Abdullah bin Anis adalah termasuk salah
seorang sahabat dekat Nabi. Ia tergolong prajurit yang pemberani dan tangkas.
Pada suatu ketika Nabi mendengar bahwa Khalid bi Sufyan Al-Hadzli sedang
menyiapkan senjata dan bala tentara di salah satu bagian Jazirah Arab untuk
menyerbu kaum muslimin.
Beliau memanggil Abdullah bin Anis, lalu
menceritakan rencana Khalid bin Sufyan. “Hai Abdullah, pergilah ke tempat
Khalid dan bunuhlah dia!” perintah Nabi.
“Wahai Nabi sebutkanlah ciri-ciri Khalid, agar
aku dapat mengenalnya kemudian membunuhnya!” pinta Abdullah.
“Orang dapat menggambarkan wajah dan sosok
setan di benaknya begitu melihat wajahnya. Kebanyakan orang akan gemetar ketika
melihatnya,” jawab Nabi.
Abdullah
segera mengambil pedangnya yang amat tajam itu, lalu bergegas menuju ‘sasaran’.
Akhirnya, ia berhasil menyusup dan melihatnya bersama sejumlah wanita sedang
mencari tempat tinggal untuk mereka. Perawakan Khalid yang tinggi besar dan kekar
serta tampangnya yang bengis, membuat bulu roma Abdullah berdiri. Abdullah agak
gentar, seakan akan melihat iblis.
Ia
mencari cara dan waktu yang tepat untuk memulai aksinya. Pada saat yang
dianggapnya paling tepat, ia menghampiri Khalid.
“Siapakah
engkau?” tanya Khalid.
“Aku
orang arab,” jawab Abdullah.
“Aku
dengar kau sedang mengumpulkan bala tentara untuk memerangi kaum muslimin. Aku
datang untuk membantumu,” lanjut Abdullah.
“Benar.
Aku sedang merencanakannya,” tandas Khalid. Tampaknya ia mempercayai Abdullah.
Tiba-tiba
Abdullah menghunus pedangnya lalu
secepat kilat mengayunkan ke leher Khalid. Terputuslah leher musuh Islam itu.
Dengan kegembiraan yang tak terlukiskan,
Abdullah pulang ke Madinah. Ketika sampai di Madinah, Nabi menyambutnya dengan ucapan
: “Wajahmu mengisyaratkan kemenangan!”
Kepada Nabi, Abdullah menceritakan apa yang
telah dilakukannya. Nabi sangat gembira. Kemudian Nabi memberinya hadiah berupa
sebuah tongkat.
Ketika Abdullah keluar dari rumah Nabi,
sekelompok orang, warga sekitar sana, bertanya kepadanya, “Tongkat siapakah
yang kau pegang itu?”
“Nabi telah memberikannya kepadaku sambil
berkata, ‘Peganglah tongkat ini’!”
“Alangkah baiknya jika kau menanyakan kepada
Nabi, mengapa ia memberikan tongkat ini padamu!” saran mereka.
Abdullah
menemui Nabi dan menanyakannya.
“Aku
dapat mengenalimu pada hari kiamat kelak dengan tongkat ini, karena pada hari
itu, manusia yang membawa tongkat sangat sedikit,” jawab Nabi.
Sejak hari itu sampai mati, Abdullah selalu
membawa tongkat itu. Ia bahkan berwasiat agar tongkat itu diletakkan dalam
kafannya.
Abdullah membuat bait syair mengabadikan
peristiwa ini. Di bawah ini adalah di antara bait syairnya :
Aku katakan pada Khalid, “Terimalah pukulan dari seorang
bertauhid yang berpijak keras pada agama Muhammad. Setiap kali Nabi menyuruhku
membunuh orang kafir, aku bersedia melakukannya.” (Sirah Ibnu Hisyam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami