur sistem kampus seperti itu, bisa dipastikan masuk
pada bagian mahasiswa yang terjebak sibuk pada kuliah.
Ya penulis tau itu sih memang tugasnya anak
mahasiswa. Tapi, mari kita tengok efek jangka panjangnya apabila kondisi
seperti itu tidak diambil alih untuk diposisikansebagai peluang yang diniatkan
untuk beribadah. Efeknya ia pun sibuk mengurusi tugas-tugasnya tetapi
melalaikan perkara yang sifatnya publik, misalkan kasus korupsi yang merugikan
uang rakyat, kasus hukum yang tidak adil, mahalnya biaya bahan pokok bahkan
biaya pendidikan. Parahnya sampai melupakan untuk mengugurkan kewajiban ‘ain (mengkaji
Islam Kaffah).
Sehingga apabila kebiasaan inni dilanjutkan
ini bisa berimbas kepada jebakan yang menyibukkan berfikir hanya skup pribadi
semata (individualisme) ditengah-tengah banyaknya permasalahan bangsa saatini.
Apa jadinya jika seorang mahasiswa yang digandang-gadang masyarakat sebagai agent
of change justru malah memikirkan kepentingan dan urusannya pribadi tentu
ini akan mematikan peran dan harapan masyarat dan bangsa sendiri.
Penulis
kembali menegaskan bahwa Dunia kampus adalah dunia yang penuh tantangan yang
didalamnya banyak peluang dan banyak jebakan. Semustinya dari hal tersebut kita segera
sadar status yakni menjadi MAHASISWA MUSLIM yang menjadikan Islam sebagai kepemimpinan kita dalam berfikir. Untuk itu
dibutuhkan upaya untuk memahami Islam secara komprehensif, mengamalkannya serta
menyebarkannya. Semoga status kita sebagai mahasiswa saat ini mampu memainkan perannya sebagai
agen pengubah menuju perubahan yang lebih baik dengan Islam kaffah.
Aamiin Allahuma Aamin.
[Ukhtyan, 19 September 2012. 8.14 am]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami