TANGIS TERAKHIR NABI
MUHAMMAD RASULULLAH SAW -KEPALA DAULAH ISLAM PERTAMA DI DUNIA
===================================
Tiba-tiba ada ucapan
salam. “Boleh saya masuk?” lelaki itu bertanya.
Namun Fatimah tidak
mengizinkannya masuk ruangan. “Maaf, ayah saya sedang sakit, “kata Fatimah.
Ia berbalik kembali dan
menutup pintu. Nabi Muhammad saw. membuka matanya dan bertanya, “Siapa dia,
putriku?”
“Aku tidak tahu ayah. Ini
pertama kali aku melihatnya,” kata Fatimah lembut.
“Ketahuilah putriku, dia
adalah orang yang menghapuskan kenikmatan sementara! Dialah yang menceraikan
persahabatan di dunia. Dialah sang Malaikat Maut,” kata Rasulullah saw.
Fatimah menahan genangan
air matanya. Malaikat maut datang kepada-Nya, tetapi Rasulullah saw. bertanya
mengapa Jibril tidak datang bersamanya. Kemudian Rasulullah saw. menatap
putrinya dengan pandangan nanar, seolah-olah ia tak ingin kehilangan setiap
bagian dari wajah putrinya. Kemudian, Jibril dipanggil. Jibril sebenarnya telah
siap dia langit untuk menyambut ruh Rasulullah sang pemimpin Bumi.
“Wahai Jibril, jelaskan
kepadaku tentang hak-hakku di hadapan Allah!”, Rasulullah saw. meminta dengan
suara yang sangat lemah.
“Pintu-pintu langit telah
dibuka. Para malaikat sedang menunggu ruh Anda. Semua pintu Surga terbuka luas
menunggu Anda” kata Jibril.
Namun, kenyataannya,
jawaban itu tidak membuat Rasulullah saw. lega. Matanya masih penuh
kekhawatiran.
“Anda tidak senang
mendengar kabar ini?” tanya Jibril.
“Ceritakan tentang nasib
umatku di masa depan?” kata Rasulullah saw.
“Jangan khawatir, wahai
Rasulullah, saya mendengar Allah berkata:” Aku haramkan Surga untuk semua
orang, sebelum umat Muhammad memasukinya, ” kata Jibril.
Waktu bagi malaikat
Izrail melakukan pekerjaannya semakin dekat dan dekat. Perlahan-lahan,ruh
Rasulullah saw. dicabut. Tampak tubuh Rasulullah saw. bermandikan peluh, saraf
lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakit
ini!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam mengerang dengan perlahan. Fatimah
memejamkan mata, Ali yang duduk di sampingnya tertunduk dalam dan Jibril pun
memalingkan mukanya.
“Apakah aku sedemikian
menjijikkan sehingga engkau memalingkan muka wahai Jibril?” Rasulullah saw.
bertanya.
“Siapa yang bisa tahan
melihat Kekasih Allah di ambang sakaratul mautnya?” kata Jibril. “Bukan untuk
berlama-lama,” kemudian Rasulullah saw. mengerang karena sakit yang tak
tertahankan.
“Ya Allah betapa besar
Sakaratul maut ini. Berikan kepadaku semua rasa sakit, tapi jangan untuk
Umatku.“ Tubuh Rasulullah saw. mendingin, kaki dan dadanya tidak bergerak lagi.
Dengan berlinang air mata, bibirnya bergetar seakan ingin mengatakan sesuatu.
Ali mendekatkan telinganya ke Rasulullah saw., “Jagalah shalat dan jagalah
orang-orang lemah di antara kamu.”
Di luar ruangan, ada
tangisan, ada kegaduhan. Para sahabat saling berpelukan. Fatimah menutup
wajahnya dengan kedua tangan. Sekali lagi, Ali mendekatkan telinganya ke
Rasulullah saw. dan dengan mulut yang telah membiru serta air mata berlinang,
Rasulullah berucap lirih: “Ummatii , Ummatii, Ummatii…” “Umatku, umatku,
umatku…“
-------------------------------------------------------------------------
Ya Rasulullah.. Kami
rindu berjumpa denganmu..
Rindu kehidupan saat ini
kembali menghidupkan seluruh risalah agung yang tlah engkau ajarkan kepada
ummatmu..
Rindu syari'atmu tegak
kembali di dunia ini sehingga ummatmu berlomba-lomba menuju ketaqwaan di segala
aspek kehidupannya. Rindu kami padamu Yaa Rasul..
Semoga kami bisa menjadi
ummatmu yang terbaik dengan mewujudkan kembali bisyarahmu ''...tsumma takuunu
khilafatan 'ala minhajin nubuwwah''. Aamiin Ya Rabbal 'Alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami