Oleh : Ukhtyan Muhibbah Firdaus
Prolog
Sejak pertengahan abad XII Hijriyah (ke-18 Masehi) dunia Islam
mengalami kemerosotan dan kemunduran yang paling buruk dan berjalan dengan
sangat cepat. Dunia Islam pun berada dalam kebingungan di tengah-tengah
kegelapan akibat kekacauan dan kemundurannya, dan masih terus merasakan
pedihnya keterbelakangan dan berbagai goncangan. Syaikh Taqiyuddin mengutarakan
sebab-sebab kemunduran dunia Islam dapat kita kembalikan kepada satu hal, yaitu
lemahnya pemahaman umat terhadap Islam yang amat parah, yang merasuk ke dalam
pikiran kaum Muslim secara tiba-tiba. Ini berawal tatkala bahasa Arab mulai
diremehkan peranannya untuk memahami Islam sejak awal abad VII Hijriyah,
sehingga kekuatan yang dimiliki bahasa Arab dengan kharisma Islam terpisah.[1]
Sejarah
Kemunduran Islam ini tidak terlepas dari peran tangan-tangan musuh
Allah, banyak konspirasi serta makar yang mereka buat untuk melenyapkan Islam.
Istilah orientalisme pun mulai mencuat dan menjadi bagian komponen yang
memiliki pengaruh besar dalam perubahan dunia Islam khususnya mengobok-obok
tsaqofah Islam. Wikipedia menuliskan asal kata orientalisme berasal dari kata orient
dan isme yang berarti timur dan paham.[2]
Orientalisme secara singkat dapat dimaknai sebagai paham yang membahas
ketimuran, dan khususnya pembahasan mengenai Islam dan Bahasa Arab.
Dari beberapa literatur yang penulis pernah baca agenda
orientalisme dimulai sejak pasca perang salib berkobar. Kebencian pasukan salib
atas kekalahan dari masukan kaum muslimin membuat mereka tak gentar mengetahui akan
“rahasia dibalik” kekuatan kaum muslimin. Bayangkan jumlah pasukan kaum muslimin
pada saat itu jauh sangat lebih sedikit dibanding jumlah pasukan salib, akan
tetapi “luar biasa” justru peperangan diakhiri oleh kemenangan pasukan kaum
muslimin. Bagi pasukan salib ini menjadi tanda tanya besar, “Mengapa umat
muslimin dengan jumlah pasukan sedikit namun bisa menang?
Para musuh-musuh Allah lantas tidak berdiam diri, setelah kekalahan
pada perang salin ini mereka senantiasa mencari siasat dan strategi untuk mengalahkan
kekuatan umat muslim. Banyak dari kalangan nasrani yang akhirnya mendorong
mereka untuk mempelajari tsaqofah Islam, dan bahkan pura-pura masuk Islam untuk
bisa mengenal lebih dekat tentang Islam.
Seiring berjalannya waktu, dengan semangat ketekunan dan ketelitian
pada orientalis pun menemukan titik kekuatan besar kaum muslimin. Dua kekuatan
besar itu adalah
1.
Kekuasaan
atas diterapkannya aturan/syariah dalam Negara [Khilafah]
2.
Keimanan
yang berwujud pada ketakwaan mereka terhadap Allah swt
Dua kekuatan itulah yang menghantarkan umat muslimin bisa
memenangkan perang salib. Pasukan islam berani berjihad dan berani mati melawan
musuh-musuh karena Allah. Kekuatan inilah yang kemudian dicari tahu dan mereka
temukan hasil dari penyelidikan oleh
para orientalis. Orientalis pun rela dan giat rajin belajar bahasa Arab,
belajar Al Qur’an, Al Hadits dan lain sebagainya. Ketekunan mereka bukan untuk
mendekatkan diri kepada Allah namun justru mencari celah kekurangan untuk
menyerang Islam. Dr. Musthafa al-Siba’i telah memetakan watak orientalis secara
global sebagai berikut ini[3]:
1. Buruk
sangka dan salah paham terhadap maksud, tujuan dan problematika Islam.
2. Buruk sangka terhadap masyarakat,
pemuda, ulama, dan tokoh-tokoh Islam
3. Mendeskripsikan masyarakat Islam pada
beberapa abad yang silam, khususnya periode pertama Islam sebagai masyarakat
yang bebas, dimana para pembesar dan pemimpinnya suka membunuh egoisme kaum
lemah.
4. Mendeskripsikan peradaban Islam dengan
gambaran keliru dan mendiskreditkan esensi, pcngaruh dan kontribusinya.
5. Minimnya pengetahuan orientalis
tentang realitas citra masyarakat Islam dan berusaha memberikan pernyataan
(statement) tentang moralitas bangsa dan tradisi negara Islam.
6. Menjadikan teks berdasarkan rasio dan
kepentingan-kepentingan mereka, mendiskreditkan teks tersebut serta
menginterpretasikan sebuah teks untuk mewujudkan impian-impian material mereka.
7. Mereka terkadang merubah
manuskrip-manuskrip dengan maksud menciptakan kerancuan dan kekacauan,
sebagaimana bodohnya mereka memahami simbol-simbol keagamaan hingga membentuk
pola-pola perubahan baru lainnya.
8. Mereka mengklaim sumber-sumber
referensi yang telah mereka nukil. Penukilan itu, misalnya, dan buku sastra
yang dijadikan patokan untuk sejarah hadis Nabawi, dan buku-buku sejarah umum
yang dijadikan patokan untuk sejarah syari’at Islam dan fiqih.
Watak yang sarat akan kebencian dan balas
dendam, orintalisme ini pun terus menerus ada generasinya. Diantara tokoh-tokoh
orintasisme tersebut adalah C. Snouck Hurgronje (Hadits), Carl Brockelmann
(Manuskrip Arab), D.S. Margoliouth
(Hadits), H.A.R. Gibb
(Islam), Richard Bell (Qur’an)
dan masih banyak lagi. Dalam perjalanan masa buku-buku hasil tulisan para
orintalisme ini disebarkan dan banyak dari kalangan umat muslimin sendiri yang
justru mengadopsi buah pikir orintalis. Orientalisme memiliki Tujuan-tujuan dalam ungkapan yang lebih simpel, yaitu sebagai
berikut:
1. Mengklaim
Islam sebagai agama yang sesat. Islam adalah kekuatan politik yang menerapkan
tindakan represif dan intimidasi, ia menyebarkan teologi yang sesat dan memaksa
suatu bangsa dengan menggunakan pedang untuk menerima teologi tersebut,
sehingga manusia tunduk tanpa syarat. Dengan begitu, agama Islam bagaikan
lingkaran setan yang menakutkan, yang menumpahkan darah, membunuh dan
berperang. Islam juga dituduh sebagai agama yang digerakkan oleh rasionalitas
dan pengetahuan yang keliru.
2. Mengklaim bahwa dakwah Nabi
Muhammad saw dan kenabiannya adalah tidak benar, kitab dan sunnah merupakan
kreasi Nabi Muhammad, syariah Islam berpijak pada landasan peradaban yang telah
silam. Mereka juga mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah penyembah berhala dan
salah seorang pendusta Makkah.
3. Menghilangkan
eksistensi Arab, bahasa, dan tradisinya yang kemudian melakukan reduksi seluruh
makna peradaban Arab dan masyarakat muslim untuk merendahkan kondisi Arab,
sebab nabi Muhammad adalah juga keturunan Arab dan suku Quraish, disertai
pelecehan terhadap bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an.[4]
Tujuannya secara tersembunyi adalah menjauhkan
umat Islam dari kekuatannya, menggerogoti aqidah Islam. Serangan tsaqofah ini
sifatnya soft sehingga pemahaman ini menjakiti kedalam tubuh umat muslim
sendiri. Tidak dapat dipungkiri ketika Allah berfirman: “ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagai dan (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (‘kejalan
yang benar,).’(QS. Ar Ruum:41)
Dampak Orientalisme
Begitu besar pengaruh orintallsme dalam dunia Islam maka jika kita
mencoba menganalisasi secara fakta kondisi umat islam dampaknya adalah :
1.
Sekulerisasi
pemikiran Islam terhadap umat islam
2.
Menjauhkan
kekuasaan Islam [Khilafah] dari umat Islam
Sikap Intelektual Muslim
Mememandang sebuah konspirasi besar ini semestinya kita bisa mengambil
pelajaran dari sejarah, bahwasanya umat muslim hanya akan bangkit ketika ada
kekuatan keimanan dan adanya Khilafah. Sudah semestinya mainstream perjuangan
adalah kepada mengembalikan kehidupan Islam dalam naungan Khilafah. Jalan yang
kemudian bisa kita tempuh mewujudkan tegaknya kekuatan Islam adalah istiqomah
dan bersabar mengikuti metode dakwah Rasulullah saw. Selain itu intelektual
juga memiliki peranan besar dalam menjelaskan kepada umat akan bahaya-bahaya
tsaqofah asing yang senantiasa menggerogoti aqidah umat.
Semoga kita bisa istiqomah di jalan dakwah Khilafah. Aamiin
[1] Taqiyuddin An-Nabhani, Mafahim
Hizbut Tahrir (Jakarta: HTI Press, 2001), hal 5-6
[2] Wikipedia.com
[3] http://bayu96ekonomos.wordpress.com/anda-tertarik/artikel-sosial-budaya/akar-gerakan-orientalisme-dari-perang-fisik-menuju-perang-pikir/
[4] ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami