Berselang waktu sekitar dua jam, forum tambahan kami selesai. Kami berjeda yang awalnya terencana untuk makan siang dan sholat. Dengan menjinjing tas dan jaket Aku masuk ke dalam Rumbin. Saat aku meletakkan tas dan jaket diruang tengah aku melihat dari pintu kamar pojok yang kebetulan dekat dengan ruang tegah melihat ada yang terkudung slimut dari atas hingga bawah. Ku lihat "Itu Muslimah". Ku masuk kamar ada Mbak Tanjuu disana. "Muslimah kenapa mbak?" Tanyaku
"Tiba-tiba dia demam,tolong pijatkan kakinya sebelah sini dan sini" Jawab Mbak Tanjuu sembari menunjukkan gambar kaki pada buku pijat herbal. Kondisinya menggigil kedinginan, Masyallah bagian leher keatas dan wajahnya begitu panas. Namun ia justru merasakan kedinginan. Awalnya aku sangat heran "Perasaan baru tadi pagi dia duduk diruang tengah baik-baik saja". Tapi kini ia berbaring diatas kasur berselimut double dan meringkih kesakitan. Sesekali ia muntah, setiap ada sesuatu yang dimasukkan ia muntah. Aku dan Mbak Tanjuu hanya bisa memijat kaki, kepalanya serta memberikan madu dan sari kurma. Walhasil ia pun juga tetap muntah tak bisa perutnya untuk dimasuki makanan.
Waktu terus berlalu, ku tinggal sejenak untuk menunaikan sholat.
Masih saja Muslimah belum turun panasnya, terus dituntun doa dan banyak sahabat-sahabat lainnya berdatangan menemaninya. Singkat waktu.
Hampir menunjukkan waktu ashar, Muslimah masih dalam kondisi sering muntah dan demam. Ada masa dimana saat itu kondisinya cukup menegangkan. Muslimah yang berbaring diatas kasur meneteskan air mata dengan nada kuatir ia mengatakan "tanganku...kesemutan, semua badanku kesemutan, tanganku...tanganku...tidak bisa digerakkan. Aku coba untuk menyentuhnya namun ia bilang "Sakit, jangan dipegang. Gimana tidak bisa digerakan".
Istigfar ukh, ia pun beristigfar banyak dan memohon kepada Allah. Masyallah kita sungguh panik dan bingung harus bagaimana lagi. Dengan nada lirih Muslimah memintaku untuk "Tolong bacakan aku Al Qur'an, tolong ukhty". Bergegas ku singsingan lengan jilbab dan berlari menuju ke kran samping dapur di belakang untuk wudhu. Baru hendak memegang Qur'an ia teriak "Tolong panggilkan adikku, tolong!".
Kuambil kunci motor, bergegas keluar dan menyalakan "slah" motor. Aku pun menuju kost Muslimah yang jaraknya tidak jauh dari Rumbin. Ku parkir motor didepan,segera ku berlari dan mengetuk-ketuk pintu. Untung adiknya ada dikost. "Dik, ke Rumbin yuk". Dengan heran si adek bilang "Ahh gak ahh, mbak ngapain hujan gini". "Hujan gerimis kok dik" Sambungku. Ayo dek, Mbakmu pusing de. Mbak ga tau apa obatnya mungkin adik bisa minta tolong untuk membelikannya ke Apotek".
"Gak mau mbak, mbakku tadi pagi saja baik-baik". "Udahlah dek ayo ikut". Awalnya ia susah untuk diajak menemui kakaknya akhirnya terbujuk juga.
Sesampai di Rumbin, pintu kamar ditutup. Ku tanya Mbak Tanjuu "Gimana mbak kondisinya?" "ia sedang sholat"Jawabnya.
Aku tidak mengikuti bagaimana kondisi dia seketika bisa bergerak dan bertayamum untuk sholat. Subhanallah...muski masih pusing Muslimah tetap menjalankan sholat dan kami pun berjamaah sholat. Seusai sholat, kami menyimak tadarus bersama. Ia masih pusing sembari baringan.
***
Ibroh yang bisa kita ambil dari kisah nyata ini adalah
1. Tak ada yang menyangka kapan datangnya sakit, hal yang awalnya kita lihat sehat-sehat saja, namun seketika itu juga bisa sakit.
2. Tawakal kepada Allah, orang yang sakit seketika itu jua ia akan teringat akan kesalahan-kesalahan yang dilakukannya. Maka orang yang sakit semestinya akan tergerak untuk bertekad lebih baik lagi daripada sebelumnya. Untuk itu, berbuat amal sholih dan taat kepada Allah janganlah menunggu tersadarkan dengan menunggu datangnya sebuah ujian sakit baru akan sadar.
3. Bagi kita saat ini yang masih sehat, betapa luar biasanya nikmat kesehatan yang Allah berikan kepada kita saat ini. Semoga kita bisa menggunakan sisa-sisa waktu kehidupan ini dengan lebih baik untuk mengharapkan keridhoan-Nya dengan menjadi sebaik-baik hamba. Insyallah
Gubug Biru, 15/02/13, 7.05 am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami