Kamis, 31 Oktober 2013

Goresan 20

Goresan 19

Goresan 18

Goresan 17

Goresan 17

Goresan 16

Goresan 15

Goresan 14

Goresan 14

Goresan 12

Goresan 13

Goresan 11

Goresan 10

Goresan 9

Goresan 8

Goresan 8

Goresan 7

Goresan 6

Goresan 5

Goresan 4

Goresan 3

Goresan 2

Goresan 1

Rabu, 30 Oktober 2013

:)

Ketika perjuangan itu sulit, pasti akan ada kemudahan datang dari-Nya

Ketika langkah itu lemah, pasti akan ada kekuatan datang dari-Nya

Ketika ada masalah atau sesuatu yang dapat menyurutkan keistiqomahan kita, disaat itulah Allah akan menilai siapa yang kuat bertahan dan yang pantas memperjuangkan agama-Nya

Sahabat Muslimah...semoga keistiqomaah dan kesabaran itu kan senantiasa tersemat. Aamiin

Senin, 28 Oktober 2013

Puasa Hari Arafah

Eid Al-Adha Mubarak

Laba-laba

Melihat Gunung

“Pemuda-Pemudi Indonesia Menolak Kapitalisme Demokrasi & Memperjuangkan Khilafah Islam”

Mohon SEBARKAN!

Nomor: 61/PN/10/13 
Jakarta, 27 Oktober 2013/22 Dzulhijjah 1434 H

PERNYATAAN MUSLIMAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA
“Pemuda-Pemudi Indonesia Menolak Kapitalisme Demokrasi & Memperjuangkan Khilafah Islam”

(Kritik Arah Pemberdayaan Pemuda)

Kondisi pemuda-pemudi Indonesia yang jumlahnya 62,6 juta (Data BPS 2013) adalah data demografi yang bisa menjadi tolok ukur utama menilai masa depan bangsa ini. Mampukah mereka membawa bangsanya menjadi negara besar, berdaulat dan berkemakmuran ataukah sebaliknya. Jutaan pemuda menjadi pecandu narkoba dan seks bebas, juga ribuan kasus aborsi yang mereka lakukan adalah fakta mengerikan tentang kondisi kerusakan moral mereka. Ratusan ribu lainnya terancam putus sekolah dan para pemudi yang menjadi korban eksploitasi fisik dan seksual di tempat kerja yang tak layak bagi mereka adalah bukti nyata kelemahan sistem untuk menyediakan sarana dan dukungan bagi penyiapan diri mereka sebagai pemimpin masa depan. Sistem demokrasi kapitalisme yang dijalankan saat ini nyata hanya menghasilkan kerusakan moral, menyengsarakan dan memiskinkan.

Alih-alih mendalami pangkal kondisi buruk kaum muda dan mengambil solusi tepat, pada peringatan Hari Sumpah Pemuda (HSP) ke 85 tahun 2013 ini pemerintah malah mencanangkan program pemberdayaan pemuda yang salah arah yakni mewujudkan pemuda yang santun, cerdas, inspiratif dan berprestasi dalam konteks menghadapi persaingan menuju ASEAN Community 2015. Bertepatan dengan pemberlakuan penuh UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan dan PP no 60 tahun 2013 tentang Pembentukan Lembaga Permodalan Kewirausahaan Pemuda (LPKP), pemuda-pemudi Indonesia diarahkan mengembangkan potensi, kemampuan, kepemimpinan dan kepeloporannya untuk pengembangan kewirausahaan. Program dan pemberdayaan ini secara tak langsung menegaskan bahwa pangkal kemiskinan bangsa ini adalah kurangnya jiwa kewirausahaan dan rusaknya perilaku anak bangsa adalah sekedar akibat hilangnya kesantunan. Sebuah arah pemberdayaan yang menyesatkan!

Sebagai kontribusi nyata mewujudkan solusi bagi berbagai persoalan bangsa khususnya menyangkut problem generasi, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:

Menolak arah yang salah pada program pemberdayaan pemuda. Kesalahan ini tidak hanya akan melanggengkan persoalan tapi juga bisa menumpulkan potensi perubahan yang dimiliki kaum muda.

Menolak sistem Kapitalisme Demokrasi yang telah terbukti menjadi penyebab kemiskinan massal, menumbuh suburkan kerusakan moral dan menjadikan negara berlepas tanggung jawab memberikan layanan pendidikan kepada pemuda-pemudi masa depan bangsa.

Mengajak semua pihak menyadari hanya dengan Islam dan sistem khilafah lah potensi pemuda-pemudi bisa diarahkan pada kebangkitan bangsa. Karena Islam membekali mereka dengan pemikiran benar tentang solusi seluruh masalah kehidupan dan menyediakan segenap sarana yang mendukung proses penyiapan dan pemberdayaan kaum muda sebagai pemimpin masa depan.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا للهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.. (QS.Al-Anfal[8]: 24)

Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
Iffah Ainur Rochmah
HP : +628111131924
Email: iffahrochmah@gmail.com

Lantun dan Terus Senandungkan




Sahabatku . . .

Dikala semakin banyak tantangan dalam berdakwah menegaknya hukum Allah. Di saat itu pula kita menemui orang-orang yang masih mengutarakan "Negara Islam itu Mustahil, Negara Islam (Khilafah) itu sulit, tak mungkin dan lain sebagainya". Maka, alamiahnya kepayah letih pun menghinggapi diri pengemban dakwah. Namun,

Sudahkah hari ini kita melantunkan hadits riwayat Ahmad tentang bisyarah kembalinya Khilafah?

Sudahkah hari ini kita membaca Qur'an Surat An-Nur ayat 55 tentang janji Allah akan kemenangan Islam?

Menghayatinya, sungguh ada aura berbeda saat sebelum kita melantunkan dengan sesudah kita membacanya. Ada tambahan kekuatan yang memantapkan bahwa Khilafah bukan mustahil tapi janji Allah yang rasanya sangat-sangat teramat dekat.

Maka cobalah setiap harinya kita lantunkan bisyarah dan janji Allah Subhanahu wa Ta'ala tersebut, semoga Allah mengokohkan barisan hamba-hamba-Nya yang ikhlas berdakwah dijalan-Nya.Aamiin

 Salam Melukis Cahaya Khilafah . . .

---------------------------------------------------------------------
[Nikon D5100 | ISO-100 | f/11 | 1/500 sec | Lokasi : Malioboro]
 

Alloh Segalanya Bagiku


Helaan nafas yang melepas mengarunia
Menjernihkan fikiran membeningkan hati
Menganyam segi tali nan menghubung jiwa
Mewujud dalam ada rasa syukur tak terperi

Usia yang terpinjami kian terkurang
Waktu menjelma tua pun kini dirasa
Menyibuk mengejar pada kesadaran gemilang
Bahwa Allah kan selalu membersama

Ya Robbi
Kuatkan jika ku lengah
Kokohkan jika ku kepayah
Bangkitkan jika ku terjatuh
Tangguhkan jika ku lelah

Karena dorongan cinta pada-Mu
Ku tundukan segala haqa nafsu
Menorehkan konsekuensi keimanan yang padu
Berfikir sebelum beramal menjadi tentu

Kesaksian

Lahirku di dunia bukan ada alibi apa
Namun, terjalin ikatan kokoh yang tak bisa terlepas
Ikatan antara makhluk dan Sang Pencipta
Meski awalnya lahir dalam jeratan sistem kapitalisme keras

Menjala diri tuk tautkan hati
Dunia kesaksiakan akan adanya Allahu Robbi
Mencipta dan mengatur akan segalanya
Alam semesta, kehidupan dan jua manusia

Kesaksian itu tak bisa terdiam
Ketaatan yang terpatri dalam jiwa
Menggunakan aturan Pencipta untuk melangkah dijalan-Nya
Kerundukan pada aturan-Nya konsekuensi kesaksian

Kapitalisme yang berada di depan mata menjuntai
Kan sirna dengan tepisan Islam ideologi yang menancap
Tinggal menunggu waktu sistem kan segera berganti
Kapitalisme menjadi Sistem Islam yang tegaknya pasti


Azzam Bertekad (Latar : Palestina)

Oleh : Ukhtyan Muhibbah Firdaus

Semilir hembus angin membelai Azzam bocah usia 13 tahun. Suasana riuh lalu-lalang di Rumah Sakit darurat relawan Indonesia, Azzam terbangun dari komanya.

“Assalamu’alaikum, Shobahul khair” sapa dokter muda berkalungkan stetoskop disampingnya.
“Alaykumusalam, Shobahul Nur. Thobibah, hadza aina?” tanya Azzam sembari melihat sekelilingnya.
“Tenang azzam, kamu ada diruangan dan kondisi yang baik-baik saja. Kenalkan Ana teman kerja ibumu, panggilsaja Miss Faiza” jawab Faiza sambil merapikan Jas putihnya.

Azzam merupakan anak pertama dari pasangan dokter Ayubi dan dokter Sarah asal Indonesia. Sejak usia lima tahun Azzam sudah ikut tinggal di Palestina. Setahun yang lalu mereka sekeluarga sempat pulang ke Indonesia untuk mengunjungi kampung halaman. Namun, pasca pergolakan Gaza orangtua Azzam memutuskan untuk kembali ke Palestina menjalankan amanah sebagai relawan medis. Jenazah Dokter Sarah sudah tiba di camp yang jaraknya tidak jauh dari bangsal Azzam terbaring. Sarah meninggal karena dianiaya oleh tentara Israel saat mencoba memerkosanya dan ditembak.

“Aina Ummi?” Tanya Azzam.
“Anak sholih, tenang ya! Ummi insyallah dalam kondisi terbaik disana.” Jawab Faiza. Azzam juga menanyakan kedua adiknya Aisyah dan Nisma.  “Mereka insyallah juga dalam kondisi terbaik”, lanjut Faiza. Muski sebenarnya Faiza belum kuat untuk menyeritakan semuaya jika kedua adiknya telah meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan bangunan akibat bom Kamis tadi malam.”
Azzam mulai pelan-pelan menggerakkan tangannya. Ada yang ia rasa berbeda, ingin ia beranjak bangun.

“ALLAHUAKBAR!!!“ pekik Azzam memekakan telinga Faiza

Menaikan suara Azzam teriak “Miss, dimana kakiku?” disusul keras tangisan Azzam mengalirkan air mata. Faiza menjawab, “Semalam Azzam pulang menghafal Al Qur’an bersama Zaid, tapi pasukan Israel mengirimkan rudal” belum selesai bicara Azzam bertanya. “Aina Zaid?” bentak Azzam.

“Zaid insyallah dalam kondisi terbaik.” Faiza masih coba menahan lelehan air mata. Sesungguhnya Zaid pun dikabarkan telah meninggal dunia ditempat, terkena bom rudal.

“Hiks…hiks…Miss jangan bohong, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi..” tangis air mata Azzam memecah dan rebahlah tubuhnya.

“Tidak Azzam. Ingat! kamu masih punya Allah. Baiklah Miss akan ceritakan sesungguhnya. Ibumu Insyallah syahidah saat terjun ke medan perang mengobati mujahidin. Ayahmu pun insyallah juga syahid saat berusaha membela kehormatan Ibumu.” Airmata Faiza akhirnya tak terbendung membasahi pipinya.

“Miss, Azzam ingin menyusul mereka!!! Azzam bertekad akan menyusul mereka!!!” ketus Azzam.
“Tidak Azzam, kamu harus istirahat cukup, obat dari Indonesia sudah datang. Kamu harus sabar, ikhlas” iba Faiza masih menyeka teteskan airmatanya.

“Iya Miss aku tahu, Palestina kini memang rapuh, Palestina memang lengah. Saat pulang ke Indonesia kemarin, Kakek menceritakan padaku bahwa Bumi Palestina ini dulunya adalah tanah yang kaya, subur, makmur, indah ternaung oleh syariah Islam. Terlebih luar biasa saat Shallahuddin Al Ayubi bersama pasukan Islam mampu menakhlukan Al Quds dari pasukan Salib. Sampai-Sampai Kakek memberi nama ayahku “Ayubi” karena ada harap Ayahlah yang membebaskan Palestina kelak. Miss Faiza tahu tidak? Palestina itu dulu besarnya ibarat Pulau Sumatera, namun kini dijarah Yahudi/Israel hingga secuil seperti Aceh. Miss, meski aku tak lagi punya satu kaki, tapi aku masih punya keimanan. Akan ku perjuangkan kembali tegaknya Khilafah yang menjadi satu-satunya benteng pengembali kemuliaan Islam di pangkuan kaum muslimin. Berikan aku ikat kepala berlafadz kalimat syahadat itu Miss!” tunjuk Azzam mengarah pada tas coklatnya.

(Flash Fiction)

Selasa, 01 Oktober 2013

Bunga Syahdu


Oleh: Ukhtyan Muhibbah Firdaus

“Maaf kak, Salsa datang terlambat lagi”, rengek Salsa.

“Mengapa adik tak menepati janji, ini sudah pukul berapa dik?” sambung Firda.

“Eumm…tadi ada kendala teknis kak, Maaf!” imbuh Salsa.

“Besuk lagi jangan diulangi ya Dik. Baik kita lanjutkan kajian kita hari ini. Materi siang ini tentang konsekuensi keimanan kita terhadap Allah swt yaitu harus senantiasa taat dengan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang” Firda meneruskan materi kajiannya.

Salsa tidak menceritakan kondisi sesungguhnya. Sejenak duduk bersila, paru-parunya sudah terasa sangat sakit. Hampir satu bulan Salsa terserang penyakit misterius, awalnya hanya batuk kecil namun lama-kelamaan membuat dirinya merasakan sesak nafas. Minggu lalu Salsa sempat diperiksa ke rumah sakit dan dokter menganjurkan untuk rawat inap, namun Salsa enggan melakukannya karena kondisi ekonomi keluarga yang serba kecukupan. Salsa mencoba menguatkan tubuhnya untuk tetap menghadiri kajian minggu siang ini. Di samping Salsa sudah duduk teman SMA sekelasnya Dinda dan Mila yang sudah hadir sebelum jam 1 siang tadi.

Di Mushola bercat hijau inilah kami mengkaji Islam bersama. Berita penyakit Salsa ini pun belum diketahui oleh Dinda, Mila dan Kak Firda.

“Uhuk-uhuk..Uhuk…” Batuk Salsa mulai menggelitik dan menggoda.

Suara batuk itu awalnya hanya lirih, namun ditengah pembahasaan materi suara batuknya semakin mengeras tak bisa tertahan. Kuatir menggangu Salsa izin ke belakang.

“Uhuukkk… Afwan kak, Salsa izin”, “Iya dik, silahkan” jawab Firda.

Di tempat wudhu wanita Salsa membatuk sejadi-jadinya. Mencoba menahan suara kerasnya batuk, ditutuplah tangan pada mulutnya. Salsa melepas tangan dari mulutnya ia mendapati darah kental telah membasahi telapak tangannya.

“DEEGGGG!!!”, Salsa kaget. “Astagfirullah”, batinnya.
Rasanya semakin tak karuan, sesak dan tak tertahan. Segeralah ia bersihkan tangannya dengan air kran. Merasa masih menguatkan diri, Salsa tetap melangkahkan kaki menuju kajian di depan teras mushola.

Waktu cepat berlalu, hampir ashar pertanda kajian segera selesai. Kak Firda pun menutup dengan salam dan persiapan salat ashar.
“Kak Firda, Salsa salat dirumah saja kak”, izin Salsa
“Oh iya dik, hati-hati dijalan ya” Sembari bersalaman dan memeluk Salsa.

Jarak Mushola dengan rumah Salsa berdekatan, sekitar 10 menit ia berjalan dan sampai di rumah mungilnya. “Assalamu’alaikum Mak?” tak ada jawab dari dalam. Salsa mulai curiga, bergegas Salsa membuka pintu ke dalam kamar Emak. “Mak!!!!” teriaknya, tak juga ditemui Emak.
Hatinya semakin gusar. Ia lari ke dapur, tak juga ditemukannya. Beranjak ia lari menuju kamar mandi

“Braaaakkk” dia dorong pintu kamar mandi, didapatinya Emak sudah tergeletak tak bernyawa.
“Emaaaaaaaaaaakkkkkkkkk….Maak bangun Mak”, tetesan air mata Salsa pun menderas mengalir tak terbendung. “Tolong..tolooonngg” teriak Salsa.

Kabarnya Emak memang sudah lama mengidap TBC, pengobatannya tertunda karena Emak menguatirkan mahalnya biaya berobat rumah sakit. Kondisi Salsa telah Yatim sejak SMP dan ibunya telah tiada, kini tinggal sebatang kara. Dalam duka dan tetangga yang sudah mulai datang berkerumun.

Ia masuk kamar, ditemukannya secarik kertas di meja. Emak sempat menuliskan pesan “Nak, tetaplah istiqomah berada di barisan dakwah Khilafah. Hingga maut menjemput kita atau kita mati dalam rangka memperjuangkannya”. Diambil pula setangkai Tulip Biru bunga kesukaannya yang terselip rapi dibalik kertas. Salsa tahu ini tulip biru dari hutan yang biasa Emak bawakan saat pulang mencari kayu.