Dibalik : Alhamdulillah T__T
Terlafadz dalam ada dalam relung hati, tersusuli dengan haru sujud syukur mewarnai
Megah biru awan masih membayang diujung hari, ku lihati dedaunan masih menghijau berdiri
Sore ini suasana hawa membuatku merasakan panas dingin. Sepulang dari agenda pertemuan dengan muslimah aktivis kampus ku sempat diri mampir membeli cimol dan cireng. Sembari menikmati perjalanan pulang yang kira-kira butuh ditempuh dalam waktu 20 menit. Ku ramaikan perjalanan pulang sore ini dengan bernyanyi lagu “Khilafah Yang di Nanti”..hehe…biar pun suara fals, dan lagunya bernada melow tapi liriknya sangat wouw lhow…
Sesampainya di depan rumah, ku lihati ada motor parkir di depan halaman. Si Ijho motor yang kukendarai pun masuk ke kandang rumah dan kustandarkan parkir di dekat dapur. Bungkus kresek hitam yang berisi cimol dan cireng dengan gegas ku raih dan ku bawa menuju kamar adikku.
“Dik mau cimol?” sapa dan tawarku padanya
Kudapati di kamar ada Bunda, dan kedua teman adikku bertamu. Seusai menyodorkan makanan cireng dan cimol padanya. Aku teringat dengan nasi udak dari acara pertemuan tadi, aku mengeluarkan nasi uduk dari tasku. Aku pun ingat jika adikku adalah orang yang suka dengan nasi kucing semacam nasi uduk ini. Teringat saja jika ia pulang ke Jogja tak melewatkan bernostalgia mengunjungi "Cafe Tiga Ceret" alias Angkringan.
Tak fokus ku melihat ada benda yang tergeletak diatas kasur tempat ia duduk. Adikku pun membalas sapaanku “Iya mbak, aku mau cimolnya, itukan makanan jaman dulu, hehe” ia jawab sambil tertawa kecil. Sambungnya ”Ini mbak aku sudah beli kameranya”, sembari mengangkat benda yang berada diatas kasur tadi.
Otomatis bola mataku pun melebar dan memandanginya, ini kan kamera yang menjadi obrolan kami berdua kemarin, batinku.
“Subhanallah..Allahuakbar…Alha
Pelan, sku pun memegangnya, menghayati dan merasakan akan beratnya yang sesuai dengan prediksi obrolan hari lalu. Beratnya hampir satu kiloan, bodynya berwarna hitam, lensanya tajam moncong dua puluhan centi kedepan. Ku coba memutar sembari memegang dan melihat kameranya, inikan kamera DSLR seri D7100 yang dikata keluaran baru di Indonesia. Aku pun mulai mendekatkan badan kamera ke mataku, kuletakkan tangan kiriku memagang leher lensanya, ku mainkan pengaturan zoom. Kutajamkan bidikan satu mata untuk mengeker membidik kearah satu objek didepanku.
Benda yang tertempel di kamar menjadi sasaran objek jepretanku. Ya disana ada Bendera/Al Liwa tertempel diatas kertas kerangka kitab. Al Liwa adalah benderanya Negara Islam [Khilafah] yang menjadi simpol tinggalan Rasulullah saw untuk mempersatukan umat muslim dunia. Waw…Luar biasa hasil jepretannya, dan tak bisa dipungkiri bagus adanya. Wajar saja, memang bukan kamera yang biasa-biasa. Apa yang bisa menebakkah berapa harganya? Ku tak mengerti berapa harga pastinya, kudapati kabarnya seharga dengan membeli satu motor bebek merk ternama.
Ku masih ingin mencoba memotret lagi, mulaiku kalungkan kamera DSLR D7100 itu di leher. Aku pun terbayang dengan komentar Ummi Nunung kemarin, beliau sempat berkomentar ada keinginan bisa melihatku berkalungkan DSLR di acara-acara. Selain itu aku pun juga sudah terbayangkan kamar ku ini seperti ruang konferensi dan memotret di acara-acara dakwah serta aksi-aksi turun ke jalan.
Memotret dalam rangka muhasabah terhadap para penguasa dzalim dengan kamera ini. Ku coba memotret lagi, ku arahkan pada objek-objek disekitar kamar, ku coba membidik poster yang tertuliskan “Khilafah solusi Dunia dan Indonesia”. Wah, hasilnya memang lagi-lagi bagus.
Beralih memotet poster yang tertempel jauh dari posisi ku duduk bertuliskan “Hidup sejahtera dibawah naungan Khilafah” terlihat jelas dan bagus. Ku coba otak-atik fiturnya dan berbagai modus pengaturan lainnya dan Subhanallah memang hasil gambarnya bagus.
Adikku mencoba membangunkanku dan mengarahkan obrolan dengan kekata “Ini kamera mau ku bawa ke sana Mbak”.
“Deeegh! rasanya waktu terhenti sejenak, dan ternyata ini kamera bukan untuk diriku”…
*Tyan…tahan....jangan nangis Tyan..T__T, eh jangan nangis!* hehe kayak sinetron aja.
Dibawa kesana maksudnya adalah kamera itu akan dibawa ke tempat dimana kerja adik. Ya, di pulau pojok timur yang berada disebrang sana. Aku pun berbatin “Ya Allah, jika memang rizki pasti tak akan kemana” aku pun tetap mencoba menguatkan diriku meski ada rasa mupeng.com dengan masih memandangi kameranya. Keinginan memiliki kamera DSLR itupun seketika menciut, ternyata adik membeli kamera untuk keperluan dirinya sendiri bukan membelikan untukku. "Jederrrrr…..(GR banget siiih) dan goncangan jiwa itu kurasa..(terlalu mendramatiisir), dan aku pun mencoba untuk tetap meneguhkan hati dan jiwa. Kembalikan saja pada akarnya, tegar diriku.
Mari belajar menawakalkan keinginan hanya kepada Allah, dan rasa ini sungguh dapat dirasa.
Aku tak bisa memaksakan kehendak untuk bisa memiliki DSLR D7100 itu
Aku pun juga tak kuasa menuntut pada adikku memberikan amanah DSLR D7100 itu padaku
Cukuplah rasa ini menjadi “gemblengan” untuk diriku, akan makna sebuah keteguhan mencapai keinginan dengan ketawakalan.
Adikku pun memberikan masukan “Mbak kalau mau beli kamera nabung dulu aja, nanti kalau uangnya terkumpul kutambahi 500.000, ibu 500.000 bapak 500.000…hehe” sambil senyum ia menyarankan padaku.
Ku balas dengan senyum namun dalam hati sedang bercamuk. Aku pun mencoba menyadari, aku tahu harga kamera DSLR itu mahal, namun dari peristiwa ini aku membangun kembali keinginanku dan terus berazzam suatu saat nanti bisa memiliki kamera DSLR sendiri. Yang ku yakini bahwa “Rizki itu tak akan kemana”, semoga diri ini bisa bersabar, itu saja.
Masih dalam posisi kamera ku bawa dan memotret di dalam kamar. Kamera yang berbobot hampir satu kilo ini rasanya memang aku belum pantas teramanahi menjagainya. Adikku pun menyampaikan juga bahwa disana kameranya akan digunakan mefoto pemandangan. Aku hanya bisa coba memahaminya, iya memang iya butuh kamera itu. Posisiku yang masih berada di kamar, dan masih dengan mencoba-coba kamera itu. Jeda itu, Ku mengehela nafas dan melepas pegangan bawah gagang lensanya, ku lepas pelan kalung kameranya dan menyerahkan kepadanya.
Adikku pun menerima kamera itu dan dia menutup lensanya menghentikan sejenak uji coba memotretnya.
Alhamdulillah…(T_T)
Hari ini Allah mengabulkan note keinginanku di blog yang judulnya “Memotret untuk berdakwah” (http://pemikir-ideologis.blogspot.com/2013/05/memotret-untuk-berdakwah.html). Diakhir tulisan itu, ada keoptimisan diriku untuk memiliki kamera DSLR, yang apabila bukan aku yang memilikinya, minimal adik saya. Jika bukan adik saya, ya paling gak suami saya. Kalau bukan suami saya, ya minimal anak atau cicit saya…hehe
Masih dalam cerita bertahap melalui terjalnya ujian mengimpikan dan mewujudkan keinginan memiliki DSLR. Bismillaah..jika sudah rizki tak akan kemana, ya pastinya Allah akan memudahkan hamba-hamba-Nya dalam rangka hajat membumikan syariah-Nya. Maka dari itu, sesungguhnya bertawakal itu tidaklah mudah, selalu dan selalu harus ada tawakal dalam segala segi aktivitas kita. Rasanya benar, bertawakal itu memang membuat tegang dan deg-degan namun nikmat rasanya.
Hari ini, terima kasih my lovely brother telah melatih diri ini menempa sebuah keimanan untuk terus bermimpi dan bertawakal kepada Allah. Ketawakalan semacam ini pun juga sejalan dengan ketawakallan akan rahasia jodoh yang sejatinya kita tak akan pernah tahu akan kapan datangnya dan siapa orangnya. Tapi yang jelas harus bisa tawakal dengan dipersiapkan dan mengupayakan menjemput jodoh tersebut.
Huuhhf..edisi menghela nafas, aku pun masih terbayang bisa mengabadikan moment-moment acara dakwah dan aksi dengan kamera DSLR sendiri. Jikalau memang belum teramanahi maka ku tak akan menuntut itu pada manusia, mari belajarlah untuk ikhlas. Allah pasti akan memberikan apa yang kita butuhkan, insyallah
Baiklah keinginan memiliki kamera DSLR itu masih akan terus digelorakan sampai benar-benar bisa memikinya “sah” milik sendiri dan atas izin Allah mengamanahkannya. Tentunya gelora ini juga tak boleh kalah dengan penggeloraan diri untuk terus mengazzamkan diri Istiqomah menjadi bagian pengemban dakwah syariah dalam naungan khilafah.
Muski kadang ada badai yang terus menggoncangi
Muski akan selalu ada angin kencang yang merintangi
Azzam itu semoga bisa kan terus ada dan terjagai
Menjemput bisyarah kemenangan Islam yang telah dijanji. Aamiin
Sahabatku, terima kasih atas doanya yang telah berhasil tembus mendoakan adik saya memiliki kamera DSLR. Dan sahabatku saya masih mau didoakan untuk bisa memiliki kamera DSLR, mari memotret untuk berdakwah. Insyallah Allahuakbar! \(^o^)
#Salam Melukis Cahaya #Khilafah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami