Selasa, 18 September 2012

Sudahkah Kita Mengenal Dunia Kampus ???


 

Hhe..bahasanya udah pake bahasa tingkat Mahasiswa nie. Cie..cieee
Ya ndapapalah, karena emang kudu tau nie tentang Dunia Kampus kalau kita sebagai mahasiswa yang baru =) Tapi penulis tak hanya mengkhususkan buat yang ngerasa muda alias mahasiswa baru aja loh. Yang mahasiswa lama pun boleh nyimak nie tulisan. Ya namanya juga Dunia Kampus. Dunia yang tak pernah lepas dari yang namanya “mahasiswa”. Ntah itu mahasiswa baru mau pun mahasiswa lama. 
Okey sekarang penulis ingin mengajak para pembaca untuk sedikit merenungkan akan “Status menjadi seorang mahasiswa”. Status ini tentu sangat berbeda dengan status sebelum menjadi mahasiswa adalah seorang siswa. Masih ingat dan terbayang akankah dunia siswa lalu? Mungkin masa-masa SMA/MA/sederajatnya. Hhe 
Dimana aturan yang diberlakukan dulu ketika menjadi siswa cukup ketat dan harus dilakukan. Misalkan saja harus berpakaian seragam, harus bersepatu hitam, harus memakai ikat pinggang. Harus potong ramput sepak bagi yang laki-laki. Yang perempuan harus pakai seragam yang longgar tidak ber-rok mini. Belum lagi banyaknya aturan sekolah baik harus ikut ekstrakulikuler atau pun latihan-latihan untuk lomba dan lain sebagainya. Nah…tapi, hal ini sangat berbeda jika sudah masuk ke Dunia kampus alias Dunia Mahasiwa. Kalau kemarin dunia siswa sekarang dunia Mahasiswa. Di dunia mahasiswa ini, mahasiswa diberikan ruang bebas dalam segalanya. Bahkan penulis ber-warning- apabila seorang mahasiswa tidak bisa mengambil peluang justru yang terjadi adalah ia mendapatkan jebakan. 
Bisa kita buat slogannya “Dunia Mahasiswa, Penuh Peluang, Penuh Jebakan!” 
Humm..jadi musti ati-ati nie kayaknya, yang merasa sudah menjadi mahasiswa. Mahasiswa merupakan tingkat tertinggi dalam hal jenjang pendidikan. Sehingga jangan heran jika masyarakat lingkungan alias tetangga kita memandang seorang diri kita ini adalah berbeda dengan yang bukan sebagai mahasiswa. Masyarakat itu memandang kita, dengan pandangan tinggat tinggi, karena mahasiswa dipandang memiliki posisi penting dan terpandang. Ya, jelas dipandang sebagai “intelektual, harapan perubahan bangsa lebih baik dan menjadi tempat rujukan dalam mencari solusi permasalahan”. 
Nah apalagi nie, kita yang terlebih sebagai mahasiswa yang berkuliah di Kampus Islam. Penulis yakin bahwa masyarakat menunggu kita untuk bisa menjadi harapan menyelesaikan masalah publik merujuk kepada rujukan hukum-hukum Islam.

Berbicara tentang mahasiswa juga tidak bisa terlepas dari ikonnya sebagai Agent of change dan iron stock-nya. Namun, sayangnya sematan ikon tersebut banyak tak disadari sendiri oleh sang mahasiswanya. Ya wajar sajalah, di tengah era Globalisasi saat ini yang penuh dengan godaan arus kebebasan, dunia kampus pun tak luput dari serangan kebebasan tersebut. Baik serangan kebebasan pemikiran, kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi, hingga pergaulan yang bebas. Disinilah mahasiswa dihadapkan pada dunia kampus yang varian dan tentunya ada peluang dan jebakan. Tuuh khan slogannya nonggol lagi “Dunia Mahasiswa, penuh peluang, penuh jebakan”.

Maka menjadi mahasiswa memang dituntut bersikeras untuk memilah-milah dan menemukan sosok bagaimana menjadi mahasiswa Ideal. Sebelumnya penulis ingin bertanya. “Anda Muslim?” Jika “Ya”. Maka jangan pernah lupakan status anda sebagai seorang Muslim. Sehingga harapannya masuk ke Dunia Kampus tak sekedar memilah untuk menjadi “Mahasiswa Ideal tetapi menjadi “Mahasiswa Muslim Ideal”. Yang sesungguhnya sosok inilah yang sebenarnya diharapkan oleh keluarga, masyarakat bahkan negara.

Mengembalikan sadar status “Mahasiswa Muslim” tentu tidak mudah harus dibarengi dengan wawasan pengetahuan dan tsaqofah Islam sebagai benteng dalam menjagai diri sehingga tidak terperosok dalam jebakan yang dapat mematikan peran tersebut.

Kembali kepada “Dunia Mahasiswa, penuh peluang dan penuh jebakan”

Bagaimana yang dikatakan peluang : dikatakan peluang apabila seorang mahasiswa mengambil pilihan aktivitas atau peluangnya dengan niatan mengharap keridhoan Allah. Sehingga dorongan yang melandasi aktivitas untuk memilihnya adalah dorongan keimanannya kepada Allah SWT. Bukan karena asas manfaat atau pun asas nyaman tidaknya.

Mendudukan kembali bahwa tujuan mahasiswa di kampus pun juga tidak terlepas dari hakikat tujuan kehidupan kita di dunia ini. Karena dunia kampus merupakan bagian kecil yang turut andil dalam mewarnai fase kehidupan kita didunia. Sehingga memang semustinya seorang mahasiswa harus memahami dunia kampus agar tidak terjebak. Apabila setiap mahasiswa mampu mengarahkan keinginannya untuk mengharap keridhoan Allah niscaya itulah peluang yang bisa kita ambil. Misalkan saja ketika dapat tugas kuliah, hal ini akan menjadi peluang ketika kita mengerjakan tugas tersebut dengan diniatkan untuk beribadah kepada Allah, atau ketika diberikan kesempatan untuk berpresentasi, itu kita niatkan juga untuk beribadah.

Contoh yang lain, ketika ikut organisasi pun juga ikutlah karena dorongan keimanan sehingga organisasi yang diikutinya pun tentu bukan organisasi jebakan yang menjauhkan kita dari hakekat tujuan hidup kita yang sesungguhnya yakni beribadah. Dan tentunya aktivitas keorganisasian, aktivitas kuliah baik yang bersifat akademik maupun yang non akademik tidak kemudian melalaikan akan makna kebahagiaan mengharap keridhoan Allah. Disinilah yang kemudian oleh penulis didefinisikan akan makna peluang dari slogan yang disebut diatas tadi. Yakni melakukan aktivitas dengan niatan karena Allah dan sesuai dengan aturan Islam. Bahkan tak hanya menjadi peluang tetapi insyallah juga akan ada nilainya dihadapan Allah SWT. Aamiinn
Lantas bagaimana yang kemudian dimaksud dengan dunia mahasiswa yang banyak jebakannya. Berbicara tentang jebakan tentu bisa kita melihat fakta kerusakan remaja akhir-akhir abad ini, tak terkecuali juga pelakunya adalah usia-usia mahasiswa. Menurut penulis ketika ia (Seorang mahasiswa) melalaikan akan makna kebahagiaa hakiki dan makna hakekat kehidupannya yang untuk beribadah tentu akan sangat mudah sekali terjebak dalam jebakan semu.
Dari kuliah, misalkan saja pada ruang kuliah hanya diberikan kesempatan 75%. Belum lagi dalam perjalanan kuliah yang harus dihadapkan  pada banyaknya tugas sehingga membelenggu para mahasiswa untuk berteguklutut fokus dengan padatnya tugas. Ketika banyak tugas, sayangnya tugas ditambah lagi dengan minggu depannya harus mempresentasikan makalah. Lelah memang, bisa kita bayangkan sejenak. Seminggu sebelumnya sibuk mencari buku di Perpustakaan, belum lagi pinjamnya harus naik dulu ke Perpustakaan lantai 3. Ditambah dengan bahan buku bacaan yang harus dikebut dan itu lebih dari dua buku. Setelah itu diambil mana yang penting dan mana yang harus diketik untuk disusun dalam makalah. Itu pun baik tugas makalah individu maupun makalah kelompok. Setelah makalah jadi. Masalah tak kunjung selesai, masih ditambah dengan harus mengusai bahan presentasi secara matang.  Untuk apa? Untuk bisa mempresentasikan di depan Kelas dan bisa menjawab pertanyaan dari Dosen dan dari mahasiswa. Setelah presentasi selesai.
Jangan dikira masalah tugas kampus selesai. Ini baru SATU matakuliah belum dengan mata kuliah yang lainnya yang sebagian besar menggunakan metode yang sama yakni membuat makalah, mpresentasikan pada setiap minggunya. Huhh… presentasi bak antrian beli tiket diantrian loket kereta api. Setiap minggu pasti ada makalah dan presentasi yang harus ditampikan setiap minggunya. Bisa kita bayangkan bukan, bikin pusing, tidak bisa mengkaji Islam, fokus masalsah tugas. Haduuuh…apabila mahasiswa terkodisikan mengikuti alur sistem kampus seperti itu, bisa dipastikan masuk pada bagian mahasiswa yang terjebak sibuk pada kuliah.
Ya penulis tau itu sih memang tugasnya anak mahasiswa. Tapi, mari kita tengok efek jangka panjangnya apabila kondisi seperti itu tidak diambil alih untuk diposisikansebagai peluang yang diniatkan untuk beribadah. Efeknya ia pun sibuk mengurusi tugas-tugasnya tetapi melalaikan perkara yang sifatnya publik, misalkan kasus korupsi yang merugikan uang rakyat, kasus hukum yang tidak adil, mahalnya biaya bahan pokok bahkan biaya pendidikan. Parahnya sampai melupakan untuk mengugurkan kewajiban ‘ain (mengkaji Islam Kaffah).
 Sehingga apabila kebiasaan inni dilanjutkan ini bisa berimbas kepada jebakan yang menyibukkan berfikir hanya skup pribadi semata (individualisme) ditengah-tengah banyaknya permasalahan bangsa saatini. Apa jadinya jika seorang mahasiswa yang digandang-gadang masyarakat sebagai agent of change justru malah memikirkan kepentingan dan urusannya pribadi tentu ini akan mematikan peran dan harapan masyarat dan bangsa sendiri.
 Penulis kembali menegaskan bahwa Dunia kampus adalah dunia yang penuh tantangan yang didalamnya banyak peluang dan banyak jebakan. Semustinya dari hal tersebut kita segera sadar status yakni menjadi MAHASISWA MUSLIM yang menjadikan Islam sebagai kepemimpinan kita dalam berfikir. Untuk itu dibutuhkan upaya untuk memahami Islam secara komprehensif, mengamalkannya serta menyebarkannya. Semoga status kita sebagai mahasiswa saat ini mampu memainkan perannya sebagai agen pengubah menuju perubahan yang lebih baik dengan Islam kaffah. Aamiin Allahuma Aamin.


[Ukhtyan, 19 September 2012. 8.14 am]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami