Bismillah…
Berikut kurang lebih sepercik 'oleh-oleh' dari acara IBC 6 bersama Ustadz Dwi Chondro Triono PhD.
Sahabat Muslim yang dirahmati Allah
Allah SWT tentang berbagai karunia yang telah diberikan di dunia hanya satu pertanyaan. Namun khusus untuk harta ternyata Allah SWT menanyakan dua pertanyaan,
Rasulullah SAW bersabda, “Kedua telapak kaki seorang anak Adam di hari kiamat masih belum beranjak di sisi Tuhannya sebelum ditanya mengenai lima perkara: tentang umurnya, apa yang telah dilakukannya? Tentang masa mudanya, apa yang telah dilakukannya? Tentang hartanya, dari mana dia memperolehnya? Dan untuk apa dibelanjakannya? Tentang ilmunya, apa yang dia kerjakan dengan ilmunya itu?” (HR. Ahmad dan At Tabrani)
Dalam hal rezeki, bisa ditempuh dengan dua jalan yaitu dengan cara halal atau haram.
Yang halal disebut dengan rezeki halal, yang dengan cara haram pun disebut rezeki haram, semuanya rizki dari Allah.
Misal ada orang nyolong (mencuri) sepeda motor yang tidak tertangkap, kemudian menjual sepeda motor dengan sukses dan mendapatkan uang 5 juta, ini rezeki yang haram, Why? karena perolehannya dengan cara haram
Semua yang sampai kepada kita itu disebut rezeki dan kepemilikan.
Yang tidak dengan halal, misal riba itu bukan milik anda, kalau anda memanfaatkan jatuhnya haram. Apa mau di bakar di neraka dulu walaupun itu rezeki juga dari Allah SWT?
Kalau sudah diingatkan (riba itu haram) tetapi tetap mengambil riba, berarti pondasinya yang rapuh
Bismillah...
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
(QS. Al A'raf:179)
Ini ada peringatan dari Allah, ada dua huruf taukid, huruf yang sungguh pasti akan Kami penuhi neraka jahanam dengan jin dan manusia. Jadi, ini sudah Allah sampaikan, sudah Allah umumkan.
Pertanyaannya, kenapa dia masuk ke neraka?
Ternyata hanya karena melakukan tiga kesalahan, atau salah satu dari tiga kesalahan
1. Lahum kuluubun, diberi hati diberi akal tetapi tidak digunakan untuk berpikir
2. Walahum a'yunun, diberi mata tapi tidak digunakan untuk melihat, merem terus-matanya dipejamkan
3. Walahu adzanun, diberi telinga tapi tidak digunakan untuk mendengar, telinganya ditutupi
Mereka itu seperti binatang ternak!
Bila binatang yang biasa-biasa (liar) itu masih ada harga dirinya karena mencari harta/makanan sendiri, sedangkan binatang ternak? mengapa lebih rendahan? Karena hewan ternak, hewan yang makanannya diberikan dari pemelihara bukan dari mencari sendiri.
Jika diibaratkan demikian maka mereka itulah orang-orang yang lalai.
Sekali lagi, mereka itu masuk neraka dengan tiga kesalahan,
1. Hati > tidak untuk memahami
2. Mata > tidak untuk melihat
3. Telinga > tidak untuk mendengar
Mengapa?
Apa hubungan antara tidak mau berpikir?
Apa hubungan antara tidak mau melihat?
Apa hubungan antara tidak mau mendengar?
kecuali dilanjutkan ayat berikutnya…
mereka itu seperti binatang, yang bisa mengurai dari ayat selanjutnya...
Kita lihat rahasianya, menghubungkan tidak mau melihat, tidak mau memahami, tidak mau mendengar sama dengan binatang ternak
Kita dalami apa yang disamakan dengan binatang?
Kita deteksi manusia!
Ternyata setelah kita deteksi ada dua kemungkinan jenis manusia, diantara yang mana?
Manusia jenis pertama adalah manusia jadi-jadian sedangkan manusia jenis kedua adalah manusia sejati (sejatining manungsa).
Yang hadir di acara ini pun hanya dua kemungkinan saja. Kalau gak manusia sejati, yaa manusia jadi-jadian (yang fisiknya saja manusia tetapi dalamnya bukan manusia)
Manusia sejati dipimpin oleh akal sebelum dia melakukan perbuatan, dia berpikir dulu
Sedangkan manusia jadi-jadian dipimpin oleh nafsu, keinginan dulu baru berpikir.
Sekarang kita masuk ke periode berikutnya,
Bagaimana kita mengetahuinya, marilah kita melakukan uji coba
Dia (sebut saja Fulan namanya), Fulan adalah orang desa yang akan di bawa ke Jogja. Lalu, kira-kira apa yang akan Fulan perbuat di Jogja?
Apa reaksinya begitu Fulan kita taruh di Malioboro?
Misalkan Kita melihat Fulan dari kejauhan di atas (melihat dari teras bangunan bertingkat) dan melihat Fulan sedang berada di bawah di jalan Malioboro, lihat apa reaksinya Fulan?
Kira-kira reaksinya apa?
Fulan melihat mobil mewah (ingat Fulan ini orang desa)
Setelah melihat mobil mewah, Fulan ini nafsunya muncul, dia tertarik, dia akan berpikir keras bagaimana agar bisa mendapatkan mobil itu.
Kemudian Fulan jalan lagi, lalu dia melihat di Malioboro ada perhiasan yang indah, dia kagum karena biasanya (orang desa) pakai gelang suket (rumput)..hehe.
Apa reaksinya?
Setelah melihat perhiasan yang indah. Fulan ini nafsunya muncul, dia langsung tertarik, dia akan berpikir keras bagaimana agar bisa mendapatkan gelang tersebut.
Kemudian Fulan jalan lagi, kemudian dia melihat ada rumah mewah, apa reaksinya?
Fulan ini nafsunya muncul, dia tertarik kemudian dia akan berpikir keras bagaimana agar bisa mendapatkan rumah mewah.
Selanjutnya dia jalan lagi, sekarang dia ketemu apa?
Dia ketemu makanan yang lezat-lezat, Hmm….apa reaksinya?
Fulan ini nafsunya muncul, dia tertarik kemudian dia akan berpikir keras bagaimana agar bisa mendapatkann makanan yang lezat.
Dia jalan lagi, Fulan kemudian ketemu apa?
Hayoo tebak ketemu apa? (hehe)
Fulan ketemu wanita cantik, apa reaksinya?
Reaksi Fulan ini nafsunya muncul, dia tertarik kemudian dia akan berpikir keras bagaimana agar bisa 'ngembat' cewek.
Kesimpulannya, manusia apakah dia?
Dia bukan manusia..!!!
Dia manusia jadi-jadian..!!!
Dia sama dengan binatang..!!
Ciri binatang, yang membuat binatang 'berbuat' adalah untuk memenuhi nafsunya.
Berarti yang menggerakan binatang hanya nafsunya, lantas apa bedanya dengan manusia jika penggeraknya juga nafsunya?
Ya, bedanya manusia lebih rendah dari binatang, lebih jelek, lebih sesat!
Kenapa?
Jika manusia memenuhi dorongan nafsunya di dukung akalnya, bagaimana akibatnya?
Misalkan saja, jika sapi lapar , sapi akan perlu makan secukupnya, jika sudah kenyang maka dia akan diam. Kalau manusia? dia makan sekeranjang pun tidak cukup? makan sehutan-hutannya gunung bisa 'di telan', karena manusia punya nafsu dan akal, lebih mengerikan daripada binatang bukan?
Itulah manusia jadi-jadian!
Uji coba kedua
Fulan kita uji coba lagi, ingat Fulan ini orang dari desa, kita bawa ke Jogja
Kita melihat Fulan dari kejauhan di atas (melihat dari teras bangunan bertingkat) dan melihat Fulan sedang berada di bawah di jalan Malioboro, lihat apa reaksinya Fulan?
Di Malioboro dia melihat ada mobil mewah, apa reaksinya?
Nafsunya muncul, dia tertarik, namun dia hanya diam.
Kemudian Fulan jalan lagi, dia melihat ada perhiasan super mewah, apa reaksinya?
Nafsunya muncul, dia tertarik, namun dia hanya diam.
Jalan lagi melihat ada rumah, apa reaksinya?
Nafsunya muncul, dia tertarik, namun dia hanya diam.
Oooh...mungkin dia sudah lapar, dia melihat makanan lezat, apa reaksinya?
Nafsunya muncul, dia tertarik, namun dia hanya diam.
Jalan lagi, dia melihat wanita cantik, apa reaksinya?
Nafsunya muncul, dia tertarik, namun dia hanya diam.
Mengapa dia hanya diam???
Dia (Fulan) mulai duduk sendiri di alam sunyi tiada orang yang menemani (*achiee)
Mengapa dia hanya diam???
Mengapa dia tidak berbuat apa-apa???
Padahal keinginannya banyak???
Rumah, wanita, kenapa dia hanya diam???
Fulan ini manusia apa???
Manusia (Fulan) ini tidak akan perbuat apa-apa!
Dia hanya diam saja, duduk saja, walaupun lapar ia tetap duduk!
Walaupun haus ia tetap duduk, tetep diam, tidak berbuat, berdiri gak mau, pokoknya tetap duduk!
Fulan tetap di Malioboro, kita melihat dia dari atas, Fulan diam membisu seribu kata!
Ternyata apa???
Kira-kira apa yang dia pikirkan??
Yang dia pikirkan apa???
Untuk mengetahui dia manusia sejati atau bukan, tergantung dari apa yang dipikirkan.
Fulan kemudian menanyakan tujuannya apa dia di bawa ke Jogja?.
"Apa tujuan saya dibawa ke Jogja?"
"Saya ingin tanya, saya di bawa ke jogja untuk apa?" (Fulan mengulangi pertanyaannya)
"Sebelum saya mendapatkan jawaban ini, saya akan tetap duduk disini."
"Untuk apa saya berada di Jogja?"
"Apakah saya ke Jogja untuk mencari mobil?"
"Apakah saya ke Jogja untuk mencari rumah?"
"Apakah saya ke Jogja untuk makanan? Cewek?"
"Saya tidak akan berbuat apa pun sebelum pertanyaan ini dijawab. Apa tujuan saya di bawa ke Jogja?" tanya ulang Fulan.
Inilah hakikat manusia yang sebenarnya, manusia emas, manusia yang sejati
Ternyata Fulan manusia sejati!
Ciri manusia sejati adalah manusia yang mengawali hidupnya dengan berpikir,
Dari mana saya hidup?
Untuk apa saya hidup?
Akan kemana setelah saya hidup?
Harusnya Fulan tahu di Jogja tujuannya untuk apa, tetapi dia malah sudah kemana-kemana sebelumnya!
Apa kita pun juga tidak sadar?
Yang saat ini sudah berusia 30 tahun, 20 tahun, 40 tahun sudah kemana-manasaja? tapi kita tidak berpikir untuk mengawali tujuan hidup kita??
"SAYA INI HIDUP UNTUK APA?"
Kalau kita tidak bisa mengawali hidup dengan berpikir, jangan mengatakan anda "manusia"!
Kalau ada manusia yang 'mengaku' manusia tetapi melakukan apa saja, tidak mengawali hidupnya dengan pertanyaan "Apa tujuan hidupnya di dunia", dia seperti binatang yang lebih rendah, dan manusia seperti ini akan menghancurkan bumi, merusak alam semesta.
Kenapa?
Karena semua hidupnya dituntun oleh nafsu dan akalnya dan mengakibatkan remuknya dunia
dan kalau kita mau jujur, kita bisa survei berapa yang disebut manusia sejati dan mengawali hidup ini.
Dia bertanya untuk apa?
Terus yang menciptakan saya siapa?
Terus akan kemana?
Bila tidak terjadi disebut misteri hidup yang menyebabkan kita masuk ke kota yang gelap.
Maka selama tidak mengawali hidupnya dengan tiga pertanyaan di atas tidak layak disebut manusia
Dia (manusia) sangat membutuhkan jawaban itu!
Manusia tidak akan menjalani hidupnya sebelum manusia itu tahu akan apa tujuan hidup manusia di dunia
Pun dengan Fulan yang dia diajak ke Jogja, dari tadi Fulan kita bawa ke Malioboro, melihat macam-macam dan lapar
Fulan ingin tau apa tujuan dia dibawa kesini, untuk apa?
Nah sebaliknya, jika manusia di tanya "Apa tujuan hidupnya di dunia?" dan memperoleh jawaban, dia akan terbang melambung, dia akan bangkit, dia akan jadi manusia semangat dan terus semangat karena mengetahui hakikat hidupnya.
Hidup itu akan menjadi terang benderang walau di gelap malam.
Dia akan bangkit melihat dunia ini!
Dan jawaban itu akan menjadi pengikat seluruh pemikirannya, seluruh perasaanya dan perbuatannya. Itulah titik bangkit manusia, yaitu tahu jawaban dari "Untuk apa hidup di dunia?"
Fulan ingin tau apa tujuan dia di bawa ke Jogja, untuk apa tujuannya?
Ternyata tujuannya Fulan di ajak ke Jogja adalah untuk pergi ke Jakarta, maka seketika kemudian Fulan bangkit!
Maka kita tau bagaimana reaksinya Fulan, dia akan fokus menuju ke Jakarta dan menuju Jakarta.
Tujuan ke Jakarta itu tidak hanya menjadi perasaannya, tetapi juga menjadi pemikirannya, kenapa?
Semua diikat oleh perbuatan dan mengikutinya, sehingga dia berusaha untuk mencari bus yang jurusannya menuju Jakarta atau Kereta Api yang menuju ke jakarta.
Dia pun tidak melihat lagi bagus/mewahnya kualitas bus atau kereta. Bila ada bus yang bagus, tapi jurusannya ke Surabaya maka dia langsung menolak. Dia 'cuma' mau yang jurusannya ke Jakarta.
Datanglah mobil jurusan ke Jakarta namun dengan body yang jelek, yang rodanya tinggal 3 yang satunya pake krek (...hehe), mobil yang gak ada AC-nya, yang naik (padat) unyel-unyelan, kemudian Fulan memeluk mobil jelek itu dan berkata
"Ini yang saya tunggu-tunggu"
Kenapa?
Ya, dia telah diikat oleh satu jawaban yaitu tujuannya ke Jakarta. Meski busnya mogok di jalan, pokoknya tujuannya ke Jakarta. Inilah, seluruhnya terikat dengan ikatan tujuan "ke Jakarta", itulah dahsyatnya jawaban dari tujuan ke Jogja tadi.
Bagi manusia yang bisa menjawab "Apa tujuannya hidup di dunia?". Maka jawaban itulah yang akan menjadi pengikatnya. Ya itulah aqidah (pengikat) bagi manusia. Aqidah itu jawaban namun bukan sembarang jawaban.
"Dari mana kita hidup?"
"Untuk apa kita hidup?"
"Akan kemana setelah hidup?"
Akidahlah yang menjadi pondasi bagi kehidupan termasuk pondasi dalam bisnisnya
Hati-hati!! karena pentingnya jawaban tiga pertanyaan di atas, kalau jawabnya salah maka seluruh pemikirannya akan salah, perbuatan dan perasaannya juga akan salah. Ya, hanya karena jawaban itu "salah" maka semuanya bisa salah.
Jadi jangan macam-macam dengan jawaban akibat menjawab pertanyaan mendasar tadi, kita tidak bisa main-main dalam membangun pondasi!
Jangan di lihat sama-sama naik kendaraan, sama-sama bisnis, sama-sama dagang, yang satu dapat pahala namun yang satu tidak, padahal untungnya sama, yang satu tidak dapat pahala sama sekali, apa yang membedakan? Yaitu pondasi akidahnya.
Sama-sama menolong orang, namun punya tujuan menolong berbeda, kamu menolong untuk apa?
Bila yang satu menolong karena demi kemanusiaan, maka rasa kemanusiaan besuk di akhirat, di tolak!
Bila yang satunya menolong karena perintah Allah, ini yang diterima menjadi amal sholih!
Ya, karena perbuatan tidak menjamin diterimanya amal, bila pondasinya salah maka semuanya salah.
Oleh karena itu kita tidak bisa main-main dengan pondasi.
Bagaimana menjawab akidah ini dengan benar?
Ikutilah "The Next" IBC ke #7
***
Mari sahabat sebarkan informasi ini.
Semoga bisa menginspirasi kebaikan dan bisa menjadi amal jariyah untuk kita bersama. Jazakumullahu khairan katsiron
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami