Minggu, 31 Maret 2013

Hidup Indah dengan Syariah & Khilafah

Oleh : Ukhtyan


Bismillaah...
Ada kalanya kita sebagai pengemban dakwah selalu dihujani dengan berbagai tindak penolakan dakwah
karena peluang hasil dari suatu kerja dakwah antara diterima dan ditolak
Sayang, ada kalanya kita tak selalu menyiapkan penolakan tersebut
Apakah selalu ada hasrat berharap menuntut pada objek dakwah agar mereka menerima apa yang kita sampaikan?

Maka bersiaplah untuk merangkul kekecewaan karena buah tuntutan dan harapan pada manusia
Menataplah kedepan bahwa tumpuan dan harapan itu bukan kepada manusia dan cukuplah hanya kepada Allah. Karena Allah yang Maha Membolak Balikkan hati manusia
Maka siapkan "resiko penolakan" niscaya dakwah itu begitu nikmat dan seru

Memang bukan perkara yang mudah
Mamang ini perihal yang sulit. Namun sulit bukan berarti kita tidak bisa.
"Pasti Kita Bisa!"

Karena setiap usaha untuk membangun tegaknya Syariah dan Khilafah selalu ada pundi-pundi pahala menawan
Wajar jika akan selalu dihadang oleh beribu tantangan dan rintangan
Karena kita pengemban mabda' Islam, maka kita tak akan mundur!
Karena kita Yakin akan janji Allah, maka kita tak akan kendur!

Mari melangkah menyeru kepada Islam Kaffah
Mari berlari untuk menyibak kemungkaran sistem jahiliyah

Khilafah tinggal permasalahan waktu
Berjuanglah menjemput INDAHnya hidup dalam naungan Khilafah yang insyallah keberkahannya akan menaburi dari langit dan bumi. Allahuakbar!

Gubug Biru, 27 November 2012, 5.25 pm

Pemain atau Penonton?

Oleh : Ukhtyan

Bismillaah...
Dunia butuh perubahanmu teman!
Perhatikan teman, ketika kita ibaratkan pada suatu pertandingan sepak bola.
Mau menjadi pemain atau penonton itu adalah pilihan.

Kita bisa perhatikan seksama bagaimana pertaruhan dan pengorbanan sang pemain berjuang untuk mengegolkan (meraih kemenangan). Mereka optimalisasi dan kerahkan apa yang mereka miliki,  mereka rela harus berlapar-lapar ria, harus berhaus-haus lama dan tentu mereka memeras otak untuk berfikir strategi agar dapat meraih kemenangan.

Posisi ini tentu berbeda dengan si penonton. Yang mereka harus antri panjang untuk mendapatkan sehelai tiket dan meraih kocek bayar tiket. Jika dapat kelas VIP maka mereka berada pada kesempatan tempat duduk yang empuk, dan fasilitas makanan. Dari jauh mereka sibuk dengan atribut dan bersorak-sorai memberi support kepada sang pemain. Dapat dipastikan ketika sang pemain mencetak gol kemenangan tentu mereka yakni para penonton juga akan turut merasakan kebahagian kemenangan.

Sekarang, apakah sama upaya dan peran pemain dengan penonton?
Tentu berbeda!
Dari penggalan kisah diatas dapat kita ibaratkan bahwa sang pemain itu adalah pejuang syariah Islam yang saat ini berupaya mengorbankan waktu, fikiran, harta, bahkan nyawa mereka untuk menyongsong kemenangan Islam dengan gol tegaknya Khilafah.
Sedangkan si penonton, yakni mereka yang saat ini tidak turut serta dalam perjuangan tegaknya Khilafah namun mereka sorak-sorak mendukung dan kelak ketika gol kemenangan itu terwujud mereka juga mengharapkannya.

Mumpung saat ini permainan belum ada yang mengegolkan (dengan kemenangan Islam Khilafah jilid II). Buat para penonton yuk bersegeralah menjadi bagian pemain tegaknya Islam dalam naungan Khilafah.

Dan Kenyataanya..penonton Lebih Hebat dari Pemain...
Tapi setelah Penonton di suruh main..hehe ^__^

Let's struggle for Khilafah!

Gubug Biru, 30 November 2012. 6.00 pm

Khilafah Pasti Kembali

Oleh: Ukhtyan

Bismillaah...
Khilafah akan kembali
Ada atau tidak adanya kita berjuang didalamnya
Khilafah akan kembali
Suka atau tidaknya perasaan umat manusia

Khilafah akan kembali
Nyaman atau tidaknya para kaum kuffar
Khilafah akan kembali
Kecil atau besarnya makar kaum kafir

Khilafah akan tegak
Tak peduli apa kata para musuh-musuh Allah
Karena Khilafah tegak bukan karena kesepakat mereka
Namun Khilafah tegak atas dorongan konsekuensi keimanan dan atas izin Allah swt

Mari!
Persiapkan diri meniti hari
Melangkah menggapai ridho illahi
Dengan terus mengikatkan diri
Pada hukum syariah yang memuliakan insane

Kobaran perjuangan penegakkan hukum Allah is never ending, sampai Khilafah tegak pun akan terus menyala. Allahuakbar!!!

Tentang Sebuah Kemenangan

Oleh : Al Khanza Demolisher & Ukhtyan

Ganasnya angin malam menelisik hingga ke urat nadi
SemiLirnya membuat tubuhku meronta
Gemuruh kian menakutkan
Petir memekik tak kunjung reda
Ku kira hujan akan turun eh ternyata badai salju di negeri tropis
Heran
Terdiam
Membisu
Penuh tanya

Fenomena alam senantiasa memberi tanda
Bahwa kita tak akan pernah mengetahui apa yang ada didepan kita
Disisi petang menjulang tinggi taburan bintang merona
Menandakan malam kan segera sirna merajut gelap gempita
Akankah kelamnya malam membuat syahdu?
Tentu ada keniscayaan benderang yang menguhujam nan merindu

Tenang kawan...
Gelapnya malam tentu akan digantikan benderang
Begitulah Allah telah kabarkan dalam surat cinta-Nya

Kala terang sang mentari mulai menyingsing
Tak kuasa hingar binggar kedua kelopak mata
Mengurai suatu bukti pahitnya perjuangan
Berlari menjemput apa yang telah dikabarkan-Nya

Kabar bahwa badai telah berlalu
Entah...mungkin badai telah ditelan ombak
Aku tak peduli...
Yang aku tahu...kabar itu tentangku, kamu dan kita semua
Tentang sebuah jerih yang dialiri peluh pejuang

Ya..kabar itu adalah sebuah kemenangan hakiki
Kemenangan yang akan menggetarkan pelosok negeri
Tak hanya itu..
Gaungnya membahana hingga penjuru bumi
Sorak-sorai negeri muslim menyambutnya
Kemenangan yang akan menyatukan mereka dalam satu atap, satu bingkai, satu kepemimpinan
DAULAH KHILAFAH ISLAMIYAH...

Ku mencoba menorehkan arah pandangan,
Pekikan takbir tak ada yang membendungnya,
Pasukan pembawa panji ar roya telah berbaris membukit disebelah timur hingga barat.
Betul badai itu ku kira lama sirna, namun itu sangat cepat berlalu.
Dan kemenangan Islam tak akan ada yang bisa mengundurkan
Serta tak ada yang memajukan

Ayoo...
Gelorakan semangat dakwah..
Sebab diam akan tertusuk pedang
Berlari menuju negeri yang menunggu pembebasan para mujahid,
Katakan pada kaum kuffar bahwa episode kelam telah berakhir
Ia telah menjemput ajalnya, merongrong kesakitan
Diterkam tentara gabungan umat muslim dari seluruh penjuru negeri
Katakan pada dunia : KAPITALISME IS OVER !!!


Awas, ada rambu-rambu!


Bodinya mulus, dilap semakin mengkilap, disemprot makin clong, cekep nian. Humm… yuph Raider Merahku, siapkan kau mengantar dan menemaniku mbolang pagi ini. Dengan mesin sudah terpanasi pertanda siap diajak mbolang khan ya. Pagi ini kita mbolang ke kampus yuuk. Oyah kalau ada yang bingung apa itu mbolang, hehe mbolang itu semacem pergi untuk petualang gitu, terinspirasi dari bocah petualang..hehe

Dengan me “on” kan kunci dan menyalakan starter, Raider sudah teryalakan mesinnya.”Klik”siap pakai help meluncur ke kampus…masukan gigi dulu baru bisa jalan,”Tap”..siap dah!
Hembusan angin pagi ini memang segar, sesegar rindangannya pepohona wilayah bukit Kaliurang. Dengan masih menikmati pemandangan terus ku laju dengan kecepatan standar standarnya ya sekitar 80/km..hehe


Hiruk pikuk warga Jogja membuat perjalanan pagi semakin terkondisikan jalan berpadat ria. Saat melewati perempatan tepatnya di wilayah Jalan Magelang. Sudah terlihat kemacetan dari jauh. Ternyata oh ternyata ku dapati kebetulan rambu-rambu lalu lintasnya padam. Mungkin dikarena ada listrik yang putus karena semalam hujan deras. Tak kebayang, bagaimana jadinya ternyata tumpah ruah masyarakat yang hendak berangkat melakukan kegiatannya terhambat diperempatan tersebut. Tak tanggung-tanggung banyak orang-orang yang menginginkan duluan agar segera sampai. Dari arah utara, banyak orang-orang berkendaraan yang memilih untuk tetap terus berjalan,  seketika ku tolehkan kea rah selatan perempatan kondisinya sama, mereka tak mempedulikan karena keinginannya yang segera duluan bahkan tak ada rasa sabar untuk berjalan dengan antrian. Sesekali melirik kea rah timur, kondisinya lebih parah mereka juga tak sabaran untuk segera melewati perempuan, dan posisiku yang berada diarah barat klakson dibelakang tak henti-hentinya berbunyi ditambah ternyata didepanku sudah menumpukk kendaraan berhenti ditengah-etngah perempatan.

Aku sendiri juga pusing melihat demikian, jujur saja aku juga ingin segera mendahului semuanya, karena ada agenda ke kampus pagi. Namun apa daya aku lebih memilih berhenti sejenak dan bersabar menunggu kemacetan usai. Sungguh peristiwa ini cukup lama, tak sekedar macet, awalnya justru ada kecelakaan, karena rambu-rambu tak berfungsi. Sudah ada korban kecelakaan pagi ini dilansir korbannya tiwas satu dan kakaknya masuk rumah sakit. Polusi kendaraan pun juga membuatku tak betah dengan lingkungan perempatan. Masing-masing orang memiliki keingian untuk memenuhi keinginannya. Kata-kata kasar pun keluar tak peduli karena macetnya. Ditengah-tengah perempatan itu posisi kendaraan baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat tak lagi bisa maju dan tak lagi bisa mundur. Tumpah ruah, ditengah. Apa yang akan saudarilakukan jika demikian yang terjadi, nampaknya tanpa adanya rambu-rambu tersebut adalah menjadi akar permasalahannya mengapa kemacetan, kecelakaan dan lainnya bisa terjadi karena Rambu-rambunya mati total.

Wahai saudariku ini sebuah analogi, manusia sebagai makhluk Allah yang dicpitakan Allah memiliki potensi kehidupan membuat manusia senantiasa melakuakn segala sesuatu keinginanya. Begitu juga dalam perkara melakukansesuai dengan keiningan manusia sendiri, seoerti yang bisa kita lihat pada contoh para pengendara yang tak sabar dan mereka memilih untuk mengikuti hafa nafsu keinginanya sheingga berujung pada kemacetan atau kecelaakan.

Sejatinya manusia hidup itu adalah butuh dengan aturan/rambu-rambu. Ia tak bisa hidup bebas sesuai dengan keinginnannya, jika manusia hidup sesuai dengan keingiannanya maka yang etrjadi seperti bencara di peremptana tadi maju  gak bisa mundur pun gak bisa, dihimpit oleh masalah ditengah-tengah perempatan. Untuk it manusia butuh akan adanya rambu-rambu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, jika haram maka harusnya ditinggalkan. Jika wajib segera dilakukan, ibarat jika lampu merah ya berhenti bukan malah diterobos, atau aturan rambu-rambunya lampu hijau ya berjalan bukan malah berhenti. Demikian syariah Islam yang sebagai rambu-rambu kehidupan kita, yang dengannya ia mampu menundukan segala kehidupan kita dengan aturan tidak bebas. Sehingga manusia akan sampai kepada tujuan hidupnya,

Melangkah Maju

Muski banyak orang tak menyukainya
muski orang banyak yang mengucilkannya
muski banyak orang yang meragukannya

Ingatlah bahwa Seruan ini akan terus membahana
seruan ini tak akan tersurutkan
walaupun orang pura-pura tau, tapi tak mau tau
walaupun orang-orang sudah melihat, tetapi tak mau peduli
walaupun banyak orang yang telah membacanya tapi menghiraukannya

ku berbayang . . .
sungguh hidup yang hanya satu kali ini sangat dirugikan dan sangat-sangat disayangkan. Apabila Allah telah mengizinkan kita untuk membaca satu kata ini yakni “KHILAFAH”. Apa jadinya kelak ketika di akherat ditanyai
Pernahkan kau membaca kata KHILAFAH?
Kenapa kamu tidak ikut memperjuangkannya?
Sungguh, itu berbayang dalam benakku. Penyesalan memang bukan terletak diawal situasi pastinya sesal datang diakhir situasi. Sungguh beruntunglah saat ini bagi insan manusia yang pernah bertemu dengan kata “KHILAFAH” dan ia mau mencari tau apa itu KHILAFAH? Apa yang akan terjadi jika tidak ada KHILAFAH? Apa yang akan terjadi jika ada KHILAFAH?
Perjuangan KHILAFAH bukanlah perjuangan seorang diri atau sekelompok semata tetapi ini adalah perjuangan bersama kaum muslimin. Semoga kita adalah bagian orang yang beruntung tersebut yang membaca, memahami dan memperjuangkan kata “KHILAFAH”



Mari Bercermin

Mengapa setiap kali ku mencatat akan kekurang optimalanmu aku berkaca pada diriku
Seolah ketika ku mencoba mencarikan jalan solusi bagimu, aku pun tersontak pada permasalan yang kurasa omonganku adalah jalan keluar pula pada masalah diri ku
Kesemakin banyak mencatat akan noktah-noktah belum optimalnya potensi yang kau miliki.
Semakin ku menuliskannya semakin terasa dan menyentuh pada belum optimalnya jua diri ku mengurusi dirimu
Cerminan mu, cerminanku.
Tak jarang selalu ada muhasabah dan refleksi serta kontemplasi diri
Berpijak pada posisi pengemban dakwah merubah keadaan
Apa yang kita omongkan, apa yang kita seru dan sampaikan menjadi mengingat pada pribadi diri kita
Berani bicara berani melakukan
Terpancang pagar-pagar kemakrufan merangkai jala-jala kekokohan perjuangan
Cermin menjadikan kita berkaca, bahwa apa pun amanah dakwah yang kita pikul menjadi parameter akan keseriusan kita, serta melangkah taguh dan tegap menyibak kemungkaran.
Kemanakah Sumpah yang telah kau ucapkan. Ingat bukan sembarang berucap  tapi perjanjian yang kokoh
Mari Berbaadzilan Juhdi!

Menepis Dikotomis Ilmu


“Sudah belajar saja ilmu-ilmu agama jangan kamu belajar ilmu-ilmu yang sekuler seperti biologi, kimia, kedokteran dan lainnya”. Begitulah salah anggapan beberapa intelektual yang menyatakan bahwa produk fakultas yang berbau umum dianggap sebagai sekuler. Maka wajar ada anggapan pula bahwa untuk menuju kepada kemajuan pendidikan sehingga prodi-prodi yang berbau Islam kini mulai berubah menjadi ilmu-ilmu umum. Dengan mencoba pelan-pelan dengan mengubah mata pelajaran agama dengan mata pelajaran yang sifatnya umum (iptek). Maka mulai ditambahkan dengan mata pelajaran yang bersifat umum, misalkan dibukanya fakultas sains dan teknologi, jurusan biologi, kimia, fisika dan lainnya.

Dari sini mulai mencoba keluar dari doktrin bahwa ilmu pengetahuan adalah sekuler sampai-sampai haram penghukumannya. Hal ini kemudian menjadi masalah. Seolang pelajaran agama dianggap sebagai pelajaran yang tradisionalis, kuno,  kaku. Berbeda dengan anggapan tentang pelajaran umum yang terkesan dikemas modern, maju dan membawa manfaat. Hal ini sudah menjamur hingga turun temurun kepada para kaum mahasiswanya.  Memandang hal yang sama bahwa ilmu umum seolah haram dan ilmu agama wajib. Sehingga ada upaya untuk “out of the box” dengan mengadakan ilmu yang pengetahuan tadi. Akhirnya sekarang muncul tadi prodi dan fakultas-fakultas yang umum. Umum disini tidak hanya diperuntukan untuk mahasiswa (peserta didik) muslim tetapi juga untuk mahasiswa yang non muslim.

Analisa
Dari melihat fakta disini, dapat kita analisa pada beberapa point yang meliputi :
1.      Ada kesalahan dalam memahami hukum menuntut ilmu pengetahuan umum dengan menuntut ilmu agama.
2.      Mudahnya silau dengan arus modernisasi
Pada analisa pertama mengapa bisa dikatakan salah dalam memahami hukum thalabul ilmi. Islam memandang bahwa menuntut ilmu hukumnya fardhu’. Berhenti disini menuntut apa pun itu ilmunya adalah fardhu’. Sehingga sangat tidak tepat jika menuntut ilmu pengetahuan umum adalah haram (sekuler). Karena menuntut ilmu saja adalah wajib.
Dalam Firman Allah, QS. Al Mujadallah ayat: 11 àkasih
Dan hadits Rasulullah SAW, thalabul ilmi faridhatun ‘ala kulli muslimin.

Bahwasanya menuntut ilmu adalah sesuatu yang fardhu. Kefardhuan itu memiliki dua macam yakni:
1.      Hukumnya fardhu kifayah maknya adalah bahwa hukum ini terbebankan kepada semua orang yang sudah baligh apabila sudah dilakukan oleh orang lain, maka ia tidak wajib untuk mengambil mata pelajaran tersebut. Sebagimana bisa kita analogikan sama seperti hukum fardhu kifayahnya memandikan jenazah. Misalkan saja kita, ada tetangga kita yang meninggal dunia, maka banyak para tetangga-tetangga lainnya turut berkerumunan disana bahu-membahu untuk mengurusi jenazah, dengan memandikan, mengkafani, menyalatkan dan menguburkannya.

     Hal ini bagi diri kita jatuhnya fardhu kifayah, jika sudah ada orang lain yang mengambil peran disitu maka tergugurkan kewajiban kita. Lantas bagaimana konteksnya disini jika dengan menuntut ilmu. Hukum fardhu kifayah ini adalah hukum menuntut ilmu pengetahuan umum seperti kimia, fisika, biologi, kedokteran, teknik, IT dan lain-lain. Sehingga bukan menjadi kewajiban kita apabila sudah ada orang yang mengambil jurusan/mata pelajaran tersebut. Namun hal ini akan menjadi kefardhuan’ain apabila belum/sama sekali tidak ada yang mengambil mata pelajaran/jurusan tersebut. Sama seperti hukum mengurusi jenazah tadi  diatas, apabila ada tetangga yang meninggal tetapi tidak ada satupun dari tetangga-tetangga kita yang mengurusinya maka menjadi kefardhu’ain-an bagi kita untuk mengurusinya hingga menguburkannya.
    
    Bagitu juga dengan menuntut ilmu umum, apabila misalkan disuatu daerah dimana daerah terpencil tersebut terdapat banyak penyakit dan penyakitnya tersebut adalah penyakit yang berbahaya. Sehingga butuh penanganan oleh orang yang ahli. Maka mengambil jurusan kedokteran disini menjadi keharusan, karena hanya dengan mengambil jurusan kedokteran tersebut kampung/daerah tersebut dapat diobati.
Maka dari itu kedudukan ilmu pengetahuan umum ia bukanlah sesuatu yang haram (Sekuler) tetapi sama-sama hukumnya fardhu dalam mencari ilmunya.
2.      Hukum menuntut Ilmu yang fardhu’ain,

[bersambung..]

Mempersiapkan Suasana Nushrah



Kapan Hizbut Tahrir dan dakwahnya berhasil mencapai tujuannya? Kapan umat berhasil meraih kekuasaan dan menegakkan Khilafah Islamiyah melalui aktivitas thalabun nushrah?
Dalam konteks thalabun nushrah, ada beberapa perkara penting yang harus dimengerti para pengemban dakwah Islam, yaitu:
a. Pengertian thalabun nushrah secara bahasa maupun istilah.
b. Bagaimana suasana thalabun nushrah di Madinah al-Munawarah dipersiapkan dan bagaimana suasana itu dipersiapkan pada masa sekarang.
c. Realitas umat sekarang, dari sisi apakah mereka telah memiliki kesiapan untuk menerima perkara yang besar ini, ataukah belum?
d. Bagaimana cara menyempurnakan thalabun nushrah hingga memiliki kapasitas untuk mendorong terjadinya penyerahan kekuasaan?

Pengertian Thalabun Nushrah
Secara bahasa, an-nushrah dan al-munasharah memiliki makna i’anah ‘ala al-amr (menolong atas suatu perkara). (Ibnu Mandzur, hlm. 210).
Menurut istilah, thalabun nushrah adalah aktivitas meminta pertolongan yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kewenangan (amir) kepada orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk tujuan penyerahan kekuasaan dan penegakkan Daulah Islamiyah, atau untuk tujuan-tujuan lain yang berhubungan dengan dukungan terhadap dakwah, misalnya: (1) untuk melindungi para pengemban dakwah di negeri-negeri Islam agar mereka mampu menyampaikan maksud dan tujuan dakwah mereka di tengah-tengah masyarakat; (2) untuk menyingkirkan berbagai macam keburukan, baik yang akan menimpa maupun yang telah menimpa pengemban dakwah; misalnya, meminta pertolongan dari tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh pada kekuasaan agar penguasa tidak memasukkan pengemban dakwah ke dalam penjara, atau berdiri di sampingnya ketika pengemban dakwah harus menghadapi persidangan, dan lain sebagainya; (3) untuk mempopulerkan dan menunjukkan kekuatan Hizbut Tahrir kepada masyarakat dengan cara memberdayakan orang-orang yang memiliki kekuataan dan pengaruh, setelah mereka masuk Islam dan qana’ah terhadap pemikiran-pemikiran dan tujuan-tujuan dakwah Hizbut Tahrir.
Adapun thalabun nushrah yang ditujukan untuk aktivitas istilam al-hukm (penerimaan kekuasaan) dan penegakkan Daulah Khilafah Islamiyah membutuhkan sejumlah kondisi dan syarat-syarat yang berbeda dengan semua bentuk thalabun nushrah yang telah dijelaskan di atas. Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1. Terbentuknya opini umum (ra’yu al-’am) tentang Islam dan Hizb yang bersumber dari kesadaran umum (wa’yu al-’am) di suatu negeri Islam.
2. Terpenuhinya syarat-syarat khusus di suatu negeri yang hendak dimintai nushrah, yakni: negeri tersebut memiliki kemampuan untuk melindungi eksistensi dan keberlangsungan Daulah Islamiyah. Negeri tersebut harus mampu memberikan proteksi mandiri terhadap Daulah Islamiyah dan tidak di bawah proteksi negara lain, atau dikuasai secara langsung oleh negara lain.
3. Keikhlasan ahlul-quwwah dalam menolong dakwah; penerimaan mereka yang sempurna terhadap Islam dan Daulah Islamiyah; serta tidak adanya keraguan dan kekhawatiran pada diri mereka terhadap kekuatan lain atau negara lain, atau terhadap kelompok-kelompok Islam lain maupun kelompok non-Islam yang memiliki tujuan yang berbeda dengan tujuan Islam.
Thalabun nushrah untuk meraih kekuasaan adalah hukum syariah yang berhubungan erat dengan metode meraih kekuasaan. Penyerahan kekuasaan tidak akan terjadi tanpa adanya aktivitas thalabun nushrah serta terpenuhinya syarat-syarat di atas; sama saja apakah kekuasaan tersebut diserahkan oleh atau diminta dari ahlul-quwwah.

Mempersiapkan Suasana Nushrah
Siapa saja yang mengkaji Sirah Nabi saw. akan menyaksikan bahwa Nabi saw. melakukan beberapa aktivitas penting dan berkesinambungan sebelum mempersiapkan suasana nushrah dan penerimaan kekuasaan di Madinah. Langkah pertama yang beliau lakukan adalah mengontak delegasi suku Khazraj yang berkunjung ke Makkah dan meminta mereka masuk Islam. Setelah masuk Islam, beliau memerintahkan mereka kembali ke Madinah untuk mendakwahkan Islam kepada kaumnya. Setibanya di kota Madinah, mereka menampakkan keislaman mereka dan mengajak kaumnya masuk Islam. Jumlah kaum Muslim terus bertambah. Pada tahun berikutnya, mereka kembali menemui Rasulullah saw. Jumlah mereka pada saat itu 12 orang. Nabi saw. menerima mereka dan mengutus Mush’ab bin ‘Umair ra untuk menjadi pengajar mereka di Madinah. Akhirnya, melalui tangan Mush’ab bin ‘Umair ra., para pembesar Auz dan Khazraj masuk Islam serta menunjukkan dukungan dan loyalitas yang amat kuat terhadap Islam.
Setelah melihat kesiapan masyarakat Madinah, yang tampak pada masuk Islamnya para pembesar Auz dan Khazraj serta terbentuknya opini umum tentang Islam yang lahir dari kesadaran umum pada penduduk Madinah, Nabi saw. meminta mereka untuk menemui beliau pada musim haji.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa realitas Madinah sebelum terjadinya Baiat Aqabah II—baiat yang menandai terjadinya penyerahan kekuasaan di Madinah—adalah realitas yang dipersiapkan untuk pembentukan opini umum membela Islam dengan kekuatan. Artinya, Madinah dipersiapkan sedemikian rupa hingga Islam diterima oleh mayoritas penduduk Madinah dan menjadi opini umum yang mampu mendominasi para penganut agama lain di Madinah. Tidak hanya itu, opini umum tersebut juga ditujukan agar masyarakat Madinah siap membela kepemimpinan baru, yakni kepemimpinan Rasulullah saw. Opini umum untuk membela Islam tersebut lahir dari kesadaran umum mayoritas masyarakat Madinah dan para pembesarnya atas hakikat Islam dan atas diri Rasulullah saw. dalam kapasitasnya sebagai nabi dan pemimpin takattul Sahabat.
Rasulullah saw. belum bersedia menerima nushrah li istilam al-hukm, kecuali setelah kondisi-kondisi di atas terwujud dan yakin dengan kesiapan penduduk Madinah. Setelah yakin terhadap kesiapan penduduk Madinah untuk menerima dan membela kekuasaan Islam, Rasulullah saw. meminta wakil penduduk Madinah dengan disertai Mush’ab bin Umair menemui beliau di Bukit Aqabah. Tujuan pertemuan itu adalah meminta nushrah dari penduduk Madinah agar menyerahkan kekuasaan mereka di Madinah kepada Rasulullah saw. dan meminta kesediaan mereka untuk membela Rasulullah saw. dengan harta, anak-anak istri dan nyawa mereka. Aktivitas thalabun nushrah di Bukit Aqabah—sebagai langkah muqaddimah istilam al-hukm (penerimaan kekuasaan)—menjadi sempurna setelah Nabi saw. tiba di Madinah dan menegakkan Daulah Islamiyah di sana.
Terbentuknya opini umum yang lahir dari kesadaran umum merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh suatu negeri yang hendak ditegakkan thalabun nushrah li istilam al-hukm. Hanya saja, negeri tersebut juga harus memiliki kemampuan untuk melindungi eksistensi dan kelangsungan Daulah Islamiyah secara mandiri, dan tidak di bawah kendali atau dominasi negara lain. Opini umum untuk membela Islam, Hizb, dan pengikutnya harus lahir dari kesadaran umum untuk membela Islam dan Hizb. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka, di negeri tersebut tidak mungkin ditegakkan aktivitas thalabun nushrah li istilaam al-hukm, baik secara syar’i maupun ‘aqli. Jikalau dipaksakan dilakukan aktivitas nushrah di negeri tersebut, maka selain melanggar ketentuan syariah dalam hal thalabun nushrah, aktivitas tersebut juga akan berujung pada kegagalan dan kehancuran.
Yang dimaksud dengan opini umum pada konteks sekarang adalah; adanya keinginan untuk diatur dan diperintah oleh kekuasaan Islam pada mayoritas kaum Muslim yang ada di sebuah negeri yang layak dilakukan thalabun nushrah. Keinginan tersebut juga harus muncul pada diri ahlul-quwwah—panglima perang, pemimpin kabilah, dan lain sebagainya—dan tidak cukup hanya muncul pada mayoritas kaum Muslim belaka.
Adapun yang dimaksud dengan kesadaran umum (wa’y al-’am) adalah kesadaran umum terhadap beberapa hal; (1) tentang Islam, terutama pemikiran tentang Khilafah dan kekuasaan; (2) permusuhan dan upaya-upaya penyesatan yang dilakukan kaum kafir untuk menghalang-halangi tegaknya Khilafah; (3) umat tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari problematikanya, kecuali jika mereka mampu membebaskan dirinya dari pemerintahan yang menerapkan hukum-hukum kufur; (4) kesadaran terhadap tipudaya dan permainan politik kaum kafir untuk memalingkan umat dari jalan yang benar.
Di samping itu, di tengah-tengah umat juga harus tumbuh kesadaran tentang Hizbut Tahrir dan keikhlasannya dalam membebaskan umat dari dominasi sistem kufur, dan kesiapannya untuk menyongsong perkara yang amat besar ini.

Kesiapan Umat
Keadaan umum umat Islam sekarang menunjukkan bahwa mereka berhasil menyiapkan atmosfir nushrah dan istilam al-hukm. Hal ini bisa dilihat dari realitas berikut ini:
1. Opini umum untuk membela Islam.
Di banyak negara, opini umum untuk membela Islam dan keinginan untuk hidup di bawah naungan Daulah Islamiyah telah terbentuk secara massif pada mayoritas penduduknya. Keadaan seperti ini bisa dijumpai di Aljazair, Turki, Sudan, Mesir, Yordan dan Pakistan. Massifnya opini umum di negeri-negeri ini bisa dilihat dari hasil Pemilu serta masirah-masirah yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Islam yang secara terbuka menyerukan syiar-syiar Islam.
2. Terjadinya proses pembentukan opini umum untuk membela Hizb di beberapa negeri Islam.
Pembentukan opini umum untuk membela Hizb, dari sisi penerimaan umat terhadap pemikiran-pemikiran penting Hizb, seperti pemikiran Khilafah Islamiyah, dan pandangan-pandangan politiknya, telah berhasil cukup baik. Di beberapa negara seperti Indonesia, Turki, Sudan dan Pakistan, Hizb telah berhasil menghimpun umat sehingga mereka rela membantu dan membela Hizb dalam melawan sepak terjang kaum kafir.
Sayang, opini umum untuk membela Hizb masih harus menghadapi sejumlah halangan sehingga tidak memungkinkan bagi Hizb untuk memimpin umat dan meraih kekuasaan dari mereka. Faktor-faktor penghalangnya adalah: (1) pendustaan opini yang dilakukan oleh para penguasa terhadap Hizb, semacam dikembangkannya opini bahwa Hizb adalah gerakan teroris, menyimpang, sesat dan lain sebagainya; (2) penyesatan opini yang dilakukan oleh ulama-ulama yang menjadi kaki tangan penguasa fasik dan zalim untuk menyerang Hizb, keikhlasannya serta pandangan-pandangannya; misalnya mereka mengembangkan pemikiran tentang kebolehan banyak pemimpin di negeri-negeri Islam, utopia Khilafah, keharusan menerima demokrasi, dan lain sebagainya; (3) adanya partai, ormas dan LSM yang memiliki hubungan dengan penguasa maupun negara-negara imperialis yang terus menikam Hizb dan keikhlasannya.
Namun demikian, upaya pendustaan dan penyesatan opini maupun tikaman-tikaman yang dilakukan oleh kelompok-kelompok lain, sedikit demi sedikit mulai tersingkap. Akibatnya, umat semakin yakin akan kepemimpinan dan keikhlasahan Hizb dalam memperjuangkan hak-hak umat. Opini umum untuk membela Islam, Hizb dan aktivisnya semakin hari semakin menguat, dan tumbuh pesat hampir di seluruh negeri-negeri Islam.

Menyempurnakan Nushrah
Aktivitas thalabun nushrah untuk meraih kekuasaan umat hanya bisa sempurna ketika opini umum yang lahir dari kesadaran umum untuk membela Islam dan Hizb telah lahir di tengah-tengah umat secara sempurna pada sebuah negeri yang hendak ditegakkan Daulah Islamiyah di dalamnya. Namun, musuh-musuh dakwah, terutama kaum kafir imperialis dan para penguasa antek, berusaha menghalang-halangi terwujudnya opini umum tersebut dengan cara menyerang pandangan-pandangan Hizb, keikhlasannya serta metode perubahan yang ditempuh oleh Hizb. Ini ditujukan agar opini umum tentang Islam dan Hizb yang lahir dari kesadaran untuk membela Islam dan Hizb tidak tumbuh di tengah-tengah masyarakat.
Atas dasar itu, tugas utama dari Hizb adalah menjaga konsistensi dirinya untuk berpegang teguh di atas pemikiran dan pandangannya yang sahih, serta menjaga keikhlasan perjuangannya dari semua bentuk tipudaya dunia. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa tugas utama Hizb pada masa sekarang, sebagai langkah konkret untuk menyiapkan suasana nushrah, adalah berpeguh teguh dengan mabda’ Islam tanpa pernah bergeser seujung rambut pun, dan menjaga keikhlasan perjuangannya dari seluruh bentuk penyimpangan dan tendensi-tendensi duniawi.
Aktivitas yang harus dilakukan oleh Hizb untuk mewujudkan perkara-perkara di atas adalah:
Pertama, memelihara keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan cara memupuk ketaatan dan mendekatkan diri kepada-Nya pada seluruh aspeknya. Pasalnya, Allah tidak akan menyerahkan amanah agama ini kecuali kepada orang-orang yang bertakwa, ikhlas dan dekat dengan-Nya (QS an-Nur [24]: 55).
Kedua, sabar untuk selalu berkorban dan melaksanakan tugas-tugas dakwah dengan sungguh-sungguh. Kaum kafir imperialis berusaha untuk menghancurkan kekuatan Hizb melalui kaki tangan mereka dari kalangan para penguasa Muslim. Untuk itu, pada saat Hizb berhasil merengkuh dukungan umat secara massif melawan sistem kufur dan penjaganya, seperti yang terjadi di Uzbekistan, para penguasa segera mendeklarasikan perang melawan aktivis dan pendukung Hizb. Dalam kondisi semacam ini, aktivis-aktivis Hizb tidak boleh surut ke belakang, atau mengendorkan perjuangannya. Sebaliknya, mereka harus mencurahkan segenap tenaga dan pengorbanannya untuk berpegang teguh dengan perjuangan Hizb yang lurus dan suci.
Ketiga, meningkatkan tenaga dan aktivitas yang ditunjukan untuk “membentengi” umat. Pasalnya, musuh-musuh Islam berusaha terus-menerus untuk meletakkan di hadapan umat berbagai macam pendustaan, penyesatan dan makar terhadap Hizb, pemikiran dan pandangan-pandangannya. Upaya itu dilakukan untuk menjauhkan umat dari Hizb dan aktivisnya. Oleh karena itu, aktivis Hizb harus meningkatkan tenaga dan aktivitas yang ditujukan untuk membentengi dari semua bentuk penyesatan, pendustaan dan makar terhadap Hizb dan aktivisnya; sekaligus untuk menghancurkan dinding penyesatan yang diletakkan di hadapan umat (QS at-Taubah [9]: 105).
Keempat, para aktivis Hizb harus menonjolkan karakter dirinya sebagai seorang Mukmin yang selalu ikhlas dalam beramal dan senantiasa mengikatkan diri dengan hukum syariah serta tekun dalam ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Aktivitas-aktivitas inilah yang akan mendekatkan Hizb dan aktivisnya pada nushrah Allah (pertolongan Allah) pada dawr tafa’ul ma’a al-ummah.

Wallahu al-Musta’an wa Huwa Waliy at-tawfiq. [Fathiy Syamsuddin Ramadhan an-Nawiy; Disarikan dari Tahayya‘ al-Ajwa‘ Li Thalab an-Nushrah, oleh Abu al-Mu’tashim, majalah al-Wa’ie (bahasa arab) no. 282-283 Rajab-Sya’ban 1431 H, Beirut.]

Memaknai Potensi

Ada saja makhluk ini bernama manusia,  gak ada matinya maunya minta diturutin mulu. Ada gak sih manusia yang gak ngelakuin apa-apa didunia ini? Kayaknya gak ada deh, kecuali dia udah meninggal atau udah diambil ajalnya oleh Allah. Bersyukurlah kita yang saat ini masih diberikan umur panjang dan selalu diberikan kenikmatan rizki.

[bersambung...]

Memaknai Sukses

Ketika kata sukses di artikan dengan “memiliki gaji besar”
Hingga orientasi hidup menjadi untuk mencari materi, hanya untuk materi

[bersambung...]

Pasti !


Jikalau Barat sudah ramai dan mulai meramalkan tegaknya KHILAFAH di bumi SYAM...
Perancis dan AS kebingungan serta takut akan kebangkitan Islam, namun kenapa kaum muslimin masih banyak yang ragu bahkan tak tahu bahwa sebentar lagi KHILAFAH akan tegak...

Apa perlu ada yang menyusun tesis dengan judul 
"Ramalan tegaknya KHILAFAH melalui analisis data TIME SERIES ARIMA BOX JENKINS menggunakan program Eviews 4", hanya untuk memberitahu dan meyakinkan kalian?

Walaupun sebenarnya masih bingung bagi peneliti dengan data Time Series apa yang harus di running untuk menunjukkan itu. Tetapi cukuplah An-Nuur surah ke-24 ayat 55 dari Al Qur'an menjadi hujjah kuat bahwa ramalan kemenangan itu pasti terjadi, karena ini adalah janji Allah.
 KHILAFAH akan segera tegak...

Ini tentang Cinta

Bismillaah...

“Mengapa sampai saat detik ini masih terjadi fenomena pacaran?” Sebuah pertanyaan yang sepintas muncul seusai sepulangku dari kost teman yang berada disekitar kampus. Fokus pada perjalanan pulang dengan motor warna putih-merahku memandangi peristiwa perjalanan pulang. Masih saja ku temui duo laki-laki dan wanita beraktivitas layaknya kaka dan adik atau orang yang sudah menikah. Bukan hanya satu atau dua, mungkin bisa mencapai berbilang puluhan, dalam perjalanan pulang dengan durasi kurang lebih 30 menit.

Memang tak bisa dipungkiri bahwa fenomena aktivitas yang “non halal” alias pacaran ini masih tercecer disekitar kita. Tak hanya lingkup tetangga rumah namun tak luput pula dunia mahasiswa, dunia para pelajar dan para remajanya, bahkan anak SD yang usianya dini.

#Ingat!, ini hanya ada di sistem demokrasi

Mencoba merenungi dan memikirkan, apakah kiranya yang kemudian membuat hal ini bisa tumbuh subur dan sudah turun temurun generasi ke generasi selanjutnya. Memandangi orang yang sudah berkepala dua, seusia mahasiswa atau yang sudah bekerja bergelar dengan status “pacaran”. Apakah mereka mau dikatakan dengan sebutan “Seperti anak-anak saja”. Mengapa? Karena menurutku, perbuatan “non halal” tersebut demikian hanya dilakukan bagi orang yang akalnya belum berfungsi secara sempurna. Tentu tahu, masa anak-anak atau usia belum baligh, itulah usia dimana akal dikatakan belum sempurna. Akan yang belum sempurna ia belum bisa menimbang, antara mana yang benar dan mana yang salah. Antara mana yang haq dan mana yang bathil. Bukankah para pelaku pacaran sangat mirip seperti anak-anak yang akalnya belum sempurna. Karena anak-anak belum bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Cukup lucu bukan? memang dan #Ingat! Ini hanya di sistem demokrasi-sekuler saat ini. Terkadang aku pun juga berfikir apa sih yang gak lucu dan membuat heran kita hidup di sistem demokrasi-sekuler saat ini.  Hampir semua lini kehidupannya dibuat lumrah dan hal yang wajar biasa saja, itupun dibumbui dengan istilah “kan atas dasar Hak Asasi Manusia”. Maka lagi-lagi jangan heran, kalau ada orang yang pacaran ya dibilang “Biasa aja tuh”, ada orang mabuk “Biasa aja neng”. Ada orang judi “Biasa aja dik”, Ada orang korupsi “Biasa itu nduk”. Ada Aborsi “Biasa aja mbak”. Ada pemerkosaan “Sudah biasa itu mah”. What!!! Semua dibilang biasa? Terus yang luar biasa yang seperti apa??
Rasanya hati tercincang-cincang, ketika suatu kemaksiatan dianggap biasa, ketika hukum Allah seolah tak layak menyentuhnya. Ketika berkah Allah tak turun karena banyaknya ahli maksiat, masyallah….apakah terus akan dibuat buta dan tuli???
Bagi orang yang punya AKAL tentu tidak akan membiarkannya, karena orang yang berakal, akalnya berfungsi untuk membedakan mana yang benar dan mana itu yang salah.
Sabar, memang hidup disistem saat ini bisa naik pitam kalau kita tak menundukan pada aturan yang Maha Mengatur yakni Allah swt.

Jika saja negeri ini akan terus melanjutkan sistem demokrasi-sekulernya maka ku pastikan fenomena ini akan terus menerus akan menjadi warisan turun temurun tidak habis tujuh turunan lanjut ntah sampai turunan keberapa.

Ku Tanya pada para aktivis pacaran. Bukankah pacaran itu adalah berbuatan yang anda tahu bahwa didalamnya ada hal yang bertentangan dengan aqidah Islam. Di sisi lain ku tahu memang ada segelintir aktivis pacaran yang menyadarinya, namun jangan salah juga tetap ada yang getol “sudah tahu hukumnya” tapi pura-pura gak tahu. Fatalnya dia sampai menyetop diri untuk tidak mau mendengarkan atau melihat tulisan kita ini dengan dalih “Ngapain sih lo ngurusi gue, Pliss deh gak usah sok ngurusin orang laen, urusin aja tuh diri loe sendiri, keluarga loe ama orang tua loe”. Really, ketemu orang beginian memang harus lapang sabarnya, kita pun gak bisa “ngotot dan memaksanya”. Cukuplah nada pelan terbunyi “segeralah bertaubat sebelum terlambat”. Jika ucapan singkat demikian sudah terlontar namun juga tak lagi digubris. Kelak ia akan menyadarinya bahwa aktivitasnya kini adalah pada posisi istilah “Jaman Jahiliyah”.

Mari buka mata, buka telinga. Aku tidak membencimu secara individumu namun akan pemikiranmu yang demikian. Dan ini sadarilah, namun jika tidak sadar. Waktu kelak yang akan menjawabnya.

Aku sendiri lagi-lagi kembali diherankan dan #Ingat! Ini hanya ada di demokrasi

Sudah tahu kalau pacaran itu bisa bikin sakit hati namun kenapa juga masih dijalani.
Sudah tahu kalau pacaran itu adalah hal yang haram namun tetap saja dilakoni
Sudah tahu kalau pacaran itu bisa bikin zina hati, fikiran dan tangan tetap saja diijabahi
Sudah tahu kalau pacarank itu bisa bikin patah hati, namun tetap saja disayangi
Sudah tahu kalau pacaran itu bisa dikhianati, namun tetap saja terpikati
Sudah tahu kalau pacara itu bisa diselingkuhi, tapi masih saja mencintai
Sudah tahu kalau pacaran itu bisa ditinggalkan, tapi tetap saja diratapi
Sudah tahu kalau pacaran itu bisa mengarahkan free sex, tapi tetap saja mau diarahi
Sudah tahu kalau pacaran itu bukan cinta yang hakiki, namun tetap saja dipegangi
Sudah tahu kalau pacaran itu bisa melupakan dari aturan Allah, namun tetap dipaksakan dengan dalil pacaran Islami.

Masyallah…akan sampai kapan sudah tahunya mereka berhenti kepada titik “SADAR” dan menyetop praharanya

Ancaman kesadaran itu kini sedang dibungkus oleh sistem demokrasi-sekuler yang akan terus mengkondisikan aktivitas ini tetap langgeng. Karena kekuatan demokrasi salah satunya adalah kebebasan dalam berekspresi. Lihatlah bagaimana menjagainya “non halal” ini yakni dengan jajanan film sinetron yang berisi “love dan pacaran”, pada ranah iklan dijumpai para modelnya para perempuan yang gaunnya separuh jaitan bak kekurangan kain.Di area media cetak, majalah, Koran, buku-buku, otak kotor dan gambar kotor pun tersebar leluasa. Bagaimana negeri ini generasinya gak jebol akalnya, lingkungannya mendidik dengan didikan jahat.

#Ingat!, ini hanya ada di demokrasi
Teruntuk para aktivis pacaran, jika kamu memang cinta dengan dia,  maka cintailah dia dengan cara Yang Allah cintai, yakni menjadikan hukum Allah sebagai standar dalam berbuat. Untuk itu jika memang cinta jangan kau nodai dengan noktah-noktah hitam kemaksiatan yang kau bangun dengannya
Jika memang cinta jangan biarkan ia terjerumus dan terperosok jauh pada palung siksa api neraka
Jika memang cinta jangan biarkan dia menyesal karena perbuatan maksiatnya dilakukan dengan dirimu
Ku tahu memang ini bukan hal yang mudah, bahkan mungkin kau akan mengatakan bahwa “aku takut putusku justru akan menyakitinya”.
Fahamilah, lantas apakah hati harus selalu merasakan perasaan senang terus? Tidak! ingatlah Allah bahwa Allah memberikan dan memberikan hati kepada manusia punya dua fungsi yakni bukan hanya sekedar untuk merasakan rasa senang melainkan adakalanya hati juga bisa merasakan sakit, ya senang dan sakit. Namun sakit itu semestinya membuatmu tersadarkan dan bukan malah justru memelihara dia dalam kondisi yang justru akan menyakiti hati dan badan dia kelak dihadapan-Nya.

Lebih milih mana antara besuk diakherat ketemu lagi di Surga-Nya karena kau telah menjadikan dia sebagai bidadari surgamu dengan ketaatan kepada Illahi Robbi atau bagi yang perempuan bisa bertemu kembali dengan menjadi suamimu kelak di Surga-Nya. Ataukah justru bertemu ditempat selain Surga? Naudzubillaah…

Bukankah Islam yang kau anut tak sekedar hadir dalam sholat, puasa, zakat atau mampu hajimu. Islam juga ada aturan saat keluarnya kau dari masjid,  akan busanamu,  akan akhlakmu, akan makan dan minimum dan juga akan pergaulanmu antar dengan lawan jenis. Islam memberikan solusinya. Ketika sudah mampu serta siap maka menikahlah, namun jika belum mampu tundukanlah pandangan, jagai kehormatan dan berpuasalah. Inilah cara Islam yang mencerdaskan kita, memberikan solusi dari gejolak naluri nau’ (naluri melestarikan keturunan) bagi setiap makhluk hidup yang telah dibekali akal oleh-Nya.[Ukhtyan]