Bismillaah...
Klik "Sign in"…pertanda masuk ke facebook. Terpampang tiga deret sebelah kiri bagian pojok ada pemberitahuan pertemanan. Ya, ada yang “Add”, pertanda
ada teman yang berminat menjadi friend di pertemanan facebook kita. Facebook selanjutnya
disingkat fb saja ya.
Awalnya dulu ku hanya sekedar asal approve (menerima) friend, ada yang laki-laki dan tentu ada yang perempuan. Yaiyalah plissss deh masa bencong!
Opss..kaga tau juga sih kalau semisalkan ada..hehe "horor'
Oke, memang tidak menjadi masalah sih punya friend laki-laki bagi akun
perempuan atau akun laki-laki punya friend perempuan. Masih ingat bukan bahwa hukum
asal menggunakan benda adalah ibahah alias boleh, begitu juga dalam menggunakan
fb ini juga boleh-boleh saja geto.
Aku jadi teringat tentang kisah dulu saat aku masih muda
“halah..berarti sekarang udah tua dong”. Hehe..
Sssttttt…serius dengerin, aku mau cerita, simak ya. Okey
Al kisah dulu aku adalah orang yang Asnim..."wew singkatan
apaan tuh?" Asnim itu adalah "Asal Nimbrung"..haha. Meksa benget ya nyingkatnya "Gak papalah". Ya dulu aku suka tuh hanya “sekedar nimbrung” gitu. Seperti turut serta menjadi tim sukses berkomentar di wall-wall
orang. Bahkan jika di beranda ada status, alakadarnya aku ikut nimbrung komentar pula. Haduuh Parah!!…insyallah
yang ku beri komentar ada ilmu yang terbagi kok.--ngeles terselubung--
Ada salah satu kisah dimana pada saat itu dalam friendku ada
akun fb laki-laki yang berstatus. Penyakit Asnim ini ternyata sampai juga pada lapak dia. Sekedar
ikut nimbrung dan pada waktu itu aku nimbrung menyabung dengan nada pertanyaan
yang sesuai dengan komentar sebelumnya. Yang jelas komenku tidak OTT alias Out
Trending Topic (bener ga ya?) Kayaknya OOT (Out of Topic) deh. Ya pokoknya nyambung dari komen sebelumnya gitu deh.
Intinya just ask, hanya bertanya saja.
Akan tetapi tak lama kemudian, (kayaknya kasih backsound musik horor cocok ni..hihihi)….ada seorang laki-laki mengirimkan pesan langsung pada inboxku. Mungkin bisa dikatakan nekat juga tuh laki-laki nginbox aku. Nah, di inbox tersebut si laki-laki yang merupakan friend ku memberikan semacem petuah..ceila kayak apa aja. Ya nampaknya “pertanyaan dari komentar saya” tadi, dilapak teman fbnya ada yang tidak diberkenaninya. Oke, aku pun mengiyakan petuah dan meminta maaf padanya. Sesegera mungkin aku pun mencoba untuk mendelete komentarku sebelum terjadi perpanjangan masalah. Duuuh! Padahal aku hanya bertanya saja lo...hiks..hiks (weleh..mewek). Sudah cukup saja ya kisah studi kasusnya sampai disini saja ya. STOP!
Akan tetapi tak lama kemudian, (kayaknya kasih backsound musik horor cocok ni..hihihi)….ada seorang laki-laki mengirimkan pesan langsung pada inboxku. Mungkin bisa dikatakan nekat juga tuh laki-laki nginbox aku. Nah, di inbox tersebut si laki-laki yang merupakan friend ku memberikan semacem petuah..ceila kayak apa aja. Ya nampaknya “pertanyaan dari komentar saya” tadi, dilapak teman fbnya ada yang tidak diberkenaninya. Oke, aku pun mengiyakan petuah dan meminta maaf padanya. Sesegera mungkin aku pun mencoba untuk mendelete komentarku sebelum terjadi perpanjangan masalah. Duuuh! Padahal aku hanya bertanya saja lo...hiks..hiks (weleh..mewek). Sudah cukup saja ya kisah studi kasusnya sampai disini saja ya. STOP!
Ini pada suasana yang berbeda, ada kasus dan sesuatu lain yang
mengganjal dalam hatiku (wew...puisis amat yak, Amat aja gak puitis..hehe). Mencoba berfikir ketika berada
diluar sana yakni di dunia nyata bahwa, “gerak dakwah laki-laki dan perempuan adalah terpisah”. Nah, tapi kenapa ketika di jejaringan sosial seolah sudah tak
ada lagi istilah “terpisah”. Ini hanya fikiranku saja sih. Yang lain kalau ada
yang pro “monggo”, kalau ada yang kontra, ya saya juga tidak memaksa untuk pro sih..hehe
Pembahasan tentang fb, kebiasaan yang belum bisa kuhilangkan
pada waktu sign in fb adalah “Patroli”. Layaknya pekerjaan pak polisi dan bu polwan..hehe yang suka berkeliling-keliling kota atau pedesaan untuk mengawasi
atau memberikan pantauan terhadap masyarakat. Patroli di fb, bagiku memang cukup
bermanfaat karena bisa menambah ilmu, apalagi patrolinya sampai di akun para
ustadz-ustadzah atau di fans page-fans page yang memberikan penyadaran ilmu
dengan penjelasan yang mencerdaskan serta solutif. Jempol mana-jempol mana.
Ku sarankan memang harus beginian kalau main fban, yakni "Patroli". Jadi bisa nambah ilmu dan wawasan. Nah kalau nemu tulisan yang bagus, maka siap saja bantu ngeshare. Semoga bisa kecipratan amal sholihnya, Aamiin. Tapi jangan ikut-ikutan patroli ya kalau gak biasa patroli bisa bikin pusing lho, apalagi ditambah koneksinya leled..hehe dijamin melatih kesabaran pangkat kuadrat.
Ku sarankan memang harus beginian kalau main fban, yakni "Patroli". Jadi bisa nambah ilmu dan wawasan. Nah kalau nemu tulisan yang bagus, maka siap saja bantu ngeshare. Semoga bisa kecipratan amal sholihnya, Aamiin. Tapi jangan ikut-ikutan patroli ya kalau gak biasa patroli bisa bikin pusing lho, apalagi ditambah koneksinya leled..hehe dijamin melatih kesabaran pangkat kuadrat.
Lagi-lagi, patroli memang selalu mewarnai aktivitas fban ku
kalau aku pas bisa online (yaiyalah..masa gak online bisa patroli sih, itu mah kalau
di dunia nyata mbolang sebutannya). Saat ku patroli banyak akun fb yang kulihat.
Selain untuk update berita politik dan penyebaran opini Islam. Sempat terlihat
pada bagian rangkaian patroliku, aku mendapati ada interaksi di jejaraingan sosial yang seolah
tanpa batas tadi.
Ku fikir lagi bahwa pergaulan di dunia nyata pun “tak ada yang bisa menjamin” apalagi di dunia maya. Tentu makin “tak ada yang bisa menjamin”. Maksudnya adalah “Siapa sih yang bisa menjamin interaksi kita didunia maya? siapa yang bisa menjamin bisa selamat dan tidak menjurus kepada “menolehkan pandangan”..hehe maksudnya adalah lawan dari kata menundukan pandangan”. Betul kan? Terlebih melihat fakta lingkungan terdekat serta lingkungan kita saat ini yang serba bebas akibat sistem kufur demokrasi kini. Tak ada yang bisa menjamin. Disini pun rentan tak terjamin karena Negara tidak punya kontrol kuat dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar. Begitu pula dengan kontrol masyarakatnya yang juga tak lagi terkondisikan pada suasana keshalihan. Nah sekarang tinggal satu benteng kontrol ni, yakni kontrol diri dan kesadaran dari diri kita masing-masing. Dan ini sangat riskan, kalau gak kuat menundukan naluri dengan keimanan maka inilah yang membuatku mengatakan “Siapa sih yang bisa menjamin”.
Ku fikir lagi bahwa pergaulan di dunia nyata pun “tak ada yang bisa menjamin” apalagi di dunia maya. Tentu makin “tak ada yang bisa menjamin”. Maksudnya adalah “Siapa sih yang bisa menjamin interaksi kita didunia maya? siapa yang bisa menjamin bisa selamat dan tidak menjurus kepada “menolehkan pandangan”..hehe maksudnya adalah lawan dari kata menundukan pandangan”. Betul kan? Terlebih melihat fakta lingkungan terdekat serta lingkungan kita saat ini yang serba bebas akibat sistem kufur demokrasi kini. Tak ada yang bisa menjamin. Disini pun rentan tak terjamin karena Negara tidak punya kontrol kuat dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar. Begitu pula dengan kontrol masyarakatnya yang juga tak lagi terkondisikan pada suasana keshalihan. Nah sekarang tinggal satu benteng kontrol ni, yakni kontrol diri dan kesadaran dari diri kita masing-masing. Dan ini sangat riskan, kalau gak kuat menundukan naluri dengan keimanan maka inilah yang membuatku mengatakan “Siapa sih yang bisa menjamin”.
Dalam rangkaian patroli aku pun juga masuk fb pada bagian friend/pertemanan
yang sudah terapprove, disana menyeleksi kembali masihkah ada tersisa akun laki-laki? Sedikit demi sedikit ku delete. Lebih kepada untuk kewara'an saja, ya
just kehati-hatian gitu. Lagi-lagi kembali kepada tadi “siapa sih yang bisa menjamin”.
Itu alasanku yang kemudian membuatku untuk mendelete beberapa pertemanan/friend
bagi para pria, cowok, laki-laki, ikhwan, atau bahkan para ustadz sekalipun. Bagiku
menghapus friends bukan berarti bisa diartikan dengan memutus silaturahmi, itu
bukan. Karena berteman gak musti harus dengan friend Sob. Cocokkan dengan judulnya..hehe
Bahkan ada beberapa laki-laki yang nginbox memprotes kenapa akunnya di delete. Ku jelaskan saja, yang inti redaksi begini "Saya hendak menerima pertemanan perempuan dan mohon kerelaannya untuk menyerahkan kedudukan pertemanannya untuk para perempuan yang memberikan signal-signal mau menjadi friend saya". Namun adapula laki-laki yang tak faham dengan apa yang ku maksud sampai-sampai dengan nada marah ia salah paham hanya gara-gara aku mendeletenya. Masyallah, Innalillahi padahal tak ada maksud untuk memutus silaturahmi.
Bahkan ada beberapa laki-laki yang nginbox memprotes kenapa akunnya di delete. Ku jelaskan saja, yang inti redaksi begini "Saya hendak menerima pertemanan perempuan dan mohon kerelaannya untuk menyerahkan kedudukan pertemanannya untuk para perempuan yang memberikan signal-signal mau menjadi friend saya". Namun adapula laki-laki yang tak faham dengan apa yang ku maksud sampai-sampai dengan nada marah ia salah paham hanya gara-gara aku mendeletenya. Masyallah, Innalillahi padahal tak ada maksud untuk memutus silaturahmi.
Harusnya ia bisa faham, bahwa berteman gak harus friend tadi. Aku pun juga gak habis fikir kenapa ada
laki-laki yang merasa kehilangan akunku padahal jarang berkomunikasi dengannya
hanya sebatas tau di beranda atau info saja. Tapi dia “mencari akunku” dan
menginbox. Ya bukannya Ge-eR sih, tapi ada yang ganjal saja. Padahal aku mendeletenya tanpa
izin dulu sama empunya akun, sasar saja pas ku ketemu akun laki-laki ku klik unfreind. Tapi ada yang
menginbox protes. Apakah ada yang hilang ketika ia tak update dari akun fb ku? Astagfirullah
wallahualam. Yang jelas tadi, ku sudah mencoba menjelaskan alasan kenapa
mendelete. Agar bisa berteman dengan para perempuan yang sudah menunggu untuk
di approve.
Ada juga salah satu senior ku yang dulu dan sekarang pun
sering ku sedot ilmunya, apalagi ilmu nulisnya. Hehe..
Subhanallah..awalnya juga beliau mencari aku lo, hehe. Tapi
Alhamdulillah beliau bisa memahami dari maksudku diatas. Mengingat di fb
maksimal pertemanan hanya bisa menerima sekitar 5000 friend saja. Maka ada prioritas lebih memilih berteman dengan perempuan yang sudah menunggu diapprove menjadi friend
daripada berfriend dengan laki-laki. Muski memang betul, itu tak bermasalah dan
boleh-boleh saja. Sekedar mengingatkan lagi key diatas “Siapa sih yang menjamin”.
Meski para laki-laki yang dulu pernah menjadi friend fbku dan sekarang sudah ku delete,
aku juga tak mau ketinggalan ilmu yang dia share distatus-statusnya maka
cukuplah saja aku klik icon “berlangganan” akunnya untuk bisa mengikutinya. Alhamdulillah
ada ilmu yang tetap bisa diakses muski gak friend. Karena, bagiku fb bisa jadi ajang penambah
ilmu dan tsaqofah Islam. Namun bukan berarti kemudian menjadikan fb mainstream
dalam menuntut ilmu. Tentu bukan demikian, karena ilmu yang mentajasad kuat itu
apabila bertemu langsung dengan gurunya. Catat itu..hehe
Melihat jumlah pertemanan yang hampir mendekati 5000 friend,
maka ku juga mengunakan ikon berlangganan untuk menampung permintaan teman. Alhamdulillah pas nulis ini sudah hampir 1000 yang berlangganan, semoga berkah. Nah di fitur ikon berlangganaan ini memang tak bisa otomatis menjaring perempuan saja atau menolak fb laki-laki. Ini tidak bisa karena akhirnya bebas siapa saja bisa
berlangganan info yang kita share. Untuk itu disinilah berteman gak harus jadi
friend. Kini friend fb sudah sangat minimalis dari para pria. Hihi…Gue harus
bilang ‘Alhamdulillah’ gitu. “Alhamdulillah”... Hanya tinggal akun adikku dan mungkin
masih berteman dengan akun pribadi para penerbit serta akun produk-produk yang mungkin
adminnya ada juga yang laki-laki. Itu saja.
Jadi sebenarnya aku juga agak heran, kalau ada laki-laki
yang tiba-tiba ikutan nimbung di status/komentarku. Muskipun berteman gak harus
nge-friend sih. Saya sendiri sebenarnya juga agak risih lo kalau ada akun perempuan pasang status terus ada sahabat perempuannya yang nimbrung komentar panjang
dan eh ada yang nyempil satu, akun laki-laki (ikut-ikutan nimbrung).
Beeeeehhh…kalau komennya ngasih pencerahan ilmu sih gapapa, tapi kalau hanya
sekedar nimbrung dan itu lo, cuma dia satu-satunya yang komen, laki-laki pula.
Ini-ini yang bikin risih.
Aku juga gak mau bilang sebenarnya meskipun si laki-laki adalah orang yang punya ilmu agama. Begitu pula dengan komentar yang lainnya. Misal, lagi patroli ke akun-akun yang lain ada melihat status yang dimiliki laki-laki dan disitu yang komentar juga para laki-laki, eh tiba-tiba nyempil satu, ada komentar dan akunnya adalah perempuan. Beeeeehhh..lagi-lagi deh, risih aku mbak, risih tau! Plisss deh!
Aku juga gak mau bilang sebenarnya meskipun si laki-laki adalah orang yang punya ilmu agama. Begitu pula dengan komentar yang lainnya. Misal, lagi patroli ke akun-akun yang lain ada melihat status yang dimiliki laki-laki dan disitu yang komentar juga para laki-laki, eh tiba-tiba nyempil satu, ada komentar dan akunnya adalah perempuan. Beeeeehhh..lagi-lagi deh, risih aku mbak, risih tau! Plisss deh!
Sabar..sabar..semoga bisa menegur diri juga. Insyallah
Menggunakan fb memang harus secara proporsional.
Berkali-kali media sosial kalau tidak bisa kita gunakan dengan baik maka bisa
menjadi boomerang bagi diri kita sendiri. Naudzubillah
Muski hanya dari sekedar komentar kecil atau menghabiskan
waktu didepan facebook, tanpa aktivitas bermanfaat, menuntut ilmu atau
penyebaran opini untuk dakwah.
Saya sendiri juga sempat terfikir, saya gak mau saja kalau
semisal nanti suami saya adalah orang yang "ternyata oh ternyata" sudah melanglang buana menjadi
friend pertemanan (yang sudah diapprove) di fb saya. Waaaa…. Hehe (intermezzo terselubung ini)
Semoga saja kita bisa memahami untuk
bisa menggunakan fb secara proporsional, insyallah demikian. Semoga
menginspirasi J
Penjelasan judul:
Bertemen bukan berarti friend, maksudnya adalah
Berteman adalah sekedar tau dia, tapi gak jadi teman sah
dalam artian diapprove
Friend adalah pertemanan fb yang sudah sah diapprove.
Semoga maksud..hehe
#Mari kita galakkan gerakan menghapus akun lawan jenis di fesbuk..hehe
(jangan lebay deeeeh). Gak lebay kok, cuma untuk kehati-hatian saja karena “Siapa
sih yang bisa menjamin”. :D
Selamat mencoba!
Selamat mencoba!