Minggu, 22 Desember 2013

30

30

29

28

27

26

26

24

23

23

22

21

19

18

17

16

15

15

14

13

13

13

12

11

10

9

8

7

7

7

6

4

4

3

2

1

Kebijakan Khilafah Terhadap Perayaan Keagamaan Orang-orang Kafir



Oleh: Syamsuddin Ramadhan An Nawiy

Khilafah adalah negara yang tegak di atas akidah dan syariat Islam. Akidah Islamiyyah adalah asas negara; dan syariat Islam merupakan satu-satunya hukum untuk mengatur urusan negara dan rakyat. Khilafah Islamiyyah tidak akan mengadopsi atau mendakwahkan pemikiran dan hukum yang bertentangan dengan Islam. Walaupun Khilafah harus mengakomodasi keragaman agama dan keyakinan selain Islam, memperlakukan orang-orang kafir dengan adil, serta memenuhi hak dan kebutuhan mereka dengan cara yang makruf, namun, itu tidak berarti Khilafah Islamiyyah akan memberikan dukungan bagi penyebaran agama dan keyakinan selain Islam, dalam bentuk apapun.

Sebab, Khilafah tidak hanya bertugas melakukan ri’ayah suunil ummah belaka, namun ia juga diberi taklif mendakwahkan Islam agar orang-orang kafir masuk ke dalam agama Islam. Khalifah dan pejabat-pejabat negara yang Muslim, sebagaimana kaum Muslim lainnya, diberi tanggung jawab yang sama dalam hal dakwah dan terikat dengan hukum syariat. Oleh karena itu, larangan memberikan bantuan dan melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas keagamaan orang-orang kafir—seperti ibadah dan perayaan agama mereka–, tidak hanya berlaku bagi umumnya kaum Muslim saja, tetapi juga berlaku bagi Khalifah dan pejabat negara.

Adapun dalam konteks kebijakan Khilafah terhadap perayaan keagamaan orang-orang kafir, dapat dirinci sebagai berikut:

Pertama, Khilafah melarang kaum Muslim merayakan atau melibatkan diri dalam perayaan hari raya orang-orang kafir, apapun bentuknya. Pasalnya, Islam mengharamkan kaum Muslim terlibat dalam perayaan-perayaan keagamaan orang-orang kafir. Sahabat besar seperti Ibnu Abbas, Abdullah bin Umar dan para tabiin, seperti Mujahid, Mohammad Ibnu Sirin, dan sebagainya, menyatakan bahwasanya kaum Mukmin dilarang merayakan hari raya orang-orang musyrik.” [Imam Qurthubiy, Tafsir Qurthubiy, juz 13, hal. 79; Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 3, hal. 329-330] Beberapa fuqaha juga berpendapat senada mengenai firman Allah SWT al-Furqan: 72. Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Kaum Muslim telah diharamkan untuk merayakan hari raya orang-orang Yahudi dan Nasrani. Kaum Muslim juga diharamkan memasuki gereja dan tempat-tempat ibadah mereka.” [Ibnu Tamiyyah, Iqtidla' al-Shiraath al-Mustaqiim, hal.201].

Imam Baihaqi menyatakan, “Jika kaum Muslim diharamkan memasuki gereja, apalagi merayakan hari raya mereka.” [Ibnu Tamiyyah, Iqtidla' al-Shiraath al-Mustaqiim, hal.201] Imam al-Amidi dan Qadli Abu Bakar al-Khalal menyatakan,”Kaum Muslim dilarang keluar untuk menyaksikan hari raya orang-orang kafir dan musyrik.” [Ibnu Tamiyyah, Iqtidla' al-Shiraath al-Mustaqiim, hal.201-202] Al-Qadliy Abu Ya’la al-Fara’ berkata, “kaum Muslim telah dilarang untuk merayakan hari raya orang-orang kafir atau musyrik”. [Ibnu Tamiyyah, Iqtidla' al-Shiraath al-Mustaqiim, hal.181] Imam Malik menyatakan, “Kaum Muslim telah dilarang untuk merayakan hari raya orang-orang musyrik atau kafir, atau memberikan sesuatu (hadiah), atau menjual sesuatu kepada mereka, atau naik kendaraan yang digunakan mereka untuk merayakan hari rayanya. Sedangkan memakan makanan yang disajikan kepada kita hukumnya makruh, baik diantar atau mereka mengundang kita.” [Ibnu Tamiyyah, Iqtidla' al-Shiraath al-Mustaqiim, hal.230-231]

Pada masa-masa kejayaan Islam, pemerintahan Islam saat itu –sejak masa Rasulullah SAW–, kaum Muslim tidak diperbolehkan merayakan hari raya ahlul Kitab dan kaum musyrik. Rasulullah SAW pernah bersabda mengenai hari raya orang-orang kafir, “Setiap umat memiliki hari raya sendiri-sendiri. Idul Fithri adalah hari raya kita.” [HR. Bukhari dari 'Aisyah ra]

Tatkala mengomentari hari raya bangsa Persia, Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT telah mengganti dua hari yang lebih baik daripada kedua hari itu (nairus dan naharjan: hari raya bangsa Persia), yaitu Idul Fitri dan idul Adha.: [HR. Abu Dawud, Turmudzi, Nasaa'iy, dan Ibnu Majah]

Riwayat-riwayat ini menunjukkan dengan jelas, bahwa Rasulullah SAW telah melarang kaum Muslim merayakan atau melibatkan diri dalam perayaan hari raya orang-orang kafir.

Pada masa pemerintahan khalifah Umar bin al-Khaththabb, beliau telah melarang kaum Muslim merayakan hari raya orang-orang kafir. Imam Baihaqiy telah menuturkan sebuah riwayat dengan sanad shahih dari ‘Atha’ bin Dinar, bahwa Umar ra pernah berkata, “Janganlah kalian mempelajari bahasa-bahasa orang-orang Ajam. Janganlah kalian masuk ke gereja-gereja orang-orang musyrik pada hari raya mereka. Sesungguhnya murka Allah SWT akan turun kepada mereka pada hari itu.”. [HR. Imam Baihaqiy]

Realitas di atas menunjukkan bahwa sejak masa sahabat ra, Islam telah melarang kaum Muslim melibatkan diri di dalam perayaan hari raya orang-orang kafir, apapun bentuknya. Melibatkan diri di sini mencakup perbuatan; mengucapkan selamat, hadir di jalan-jalan untuk menyaksikan atau melihat perayaan orang kafir, mengirim kartu selamat, dan lain sebagainya. Perayaan hari raya orang kafir di sini mencakup seluruh perayaan hari raya, perayaan orang suci mereka, dan semua hal yang berkaitan dengan hari perayaan orang-orang kafir, musyrik maupun ahlul kitab.

Kedua, memberikan sanksi bagi kaum Muslim yang terlibat perayaan keagamaan orang-orang kafir. Adapun kadar dan bentuk sanksinya diserahkan sepenuhnya kepada qadliy. Pasalnya, pelanggaran dalam masalah ini termasuk dalam kasus ta’zir.

Ketiga, khalifah tidak akan melarang atau menghalang-halangi orang-orang kafir merayakan hari keagamaan mereka. Pasalnya, orang-orang kafir diberi kebebasan dalam menjalankan peribadahan mereka di dalam Daulah Islamiyyah, pada batas-batas yang ditentukan oleh syariat Islam. Sejak masa Nabi SAW dan Khulafaur Rasyidin, orang-orang kafir dibiarkan merayakan perayaan keagamaan mereka. Mereka hanya melarang kaum Muslim untuk melibatkan diri dalam perayaan mereka.

Keempat, khalifah tidak akan memberikan bantuan, atau melibatkan diri dalam perayaan-perayaan keagamaan orang-orang kafir. Pasalnya, seorang khalifah, sebagaimana kaum Muslim yang lain, wajib terikat dengan hukum syariat larangan melibatkan diri dalam perayaan hari raya orang-orang kafir. Lebih dari itu, seorang khalifah maupun pejabat-pejabat negara Khilafah tidak akan memberikan ucapan selamat, kata sambutan, atau memberikan hadiah perayaan kepada orang kafir. Sebab, perbuatan-perbuatan seperti ini hukumnya haram.

Inilah kebijakan Khilafah Islamiyyah terhadap perayaan keagamaan orang-orang kafir. Kebijakan di atas disusun dengan mempertimbangkan tugas seorang khalifah untuk menerapkan syariat Islam di dalam negeri dan menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru alam. Tugas ini meniscayakan seorang khalifah untuk tidak pernah condong sedikit pun dengan kekufuran dan kemaksiatan–termasuk tidak mengeluarkan kebijakan mendukung perayaan keagamaan orang-orang kafir. Sebaliknya, seorang khalifah wajib mendakwahi orang-orang kafir, baik di dalam maupun luar negeri, untuk masuk ke dalam agama Islam. Hanya saja, dalam konteks pengaturan urusan rakyat, Khilafah akan memperlakukan orang-orang kafir secara adil. Hak-hak mereka sebagai warga negara Khilafah Islamiyyah dipenuhi dan dilindungi sebaik-baiknya. Wallahu a’lam bish shawab. 

Minggu, 24 November 2013

#20

#20

#20

#19

#19

#19

#18

#18

#17

#17

#17

#16

#15

#15

#15

#15

#15

#14

#14

#14

#14

#13

#13

#13

#11

#11

#10

#10

#9

#8

#7

#6

#6

#5

#5

#4

#3

#2

#1

Sabtu, 16 November 2013

Sepi . . .

Tersapa oleh mega langit tersipu merah

Riukan gelombang ombak bertaju megah

Terlabuh dalam baris bebatuan menukik

Sunyi, sepi ku inginkan diri lebih baik

Kamis, 31 Oktober 2013

Goresan 20

Goresan 19

Goresan 18

Goresan 17

Goresan 17

Goresan 16

Goresan 15

Goresan 14

Goresan 14

Goresan 12

Goresan 13

Goresan 11

Goresan 10

Goresan 9

Goresan 8

Goresan 8

Goresan 7

Goresan 6

Goresan 5

Goresan 4

Goresan 3

Goresan 2

Goresan 1

Rabu, 30 Oktober 2013

:)

Ketika perjuangan itu sulit, pasti akan ada kemudahan datang dari-Nya

Ketika langkah itu lemah, pasti akan ada kekuatan datang dari-Nya

Ketika ada masalah atau sesuatu yang dapat menyurutkan keistiqomahan kita, disaat itulah Allah akan menilai siapa yang kuat bertahan dan yang pantas memperjuangkan agama-Nya

Sahabat Muslimah...semoga keistiqomaah dan kesabaran itu kan senantiasa tersemat. Aamiin

Senin, 28 Oktober 2013

Puasa Hari Arafah

Eid Al-Adha Mubarak

Laba-laba

Melihat Gunung

“Pemuda-Pemudi Indonesia Menolak Kapitalisme Demokrasi & Memperjuangkan Khilafah Islam”

Mohon SEBARKAN!

Nomor: 61/PN/10/13 
Jakarta, 27 Oktober 2013/22 Dzulhijjah 1434 H

PERNYATAAN MUSLIMAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA
“Pemuda-Pemudi Indonesia Menolak Kapitalisme Demokrasi & Memperjuangkan Khilafah Islam”

(Kritik Arah Pemberdayaan Pemuda)

Kondisi pemuda-pemudi Indonesia yang jumlahnya 62,6 juta (Data BPS 2013) adalah data demografi yang bisa menjadi tolok ukur utama menilai masa depan bangsa ini. Mampukah mereka membawa bangsanya menjadi negara besar, berdaulat dan berkemakmuran ataukah sebaliknya. Jutaan pemuda menjadi pecandu narkoba dan seks bebas, juga ribuan kasus aborsi yang mereka lakukan adalah fakta mengerikan tentang kondisi kerusakan moral mereka. Ratusan ribu lainnya terancam putus sekolah dan para pemudi yang menjadi korban eksploitasi fisik dan seksual di tempat kerja yang tak layak bagi mereka adalah bukti nyata kelemahan sistem untuk menyediakan sarana dan dukungan bagi penyiapan diri mereka sebagai pemimpin masa depan. Sistem demokrasi kapitalisme yang dijalankan saat ini nyata hanya menghasilkan kerusakan moral, menyengsarakan dan memiskinkan.

Alih-alih mendalami pangkal kondisi buruk kaum muda dan mengambil solusi tepat, pada peringatan Hari Sumpah Pemuda (HSP) ke 85 tahun 2013 ini pemerintah malah mencanangkan program pemberdayaan pemuda yang salah arah yakni mewujudkan pemuda yang santun, cerdas, inspiratif dan berprestasi dalam konteks menghadapi persaingan menuju ASEAN Community 2015. Bertepatan dengan pemberlakuan penuh UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan dan PP no 60 tahun 2013 tentang Pembentukan Lembaga Permodalan Kewirausahaan Pemuda (LPKP), pemuda-pemudi Indonesia diarahkan mengembangkan potensi, kemampuan, kepemimpinan dan kepeloporannya untuk pengembangan kewirausahaan. Program dan pemberdayaan ini secara tak langsung menegaskan bahwa pangkal kemiskinan bangsa ini adalah kurangnya jiwa kewirausahaan dan rusaknya perilaku anak bangsa adalah sekedar akibat hilangnya kesantunan. Sebuah arah pemberdayaan yang menyesatkan!

Sebagai kontribusi nyata mewujudkan solusi bagi berbagai persoalan bangsa khususnya menyangkut problem generasi, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:

Menolak arah yang salah pada program pemberdayaan pemuda. Kesalahan ini tidak hanya akan melanggengkan persoalan tapi juga bisa menumpulkan potensi perubahan yang dimiliki kaum muda.

Menolak sistem Kapitalisme Demokrasi yang telah terbukti menjadi penyebab kemiskinan massal, menumbuh suburkan kerusakan moral dan menjadikan negara berlepas tanggung jawab memberikan layanan pendidikan kepada pemuda-pemudi masa depan bangsa.

Mengajak semua pihak menyadari hanya dengan Islam dan sistem khilafah lah potensi pemuda-pemudi bisa diarahkan pada kebangkitan bangsa. Karena Islam membekali mereka dengan pemikiran benar tentang solusi seluruh masalah kehidupan dan menyediakan segenap sarana yang mendukung proses penyiapan dan pemberdayaan kaum muda sebagai pemimpin masa depan.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا للهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.. (QS.Al-Anfal[8]: 24)

Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
Iffah Ainur Rochmah
HP : +628111131924
Email: iffahrochmah@gmail.com

Lantun dan Terus Senandungkan




Sahabatku . . .

Dikala semakin banyak tantangan dalam berdakwah menegaknya hukum Allah. Di saat itu pula kita menemui orang-orang yang masih mengutarakan "Negara Islam itu Mustahil, Negara Islam (Khilafah) itu sulit, tak mungkin dan lain sebagainya". Maka, alamiahnya kepayah letih pun menghinggapi diri pengemban dakwah. Namun,

Sudahkah hari ini kita melantunkan hadits riwayat Ahmad tentang bisyarah kembalinya Khilafah?

Sudahkah hari ini kita membaca Qur'an Surat An-Nur ayat 55 tentang janji Allah akan kemenangan Islam?

Menghayatinya, sungguh ada aura berbeda saat sebelum kita melantunkan dengan sesudah kita membacanya. Ada tambahan kekuatan yang memantapkan bahwa Khilafah bukan mustahil tapi janji Allah yang rasanya sangat-sangat teramat dekat.

Maka cobalah setiap harinya kita lantunkan bisyarah dan janji Allah Subhanahu wa Ta'ala tersebut, semoga Allah mengokohkan barisan hamba-hamba-Nya yang ikhlas berdakwah dijalan-Nya.Aamiin

 Salam Melukis Cahaya Khilafah . . .

---------------------------------------------------------------------
[Nikon D5100 | ISO-100 | f/11 | 1/500 sec | Lokasi : Malioboro]
 

Alloh Segalanya Bagiku


Helaan nafas yang melepas mengarunia
Menjernihkan fikiran membeningkan hati
Menganyam segi tali nan menghubung jiwa
Mewujud dalam ada rasa syukur tak terperi

Usia yang terpinjami kian terkurang
Waktu menjelma tua pun kini dirasa
Menyibuk mengejar pada kesadaran gemilang
Bahwa Allah kan selalu membersama

Ya Robbi
Kuatkan jika ku lengah
Kokohkan jika ku kepayah
Bangkitkan jika ku terjatuh
Tangguhkan jika ku lelah

Karena dorongan cinta pada-Mu
Ku tundukan segala haqa nafsu
Menorehkan konsekuensi keimanan yang padu
Berfikir sebelum beramal menjadi tentu

Kesaksian

Lahirku di dunia bukan ada alibi apa
Namun, terjalin ikatan kokoh yang tak bisa terlepas
Ikatan antara makhluk dan Sang Pencipta
Meski awalnya lahir dalam jeratan sistem kapitalisme keras

Menjala diri tuk tautkan hati
Dunia kesaksiakan akan adanya Allahu Robbi
Mencipta dan mengatur akan segalanya
Alam semesta, kehidupan dan jua manusia

Kesaksian itu tak bisa terdiam
Ketaatan yang terpatri dalam jiwa
Menggunakan aturan Pencipta untuk melangkah dijalan-Nya
Kerundukan pada aturan-Nya konsekuensi kesaksian

Kapitalisme yang berada di depan mata menjuntai
Kan sirna dengan tepisan Islam ideologi yang menancap
Tinggal menunggu waktu sistem kan segera berganti
Kapitalisme menjadi Sistem Islam yang tegaknya pasti


Azzam Bertekad (Latar : Palestina)

Oleh : Ukhtyan Muhibbah Firdaus

Semilir hembus angin membelai Azzam bocah usia 13 tahun. Suasana riuh lalu-lalang di Rumah Sakit darurat relawan Indonesia, Azzam terbangun dari komanya.

“Assalamu’alaikum, Shobahul khair” sapa dokter muda berkalungkan stetoskop disampingnya.
“Alaykumusalam, Shobahul Nur. Thobibah, hadza aina?” tanya Azzam sembari melihat sekelilingnya.
“Tenang azzam, kamu ada diruangan dan kondisi yang baik-baik saja. Kenalkan Ana teman kerja ibumu, panggilsaja Miss Faiza” jawab Faiza sambil merapikan Jas putihnya.

Azzam merupakan anak pertama dari pasangan dokter Ayubi dan dokter Sarah asal Indonesia. Sejak usia lima tahun Azzam sudah ikut tinggal di Palestina. Setahun yang lalu mereka sekeluarga sempat pulang ke Indonesia untuk mengunjungi kampung halaman. Namun, pasca pergolakan Gaza orangtua Azzam memutuskan untuk kembali ke Palestina menjalankan amanah sebagai relawan medis. Jenazah Dokter Sarah sudah tiba di camp yang jaraknya tidak jauh dari bangsal Azzam terbaring. Sarah meninggal karena dianiaya oleh tentara Israel saat mencoba memerkosanya dan ditembak.

“Aina Ummi?” Tanya Azzam.
“Anak sholih, tenang ya! Ummi insyallah dalam kondisi terbaik disana.” Jawab Faiza. Azzam juga menanyakan kedua adiknya Aisyah dan Nisma.  “Mereka insyallah juga dalam kondisi terbaik”, lanjut Faiza. Muski sebenarnya Faiza belum kuat untuk menyeritakan semuaya jika kedua adiknya telah meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan bangunan akibat bom Kamis tadi malam.”
Azzam mulai pelan-pelan menggerakkan tangannya. Ada yang ia rasa berbeda, ingin ia beranjak bangun.

“ALLAHUAKBAR!!!“ pekik Azzam memekakan telinga Faiza

Menaikan suara Azzam teriak “Miss, dimana kakiku?” disusul keras tangisan Azzam mengalirkan air mata. Faiza menjawab, “Semalam Azzam pulang menghafal Al Qur’an bersama Zaid, tapi pasukan Israel mengirimkan rudal” belum selesai bicara Azzam bertanya. “Aina Zaid?” bentak Azzam.

“Zaid insyallah dalam kondisi terbaik.” Faiza masih coba menahan lelehan air mata. Sesungguhnya Zaid pun dikabarkan telah meninggal dunia ditempat, terkena bom rudal.

“Hiks…hiks…Miss jangan bohong, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi..” tangis air mata Azzam memecah dan rebahlah tubuhnya.

“Tidak Azzam. Ingat! kamu masih punya Allah. Baiklah Miss akan ceritakan sesungguhnya. Ibumu Insyallah syahidah saat terjun ke medan perang mengobati mujahidin. Ayahmu pun insyallah juga syahid saat berusaha membela kehormatan Ibumu.” Airmata Faiza akhirnya tak terbendung membasahi pipinya.

“Miss, Azzam ingin menyusul mereka!!! Azzam bertekad akan menyusul mereka!!!” ketus Azzam.
“Tidak Azzam, kamu harus istirahat cukup, obat dari Indonesia sudah datang. Kamu harus sabar, ikhlas” iba Faiza masih menyeka teteskan airmatanya.

“Iya Miss aku tahu, Palestina kini memang rapuh, Palestina memang lengah. Saat pulang ke Indonesia kemarin, Kakek menceritakan padaku bahwa Bumi Palestina ini dulunya adalah tanah yang kaya, subur, makmur, indah ternaung oleh syariah Islam. Terlebih luar biasa saat Shallahuddin Al Ayubi bersama pasukan Islam mampu menakhlukan Al Quds dari pasukan Salib. Sampai-Sampai Kakek memberi nama ayahku “Ayubi” karena ada harap Ayahlah yang membebaskan Palestina kelak. Miss Faiza tahu tidak? Palestina itu dulu besarnya ibarat Pulau Sumatera, namun kini dijarah Yahudi/Israel hingga secuil seperti Aceh. Miss, meski aku tak lagi punya satu kaki, tapi aku masih punya keimanan. Akan ku perjuangkan kembali tegaknya Khilafah yang menjadi satu-satunya benteng pengembali kemuliaan Islam di pangkuan kaum muslimin. Berikan aku ikat kepala berlafadz kalimat syahadat itu Miss!” tunjuk Azzam mengarah pada tas coklatnya.

(Flash Fiction)

Selasa, 01 Oktober 2013

Bunga Syahdu


Oleh: Ukhtyan Muhibbah Firdaus

“Maaf kak, Salsa datang terlambat lagi”, rengek Salsa.

“Mengapa adik tak menepati janji, ini sudah pukul berapa dik?” sambung Firda.

“Eumm…tadi ada kendala teknis kak, Maaf!” imbuh Salsa.

“Besuk lagi jangan diulangi ya Dik. Baik kita lanjutkan kajian kita hari ini. Materi siang ini tentang konsekuensi keimanan kita terhadap Allah swt yaitu harus senantiasa taat dengan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang” Firda meneruskan materi kajiannya.

Salsa tidak menceritakan kondisi sesungguhnya. Sejenak duduk bersila, paru-parunya sudah terasa sangat sakit. Hampir satu bulan Salsa terserang penyakit misterius, awalnya hanya batuk kecil namun lama-kelamaan membuat dirinya merasakan sesak nafas. Minggu lalu Salsa sempat diperiksa ke rumah sakit dan dokter menganjurkan untuk rawat inap, namun Salsa enggan melakukannya karena kondisi ekonomi keluarga yang serba kecukupan. Salsa mencoba menguatkan tubuhnya untuk tetap menghadiri kajian minggu siang ini. Di samping Salsa sudah duduk teman SMA sekelasnya Dinda dan Mila yang sudah hadir sebelum jam 1 siang tadi.

Di Mushola bercat hijau inilah kami mengkaji Islam bersama. Berita penyakit Salsa ini pun belum diketahui oleh Dinda, Mila dan Kak Firda.

“Uhuk-uhuk..Uhuk…” Batuk Salsa mulai menggelitik dan menggoda.

Suara batuk itu awalnya hanya lirih, namun ditengah pembahasaan materi suara batuknya semakin mengeras tak bisa tertahan. Kuatir menggangu Salsa izin ke belakang.

“Uhuukkk… Afwan kak, Salsa izin”, “Iya dik, silahkan” jawab Firda.

Di tempat wudhu wanita Salsa membatuk sejadi-jadinya. Mencoba menahan suara kerasnya batuk, ditutuplah tangan pada mulutnya. Salsa melepas tangan dari mulutnya ia mendapati darah kental telah membasahi telapak tangannya.

“DEEGGGG!!!”, Salsa kaget. “Astagfirullah”, batinnya.
Rasanya semakin tak karuan, sesak dan tak tertahan. Segeralah ia bersihkan tangannya dengan air kran. Merasa masih menguatkan diri, Salsa tetap melangkahkan kaki menuju kajian di depan teras mushola.

Waktu cepat berlalu, hampir ashar pertanda kajian segera selesai. Kak Firda pun menutup dengan salam dan persiapan salat ashar.
“Kak Firda, Salsa salat dirumah saja kak”, izin Salsa
“Oh iya dik, hati-hati dijalan ya” Sembari bersalaman dan memeluk Salsa.

Jarak Mushola dengan rumah Salsa berdekatan, sekitar 10 menit ia berjalan dan sampai di rumah mungilnya. “Assalamu’alaikum Mak?” tak ada jawab dari dalam. Salsa mulai curiga, bergegas Salsa membuka pintu ke dalam kamar Emak. “Mak!!!!” teriaknya, tak juga ditemui Emak.
Hatinya semakin gusar. Ia lari ke dapur, tak juga ditemukannya. Beranjak ia lari menuju kamar mandi

“Braaaakkk” dia dorong pintu kamar mandi, didapatinya Emak sudah tergeletak tak bernyawa.
“Emaaaaaaaaaaakkkkkkkkk….Maak bangun Mak”, tetesan air mata Salsa pun menderas mengalir tak terbendung. “Tolong..tolooonngg” teriak Salsa.

Kabarnya Emak memang sudah lama mengidap TBC, pengobatannya tertunda karena Emak menguatirkan mahalnya biaya berobat rumah sakit. Kondisi Salsa telah Yatim sejak SMP dan ibunya telah tiada, kini tinggal sebatang kara. Dalam duka dan tetangga yang sudah mulai datang berkerumun.

Ia masuk kamar, ditemukannya secarik kertas di meja. Emak sempat menuliskan pesan “Nak, tetaplah istiqomah berada di barisan dakwah Khilafah. Hingga maut menjemput kita atau kita mati dalam rangka memperjuangkannya”. Diambil pula setangkai Tulip Biru bunga kesukaannya yang terselip rapi dibalik kertas. Salsa tahu ini tulip biru dari hutan yang biasa Emak bawakan saat pulang mencari kayu.

Senin, 30 September 2013

“Aktivis Bangkit Membangun Peradaban Emas dengan Islam”

HTI Press. Sebagai upaya menyatukan visi dan langkah pergerakan gemilang serta menyadarkan aktivis tentang kebangkitan hakiki dengan Islam ideologis, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Chapter Kampus DIY menyelenggarakan dauroh aktivis mahasiswi DIY bertajuk “Aktivis Bangkit Membangun Peradaban Emas dengan Islam” di Wisma Kagama UGM, Ahad (22/9). Acara ini diikuti oleh para aktivis muslimah dari berbagai lembaga kampus di DIY dengan dua narasumber yaitu Ayhu Wahyudi Ahmad (Muslimah HTI Amikom) dan Mahya Nur Rahmah S.Si (Muslimah HTI UGM).
Pada sesi pertama, Ayhu memaparkan materi tentang Menuju Kebangkitan Umat. Dia menjelaskan bahwa perubahan yang harus dilakukan adalah bersifat sistemik dan bukan parsial, dimana negara menerapkan dalam seluruh aspek (poleksosbudhankam). Ayhu menambahkan bahwa kita terlanjur berada dalam kondisi yang rusak. “Tapi sebagai aktivis, kita adalah orang yang mempunyai tingkat kepedulian tinggi” seru Ayhu.
Sementara Mahya Nur Rahma menyampaikan bahwa sosok aktivis yang patut kita tauladani adalah Rasulullah saw yang menjadikan Islam sebagai mercusuar peradaban. Islam bukan sekedar agama melainkan Islam adalah ideologi. Ada 4 hal yang harus dipedomani oleh para aktivis, yaitu :
1. Yakin bahwa islam adalah satu-satunya agama yang diridhai Allah, way of life yang mengantarkan kita hidup sejahtera dunia akhirat
2. Islam adalah solusi dari segenap problematika manusia dan bila ditegakkan akan membawa rahmat bagi semua
3. Selain mabda Islam adalah bathil
4. Mendakwahkan Islam hingga tegak di seantero dunia adalah perbuatan mulia kewajiban utama.
Ayhu juga mengatakan, “Semoga acara ini menggerakkan kita untuk mengkaji Islam sebagai ideologi dan mendorong kita melakukan perjuangan yang benar, pergerakan menuju perubahan Islam. Jadilah aktivis-aktivis hakiki menuju perubahan Islam, dengan mengkaji Islam secara kaffah.”    Mahya menambahkan bahwa solusi tuntas dari keterpurukan umat adalah Islam. “Jadi krisis multidimensional saat ini hanya bisa tuntas dengan menerapkan sistem kehidupan Islam. Tugas kita adalah mendakwahkan Islam ke tengah-tengah masyarakat tanpa kekerasan sesuai tuntunan rasul” tegas Mahya.
Acara dilanjutkan sesi tanya jawab dan pembacaan puisi “Pemuda Cahaya Peradaban yang Memudar” oleh Mega A. Sireky kemudian diteruskan dengan  doa penutup. Peserta yang hadir sangat antusias mendengarkan penjelasan kedua pemateri dan berkenan untuk mengkaji Islam secara kaffah.[Ty_MMC-DIY]

Sumber : http://hizbut-tahrir.or.id/2013/09/30/aktivis-bangkit-membangun-peradaban-emas-dengan-islam/?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+hizbindonesia+%28Hizbut+Tahrir+Indonesia%29

Sabtu, 28 September 2013

Pemuda Buffer Peradaban


Oleh: Ukhtyan Muhibbah Firdaus

Prolog
Pemuda identik dengan orang yang memiliki usia muda dan memiliki kesegaran semangat tinggi, memiliki kematangan dalam berfikir, inovatif, kreatif dan lain sebagainya. Pemuda sendiri memiliki peranan besar dalam perubahan. Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Bung Karno "Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia."  Ini artinya pemuda menjadi tonggak dalam sebuah perubahan.

Era glogalisasi saat ini membuat segala hal terjadi persaingan, begitu pula dengan Indonesia  yang memiliki saingan Negara-negara besar sehingga Indonesia memiliki agenda besar dalam mewujudkan kesejahteraan. Salah satu agenda yang dilakukan oleh pemerintab adalah dilaksanakannya MDGs. Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goalsatau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut. Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah tujuan pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. [1]

Pemuda sebagai Tumbal Kapitalisme
Bukti bahwa program MDGs ini juga disangga oleh para pemuda seperti yang disampaikan oleh Andi Malarangeng “Pemuda perlu dilibatkan secara aktif dalam pencapaian MDGs (Millenium Development Goals), sebab sebagain besar sasaran MDGs adalah pemuda/pemudi berusia 15/24 tahun.”[2] Selain itu Mantan menpora ini juga menyampaikan sebagian besar sasaran pencapaian MDGs yang menyangkut pemuda/pemudi diantara lain adalah kemiskinan, pemberantasan buta huruf, lingkungan pernikahan dini, kesehatan ibu dan anak, kematian bayi, dan yang lainnya.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meminta generasi muda berperan aktif berkontribusi dalam pencapaian 8 sasaran Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs) tahun 2015, yang telah disepakati dan ditandatangani oleh Pemerintah Republik Indonesia bersama dengan 189 negara lainnya dalam Konferensi  Tingkat Tinggi (KTT) Millenium di New York pada 10 tahun yang lalu. Menurutnya, acara Asia Africa Youth Forum 2010 yang digelar saat ini diharapkan mampu mendorong kesadaran tentang arti penting peran pemuda dalam pembangunan. Menurut Heryawan ada 8 Sasaran Pembangunan Millenium tahun 2015, yakni ;: (1) Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim; (2) Pemerataan pendidikan dasar; (3) Mendukung adanya persamaan jender dan pemberdayaan perempuan; (4) Mengurangi tingkat kematian anak; (5) Meningkatkan kesehatan ibu; (6) Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya; (7) Menjamin daya dukung lingkungan hidup, serta; (8) Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.[3]
Secara umum, sangatlah jelas bahwa untuk mencapai sasaran MDGs itu sangat membutuhkan peran pemuda. Agenda MDGs ini bukanlah sebuah agenda yang dicetuskan oleh Indonesia namun kerja keras para negara-negara kapitalis. Sekretariat dan beberapa agen pembangunan PBB bersama perwakilan berbagai lembaga internasional seperti IMF, Bank Dunia dan OECD serta ahli pembangunan internasional lainnya menetapkan delapan tujuan pembangunan milenium dengan satu atau beberapa target untuk setiap tujuan (seluruhnya ada 18 target), serta 48 indikator untuk memonitor dan mengukur kemajuan target-target dan tujuan-tujuan yang ditetapkan, antara periode 1990 – 2015.[4]

Sistem Kapitalisme yang mencengkaram dunia ini dan juga Indonesia telah memberikan pengaruh yang sangat besar mengarahkan aturan kehidupan saat ini. Sistem Kapitalisme yang memiliki aqidah sekuler menciptakan tatanan kehidupan dengan asas manfaat dan berorientasi untuk mencari materi. Dunia saat ini yang senantiasa dihadapkan tantangan global secara tidak langsung adalah pengemasan cantik sistem kapitalisme untuk terus melanggengkan ideologinya. Fakta saat ini agar sistem Kapitalisme dapat bertahan adanya sebuah agenda untuk menyistemkan rakyat negeri ini berorientasi mencari materi. Pemuda yang memiliki potensi besar dalam arah perubahan saat ini pun tak luput dari penyisteman kapitalisme saat ini dengan berbagai agenda-agenda yang pemerintah canangkan.

Kurikulum yang memasukkan manageman enterprenuer menjadi salah satu fakta kaitannya pemuda khususnya intelaktual terkondisikan pada orientasi mencari materi. Basis kurikulum sekuler tidak membantuk kepribadian Islam sehingga tak jarang kita dapat menjumpai berbagai tindak kerusakan dan kriminalitas dilakukan pada usia pemuda. Jika Pemuda yang merupakan penyangga peradaban melakukan hal yang bukan semestinya dan justru terforsir mengerahkan usahanya untuk menambak ekonomi ini, pemuda hanya akan dijadikan sebagai tumbal penyangga (buffer) runtuhnya Kapitalisme.

Islam Memuliakan Pemuda

Pemuda memiki potensi besar dalam kebangkitan. Kebangkitan itu adalah majunya pemikiran, yang terwakili dalam akidah aqliyah politis yang layak menjadi kaidah bagi pemikiran-pemikiran masyarakat dan menjadi sumber bagi terpancarnya sistemnya, serta sebagai asas bagi peradabannya.[5] Sebuah kebangkitan yang hakiki hanya akan dapat terlahir jika aqidah yang dijadikan pijakan adalah aqidah Islam, dimana Islam adalah aqidah ruhiyah dan aqidah siyasi. Artinya Islam bukan sekedar agama melainkan sebuah sistem kehidupan. Khilafah adalah sistem Islam yang ditegakkan secara kaffah.
Khilafah memuliakan seluruhnya termasuk juga pemuda. Pemuda tidak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah para penyangga tegaknya Negara yang memiliki kekuatan dan potensi besar. Sistem Khilafah/yang memiliki paradigm bahwa kesejahteraan adalah ketika kebutuhan pokok (sandang,pangan, papan) terpenuhi. Pemuda saat ini semestinya tidak hanya sekedar berpaku pada spesialis bidang yang dikuasainya namun memiliki kemampuan berfikir skala sistem, karena peran penting mereka adalah membangun pemikiran umat dan melakukan problem solving masalah umat.[6] Dalam pemberdayaan pemuda Khilafah sangat menghargai karya Pemuda. Khilafahlah yang menciptakan iklim kondusif bagi para pencari ilmu.[7]
Khilafah melahirkan pemuda yang unggul dan berkualitas. Sejarah mencatat Muhammad Al Fatih seorang pemuda yang sejak baligh hingga ia meninggal shalat rawatib dan tahajjud, dalam usia 21 tahun telah berhasil menakhlukan Konstantinopel yang disebut sebagai ibukotanya dunia. Selain itu ada Ibnu Sina yang dijuluki sebagai “Bapak Pengobatan Modern” dan terkenal di dunia barat. Imam Syafi’I di usianya yang baru tujuh tahun dia hafal semua ayat Al Qur’an dan akhirnya menjadi imam besar yang melahirkan 174 kitab. Khilafah memiliki visi politik untuk menjadikan Negara kuat dan terdepan yang tidak mudah dijajah oleh para kapitalis. Khilafah memiliki langkah strategis termasuk permberdayaan generasi muda dalam menyongsong peradaban gemilang yang dapat menghantarkan kepada penghargaan tertinggi yaitu menjadi umat terbaik. (QS. Ali ‘Imran: 10).[8] 
Wallahu’alam



[1] http://id.wikipedia.org
[3] http://hpusetda.jabarprov.go.id
[4] http://spamjateng.com
[5] Ahmad Al-Qashash, Dasar-dasar kebangkitan kajian ideologis merekonstruksi Umat Menuju Kebangkitannnya, (Bogor: PTI, 2009), hal. 41
[6] Tim Intelektual MHTI, Jalan Baru Intelaktual Muslimah (Visi Pembebas Generasi), (MHTI, Jakarta, 2012), hal 287
[7] http://hizbut-tahrir.or.id/2013/08/30/ahli-ilmu/
[8] http://thefikrulmissilesangperetas.blogspot.com

Daftar Khalifah-khalifah






Ini lah daftar nama-nama para khalifah Islam dari masa ke masa. Dimulai dari setelah wafatnya Rasulullah Shalallahu'alaihi wassalam yang dimana khalifah pertama Islam dipegang oleh Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq R.a. yang dimana masa 4 khalifah pertama dikenal dengan Khulafaur Rasyidin kemudin disusul kekhalifahan Islam dinasti Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan Bani Ustmaniyyah. Berikut daftar nama para Khalifah Islam dari masa ke masa beserta tahun pemerintahannya.

1. Khilafah Rasyidah
Khilafah Rasyidah berdiri tepat di hari wafatnya
Rasululllah SAW. Terdiri dari 4 orang atau 5 orang shahabat nabi yang menjadi khalifah secara bergantian. Mereka adalah:


  • Abu Bakar ash-Shiddiq ra {tahun11-13 H/632-634 M}
  • ‘Umar bin Khaththab ra {tahun13-23 H/634-644 M}
  • ‘Utsman bin ‘Affan ra {tahun 23-35 H/644-656 M}
  • ‘Ali bin Abi Thalib ra {tahun35-40 H/656-661 M}
  • Al-Hasan bin ‘Ali ra {tahun 40 H/661 M}

  • 2. Khilafah Bani Umayyah
    Khilafah ini berpusat di Syiria, tepatnya di kota Damaskus. Berdiri untuk masa waktu sekitar 90 tahun atau tepatnya 89 tahun, setelah era khulafa ar-rasyidin selesai. Khalifah pertama adalah Mu’awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Adapun masa kekuasaan mereka sebagai berikut:


  • Mu’awiyyah bin Abi Sufyan {tahun 40-64 H/661-680 M}
  • Yazid bin Mu’awiyah {tahun 61-64 H/680-683 M}
  • Mu’awiyah bin Yazid {tahun 64-65 H/683-684 M}
  • Marwan bin Hakam {tahun 65-66 H/684-685 M}
  • Abdul Malik bin Marwan {tahun 66-86 H/685-705 M}
  • Walid bin ‘Abdul Malik {tahun 86-97 H/705-715 M}
  • Sulaiman bin ‘Abdul Malik {tahun 97-99 H/715-717 M}
  • ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz {tahun 99-102 H/717-720 M}
  • Yazid bin ‘Abdul Malik {tahun 102-106 H/720-724M}
  • Hisyam bin Abdul Malik {tahun 106-126 H/724-743 M}
  • Walid bin Yazid {tahun 126 H/744 M}
  • Yazid bin Walid {tahun 127 H/744 M}
  • Ibrahim bin Walid {tahun 127 H/744 M}
  • Marwan bin Muhammad {tahun 127-133 H/744-750 M}

  • Sebenarnya khilafah Bani Ummayah ini punya perpanjangan silsilah, sebab satu dari keturunan mereka ada yang menyeberang ke semenanjung Iberia dan masuk ke Spanyol. Di Spanyol mereka kemudian mendirikan khilafah tersendiri yang terlepas dari khilafah besar Bani Abbasiyah.



    3. Khilafah Bani Abbasiya
    Kemudian kekhilafahan beralih ke tangan Bani ‘Abasiyah yang berpusat di Baghdad. Total masa berlaku khilafah ini sekitar 446 tahun. Khalifah pertama adalah Abu al-’Abbas al-Safaah. Sedangkan khalifah terakhirnya Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah.
    Secara rinci masa kekuasaan mereka sebagai berikut:


  • Abul ‘Abbas al-Safaah {tahun 133-137 H/750-754 M}
  • Abu Ja’far al-Manshur {tahun 137-159 H/754-775 M}
  • Al-Mahdi {tahun 159-169 H/775-785 M}
  • Al-Hadi {tahun 169-170 H/785-786 M}
  • Harun al-Rasyid {tahun 170-194H/786-809 M}
  • Al-Amiin {tahun 194-198 H/809-813 M}
  • Al-Ma’mun {tahun 198-217 H/813-833 M}
  • Al-Mu’tashim Billah {tahun 618-228 H/833-842M}
  • Al-Watsiq Billah {tahun 228-232 H/842-847 M}
  • Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah {tahun 232-247 H/847-861 M}
  • Al-Muntashir Billah {tahun 247-248 H/861-862 M}
  • Al-Musta’in Billah {tahun 248-252 H/862-866 M}
  • Al-Mu’taz Billah {tahun 252-256 H/866-869 M}
  • Al-Muhtadi Billah {tahun 256-257 H/869-870 M}
  • Al-Mu’tamad ‘Ala al-Allah {tahun 257-279 H/870-892 M}
  • Al-Mu’tadla Billah {tahun 279-290 H/892-902 M}
  • Al-Muktafi Billah {tahun 290-296 H/902-908 M}
  • Al-Muqtadir Billah {tahun 296-320 H/908-932 M}
  • Al-Qahir Billah {tahun 320-323 H/932-934 M}
  • Al-Radli Billah {tahun 323-329 H/934-940 M}
  • Al-Muttaqi Lillah {tahun 329-333 H/940-944 M}
  • Al-Musaktafi al-Allah {tahun 333-335 H/944-946 M}
  • Al-Muthi’ Lillah {tahun 335-364 H/946-974 M}
  • Al-Tha`i’ Lillah {tahun 364-381 H/974-991 M}
  • Al-Qadir Billah {tahun 381-423 H/991-1031 M}
  • Al-Qa`im Bi Amrillah {tahun 423-468 H/1031-1075 M}
  • Al-Mu’tadi Bi Amrillah {tahun 468-487 H/1075-1094 M}
  • Al-Mustadhhir Billah {tahun 487-512 H/1094-1118 M}
  • Al-Mustarsyid Billah {tahun 512-530 H/1118-1135 M}
  • Al-Rasyid Billah {tahun 530-531 H/1135-1136 M}
  • Al-Muqtafi Liamrillah {tahun 531-555 H/1136-1160 M}
  • Al-Mustanjid Billah {tahun 555-566 H/1160-1170 M}
  • Al-Mustadli`u iamrillah {tahun 566-576 H/1170-1180 M}
  • Al-Naashir Lidinillah {tahun 576-622 H/1180-1225 M}
  • Al-Dhahir Biamrillah {tahun 622-623 H/1225-1226 M}
  • Al-Mustanshir Billah {tahun 623-640 H/1226-1242 M}
  • Al-Musta’shim Billah {tahun 640-656 H/1242-1258 M}
  • Al-Mustanshir Billah II {tahun 660-661 H/1261-1262 M}
  • Al-Haakim Biamrillah I {tahun 661-701 H/1262-1302 M}
  • Al-Mustakfi Billah I {tahun 701-732 H/1302-1334 M}
  • Al-Watsiq Billah I {tahun 732-742 H/1334-1343 M}
  • Al-Haakim Biamrillah II {tahun 742-753 H/1343-1354 M}
  • Al-Mu’tadlid Billah I
  • Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah I
  • Al-Watsir Billah II {tahun 785-788 H/1386-1389 M}
  • Al-Musta’shim {tahun 788-791 H/1389-1392 M}
  • Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah II
  • Al-Musta’in Billah {tahun 808-815 H/1409-1416 M}
  • Al-Mu’tadlid Billah II {tahun 815-845 H/1416- 1446 M}
  • Al-Mustakfi Billah II {tahun 845-854 H/1446-1455 M}
  • Al-Qa`im Biamrillah {tahun 754-859 H/1455-1460 M}
  • Al-Mustanjid Billah {tahun 859-884 H/1460-1485 M}
  • Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah III
  • Al-Mutamasik Billah {tahun 893-914 H/1494-1515 M}
  • Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah IV

  • Khilafah Bani Abbasiyah dihancurkan oleh pasukan Tartar , sehingga umat Islam sempat hidup selama 3,5 tahun tanpa adanya khalifah. Namun kurun waktnya hanya terpaut 3 tahun setengah saja dan segera berdiri khilafah Utsmaniyah.


    4. Khilafah Bani Utsmaniyyah
    Khilafah Bani Utsmaniyyah tercatat memiliki 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad 10 Hijriyah atau abad ke enam belas Masehi. Nama-nama mereka sebagai berikut:


  • Salim I {tahun 918-926 H/1517-1520 M}
  • Sulaiman al-Qanuni {tahun 926-974 H/1520-1566 M}
  • Salim II {tahun 974-982 H/1566-1574 M}
  • Murad III {tahun 982-1003 H/1574-1595 M}
  • Muhammad III {tahun 1003-1012 H/1595-1603 M}
  • Ahmad I {tahun 1012-1026 H/1603-1617 M}
  • Mushthafa I {tahun 1026-1027 H/1617-1618 M}
  • ‘Utsman II {tahun 1027-1031 H/1618-1622 M}
  • Mushthafa I {tahun 1031-1032 H/1622-1623 M}
  • Murad IV {tahun 1032-1049 H/1623-1640 M}
  • Ibrahim I {tahun 1049-1058 H/1640-1648 M}
  • Muhammad IV {tahun 1058-1099 H/1648-1687 M}
  • Sulaiman II {tahun 1099-1102 H/1687-1691 M}
  • Ahmad II {tahun 1102-1106 H/1691-1695 M}
  • Mushthafa II {tahun 1106-1115 H/1695-1703 M}
  • Ahmad III {tahun 1115-1143 H/1703-1730 M}
  • Mahmud I {tahun 1143-1168 H/1730-1754 M}
  • ‘Utsman III {tahun 1168-1171 H/1754-1757 M}
  • Musthafa III {tahun 1171-1187 H/1757-1774 M}
  • ‘Abdul Hamid I {tahun 1187-1203 H/1774-1789 M}
  • Salim III {tahun 1203-1222 H/1789-1807 M}
  • Musthafa IV {tahun 1222-1223 H/1807-1808 M}
  • Mahmud II {tahun 1223-1255 H/1808-1839 M}
  • ‘Abdul Majid I {tahun 1255 H-1277 H/1839-1861 M}
  • ‘Abdul ‘Aziz I {tahun 1277-1293 H/1861-1876 M}
  • Murad V {tahun 1293-1293 H/1876-1876 M}
  • ‘Abdul Hamid II {tahun 1293-1328 H/1876-1909 M}
  • Muhammad Risyad V {tahun 1328-1338 H/1909-1918 M}
  • Muhammad Wahiddin {th. 1338-1340 H/1918-1922 M}
  • ‘Abdul Majid II {tahun 1340-1342 H/1922-1924 M}.

  • Khalifah terakhir umat Islam sedunia adalah ‘Abdul Majid II. Semenjak tumbangnya khilafah terakhir ini, berarti umat Islam telah hidup lebih dari selama tanpa keberadaan lembaga yang menyatukan. 

    "..Kemudian akan ada Khilafah yang berjalan sesuai dengan jalan kenabian...[HR. Ahmad]

    Let's Struggle for Khilafah !


    sumber : http://usudullah.blogspot.com