Al-‘Alim al-Syaikh ‘Atha bin Khalil membantah
pemahaman yang menafikan pentingnya pemahaman bahasa arab dalam menafsirkan
al-Qur’an. Al-Syaikh ‘Atha bin Khalil pun menegaskan:
ومن الجدير ذكره أن من
أراد أن يفهم القرآن بغير لغته التي بها أنزل يكون قد عطّل فهم القرآن والعمل به،
ويكون بذلك قد ارتكب إثما عظيما لأن القرآن قد أنزل باللغة العربية وبغيرها لا
يمكن أن يفهم فهما سليما
“Dan di antara hal yang sudah semestinya
disampaikan bahwa siapa saja yang ingin memahami al-Qur’an tanpa ada kemauan
untuk memahami bahasanya (bahasa arab) yang Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa
tersebut, pasti akan gagal memahami al-Qur’an dan mengamalkannya, dan karena
faktor ini ia telah berdosa dengan dosa yang besar karena al-Qur’an telah turun
dengan bahasa arab dan tanpa memahami bahasa arab tidak mungkin ia memahami
al-Qur’an dengan pemahaman yang benar.”
Al-Syaikh ‘Atha bin Khalil menambahkan:
ولهذا حرص الفقهاء على
العربية وعلومها، ناهيك عن المجتهدين ليتمكنوا من فهم القرآن واستنباط الأحكام
الشريعة منه
“Dan oleh karena itu, para ulama ahli fikih
memerhatikan bahasa arab dan ilmu-ilmunya, belum lagi para mujtahidin (dimana
salah satu syarat asasi ijtihad adalah bahasa arab-pen.), sehingga mampu
memahami al-Qur’an dan menggali hukum-hukum syari’ah darinya.”
Dan dalam kitab tafsirnya pun Al-Syaikh ‘Atha
bin Khalil menyatakan bahwa diantara sebab kesesatan adalah kelemahan dalam
memahami bahasa arab.
Lihat: al-’Alim asy-Syaikh ‘Atha’ bin Khalil
Abu ar-Rasythah. 1427 H/ 2006. At-Taysîr fî Ushûl at-Tafsîr (Sûrah
Al-Baqarah). Cetakan ke-2.
Beirut: Dar al-Ummah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami