Minggu, 25 November 2012

Just Write Khilafah



Secarik kertas kecil terserak di jalan
terinjak oleh ban-ban motor kendaraan
terhempas oleh tiupan angin, tergeletak di pinggir jalan
mendung merundung hujan pun turun
tak kuasa badan secarik kertas pun basah, dan hanyut mengambang
berjalan menyusuri kemana arus air membayang

Ketika ada seorang pedagang memungut kertas tersebut
ia mulai pelan-pelan mengeja dan membacanya
bola matanya terfokus membaca pada deretan kalimat baris terakhir
"Khilafah, Khilafah, Solusinya!"
ia membatin, "Oh ini teks yel-yel aksi siang tadi".

Namun sayang beribu sayang, si bapak pedagang hanya sekedar memungut dan membaca sekilas tulisan "Khilafah, Khilafah, Solusinya!" saja
lalu membuangnya kembali di jalan

Siapa yang menyangka :

1. Karena mereka sudah membaca "Khilafah" namun mereka tak mengkajinya, aku mengkuatirkan, orang yang sudah membaca khilafah mereka bisa jadi akan menyesal pada dua atau beberapa tahun kedepan dengan mengunggapkan "Kenapa tidak dari dulu-dulu ya saya membaca Khilafah".

2. Karena mereka sudah mengetahui tulisan "Khilafah", namun justru mereka menolak karena "kegengsian, ego, dan kepuasan intelektual semata", aku pun mengkuatirkan hal yang sama. Kuatir saja kalau mereka menyesal dengan ungkapan "mengapa dulu aku beralasan untuk tak memperjuangkan Khilafah"

3. Karena mereka sudah melihat tulisan "Khilafah", namun tak jua memperjuangkanya. Aku juga mengkuatirkan apa jawabnya ketika kelak Allah pun menanyakan dan memintai pertanggungjawabkan "Mengapa engkau tak memperjuangkan Khilafah?"

4. Saat ini tulisan "Khilafah" sudah hampir dimana-mana, ada di jejaringan sosial, pesan singkat, inbox, web, blog, buletin, kertas, poster, undangan, layout dan lainnya. Akan kah kita menunggu waktu penyesalan karena tak turut berjuang untuk tegaknya Khilafah? Tentu Tidak!

Wahai saudaraku, teruskan saja menulis kata "KHILAFAH", tak akan pernah tau apa yang terjadi kedepan, Allahlah yang Maha Berkuasa membolak-balikkan hati manusia.

Let's Just Write KHILAFAH, agar mereka melihat, membaca, mengkaji, memahami, menyebarkan dan menegakkannya.
Allahuakbar!

Senin, 19 November 2012

Surga, Adakah Aku Layak?


20 November 2012, Pukul 09.22 wib

Bismillahirrohmanirrohim..

Wahai saudaraku, terhatur  maaf atas segala kesalahan dan terucap terima kasih atas perhatiannya yang telah diberikan selama ini kepadaku. Tanggal ini mungkin menjadi tanggal yang dinanti bagi sebagian orang yang saat ini menjadi hari kelahirannya. Istilah ulang tahun pun tak jarang selalu membuat si pelaku ulang tahun menunggu untuk mendapatkan hadiah, surprise, serta hal asyik lainnya.

Namun bagiku, di tanggal ini bukanlah lagi menjadi waktu spesifik dan Istimewa untuk sekedar ucapan “Ulang Tahun”, karena sesungguhnya setiap waktu dan hari adalah ”Istimewa” ketika kita bisa memannfaatkannya dijalan Dakwah.  Tanggal ini cukup membantuku untuk semakin menyadari akan status kehidupanku hidup di dunia ini.
Bagaimana tidak?
Tersentak pada usia 22 tahun, waktu yang tak terasa begitu cepatnya berlalu. Jika Rasulullah wafat pada usia 63 Tahun. Berarti usiaku sudah berjalan kurang lebih 1/3 usia meninggalnya Rasulullah saw. “1/3 kontrak nafas kehidupan telah berjalan, selanjutnya wallahu’alam…” Jika Allah menghendaki seperti rentang usia rasulullah masih ada 2/3 lagi kontrak nafas dipinjamkan.”

Duduk disini pun terbayang akan “apa yang sudah ku lakukan dalam hidup ini?”
Masa kecil yang berjalan dengan begitu cepatnya!
Usia SMP-SMA yang dihingar bingarkan dengan trend remaja gaul, hanya untuk kata “keren, fungky, cool, dan gaul”.
Umur SMA berlalu, baru ku menemukan dan memeluk Islam Kaffah. Kita berdoa sahabat agar  kita bisa meninggal dalam kondisi mengemban, menyebarkan dan mengamalkan ISLAM. Aamiin

Apakah kiranya usia saat ini sudah mencukupi bekal?

Tak ada yang bisa menebak, namun yang ku pahami bahwa hidup itu bukanlah perkara yang lama hanya sebentar dan sebentar, meminjam kata orang jawa “Urip koyo mampir ngombe” (Hidup seperti mampir minum). Dan memang sungguh sangat sebentar.

Jadi teringat berita duka dari salah satu syabab (pemuda) pejuang Khilafah yang ia meninggal dihantarkan dengan sakit. Banyak sahabatnya yang menyapa melihat foto-foto yang masih terpasang di facebook, beberapa sahabatnya memberikan komentar. Berikut cuplikannya :

“Buka Fb ternyata di wall masih ku lihat foto sahabat seperjuangan, Hati ini masih.... sulit diungkapkan, saya kehilangan pejuang yang super semangat | Bagaimanapun galaunya hati harus kita ubah menjadi energi posistif untuk kembali bertarung di medan perjuangan | Memori untuk nasehat diri, ku kenang menjadi bara pengobar semangat...
Masih sangat ingat bagaimana dia semangat. Disaat teman-temannya izin tak bisa datang memenuhi undangan saya untuk rapat agenda Dakwah karena gak ada motor, dia datang tepat waktu padahal saya tau dia gak punya motor tapi ada saja cara dia sampai di lokasi yg dijanjiikan [dia contohkan pada kita fokus pada tujuan bukan hambatan] . Disaat teman-teman yang lain menolak amanah dakwah karena kesibukan lain, dia eksekusi amanah tadi sampai tuntas [dia contohkan bagaimana pengorbanan] . Disaat sakit tipes saya minta istirahat dulu dia jawab "ah cuma sakit biasa ja" . Disaat yang lain lain izin tidak datang karena sakit, dia tetap bersedia datang dengan jawaban "afwan tadz saya butuh waktu sebentar untuk mengatasi sakit saya, sebenatar lagi saya meluncur", padahal saya minta istirahat, baru saya tau saat dia cerita ternyata sekedar nelan obat turun panas untuk mengatasi demamnya trus dia berangkat berjuang padahal saya tau dia sedang sakit tipes serius [semoga Allah membalasnya dengan sejuknya surga].
Sakit yang terakhir paru-paru, masih beliau hiasi dengan aktifitas dakwah bahkan menyampaikan materi training di tiga Kampus dengan penuh semangat walau kadang nafas tersengal. Saya minta untuk istirahat.. hanya dia jawab "klo cuma ngisi satu materi saya masih kuat".
Baru mau istirahat setelah sakit paru-parunya divonis serius oleh dokter dan tak bisa banyak aktifitas keluar. Nengok terakhir masih ku ingat senyummu. Saat harus dirawat di RSU Lampung HP dia tak lagi bisa dikontak. Setelah bertanya disalah satu saudara akhirnya saya dapat nomor barunya. Belum sempat telp ke dia.. Sabtu pagi sms masuk mengabarkan bahwa ia telah menghadap Allah. Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu.
Kalimat dia yg masi terus terngiang " Lebih baik saya mati di medan Dakwah daripada mati diatas tempat tidur " . Subhanallah Allahuakbar!!

يَٰۤأَ يَّتُهَا ﭐلنَّفْسُ ﭐلْمُطْمَئِنَّةُ (٢٧) ﭐرْجِعِىۤ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
[Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Robb-mu dengan hati yang puas lagi diridhoi-NYA (Q.S. Al – Fajr (89): 27-28)]

Komentar dari sahabat lainnya

Ada seseorang yang meninggalnya tidak ada yang menangisi. Tetangganya tak banyak yang mengunjungi. Tak ada haru biru apalagi testimoni. "Wujuduhu ka adamihi". Ada dan tidak adanya ia, sama saja.

Namun ada juga orang mati, yang seisi negeri'menangisi'. Bukan hanya tetangga, kenalan dari banyak pelosok turut menyesali. Orang-orang bersyahadah atas kebaikannya di banyak testimoni. Di sms, facebook, twitter, radio dan kalau bisa televisi.

Sejak Nabi Adam menginjakkan kakinya, Bumi telah dijejaki milyaran tapak kaki manusia. Sebagian besar jejak itu lenyap begitu saja. Hanya sedikit yang terekam sebagai langkah berharga. Kasarnya, banyak dari mereka yang "lahir untuk dikubur". Berakhir di sepetak tanah 1x2 meter. Jangankan saat matinya. Saat masih hidup pun mereka dianggap tidak ada.

Tapi dari sekian banyak manusia, ada segelintir yang menampakkan cahayanya. Mereka adalah sedikit yang mencoba tampak berbeda. Merekalah yang pada akhirnya tercatat sebagai pemeran dalam lembar-lembar sejarah.”

Berita duka diatas menjadi sebaik-baik pengingat. Fenomena kematian yang tak pernah kita mengetahui kapan datangnya. Disinilah Allah menyayangi kita, bahwa kita tak pernah diberitahu tentang “kapan datangnya akhir kehidupan kita”. Bayangkan apabila Allah memberikan waktu, tanggal dan tahun akan jatuh tempo kita meninggalkan dunia ini? Misalkan saja diberi tahu bahwa “Fulan” meninggal pada awal tahun. Apa yang akan dilakukan Fulan?
Tentunya Fulan akan senantiasa menyibukan diri untuk beribadah, dan mengerahkan segala apa yang ia milikinya untuk beribadah dengan sebaik-baiknya. Sampai-sampai ia berazzam/bertekad akan melakukan apapun agar seketika ia bisa mendapatkan gunung perbekalan yang penuh dan mencukupinya.

Namun, faktanya bukan begitu. Allah Maha Penyayang, tidak memberitahu akan kapan kita berlama-lama di dunia. Sehingga selalu ada kewaspadaan dalam setiap aktivitas “jangan-jangan ini adalah terakhir aku bisa melakukannya”. Ketika mau bermaksiat pun juga jadi berfikir dan hati berbatin, “Yakin ni mau maksiat, nanti kalau meninggal, nyesel loe?” Akhirnya kita tidak jadi maksiat. Berjaga pada terikat dengan syariah-Nya itulah kunci Khusnul Khatimah. Semoga kita bisa mempersiapkan akhir yang baik itu.


Dan berkaca pada setiap hari, kiranya jika setiap waktu ada pertanyaan “Siapkah jika malaikat Izro’il mencabut nyawa kita?” Siap gak siap harus SIAP! Renungilah ketika kita kuatir menghadapi kematian “jangan-jangan kita sudah terlalu cinta dengan dunia sehingga kita takut mati”. Sebagai kaum muslim pahamilah bahwa sesungguhnya “kematian” adalah “Menjadi jembatan”  bukan “Menjadi penghalang”. Kematian adalah jembatan yang menghubungkan antara sisi hilir dunia dengan sisi hulu Surga.

Kematian adalah suatu keniscayaan. Keniscayaan yang semestinya membuat kita harus selalu berfikir dan berfikir untuk melakukan hal yang terbaik  untuk Islam.
Memang benar, hanya AMAL-lah bekal untuk kehidupan setelah kehidupan ini, tak ada yang lain. Jika menginginkan Surga cukuplah upaya “Semoga kita bisa melayakkan diri memasuki Surga-Nya”

Semoga kedepan kita bisa “melayakkan diri masuk ke Surga-Nya” dengan memanfaatkan waktu yang tersisa di dunia ini dengan mencurahkan waktunya untuk Islam serta menyempurnakan dalam berdakwah, mengemban amanat ALLAH SWT, berjuang untuk tegaknya Khilafah. Aamiin

Selasa, 13 November 2012

"Tak perlu diomongkan?"

Bismillaah...

Disaat orang bilang “Mas-mas gak usah deh ngomongin Khilafah, benarkan dulu tuh Aqidahnya”.
>Padahal untuk bisa mewujudkan khilafah memang dibina untuk memantapkan aqidah sehingga tergerak karena doro
ngan aqidah.

Disaat orang bilang “Mbak-mbak janganlah ngomongin Khilafah, benarkan dulu tuh Tauhidnya”.
>Padahal untuk mewujudkan Khilafah memang dilandasi karena konsekuensi ketauhidan.

Disaat orang bilang “Bro gak usah deh ngomongin Khilafah, contohlah dulu metode dakwah Rasulullah sebelum hijrah”. 
>Padahal untuk menegakkan khilafah memang harus dengan metode dakwah Rasulullah saw.

Disaat orang bilang “Pak-pak gak usah deh ngomongin Khilafah, tuh wajib ngurusi nafkah keluarga”. 
>Padahal menegakkan khilafah “wajib”, mencari nafkah untuk keluarga juga “wajib” sehingga tidak ada yang bisa salah satu dilalaikan”

Disaat orang bilang “Ibu-ibu sudah bu tidak usah keluar aksi ngomongin Khilafah, kewajiban kita itu saat ini mengurusi rumah tangga dan mendidik Anak”.
>Padahal perjuangan penegakkan Khilafah adalah kewajiban semua kalangan, tidak hanya laki-laki tetapi juga perempuan. Mengatur rumah tangga dan mengurusi anak adalah kewajiban seorang ibu, memperjuangkan khilafah juga suatu kewajiban. Sehingga tidak bisa jika salah satu lebih diutamakan.

Disaat orang bilang “Oi orang intelek, gak usahlah ngomongin khilafah, terlalu jauh, sulit itu”.
>Padahal berjuang untuk khilafah kewajiban semua, termasuk pula kalangan intelektual muslim (mahasiswa,dosen, pakar, ilmuwan, insinyur, sarjana, doktor, professor). Padahal Ya memang sulit, namun sulit bukan berarti kita tidak bisa. Dan justru dengan membicarakan dan memperjuangkannya bersamalah khilafah akan lebih mudah ditegakkan.

Disaat orang bilang “Tante, gak usahlah ngomongin tentang khilafah, coba untuk melihat realitas sekarang yang susah untuk dirubah dengan Islam, yang realistis donk tante”.
>Padahal solusi kerusakan realitas saat ini adalah dengan mengganti akar sistem rusak dengan sistem Islam dalam bingkai khilafah, dan inilah solusi praktis dan realistis terlebih mau bahu membahu memperjuangkannya. Khilafah adalah solusi realistis

Disaat orang bilang “Om-om, tak perlulah jauh-jauh ngomongin Khilafah, benerin tuh diri sendiri gak usah dulu ngurusi orang lain”.
>Padahal mendakwahkan Islam adalah hal yang wajib dengan memperbaiki masyarakat. Sehingga tak cukup sekedar memperbaiki individu tetapi juga sangat perlu masyarakat saat ini disadarkan dengan Islam. Sehingga memperbaiki masyarakat “IYA” sembari memperbaiki diri juga “IYA”.

Disaat orang bilang “Kek-kek sudahlah kek tak perlu bahas-bahas Khilafah, kakek mah harusnya inget usianya udah tua, udah lemah sudah banyak-banyakin aja ibadahnya”.
>Padahal lagi-lagi memperjuangkan khilafah itu tak mengenal usia, baik muda mau pun usia tua. Kakek menjawab “bagi kakek menjadi pejuang khiafah itulah sebaik-baik ibadah, dengan tidak meninggalkan ibadah-ibadah wajib lainnya, karena salah satu syarat pejuang Khilafah adalah terikat dengan aturan Allah cu, dimana pun dan kapan pun.

Disaat orang bilang “Nek, sudah nenek istirahat saja, tak perlu lagi ngomongin Khilafah, harusnya nenek banyak berdoa agar bisa mendapatkan kemuliaan kelak di akherat”. Sang nenek menjawab “Justru itu cu, nenek ikut ngomongin dan memperjuangkan khilafah agar menjadi garansi nenek masuk Surga mendapatkan kemuliaan di akherat kelak. Cu, ayo saatnya kita bersama-sama untuk mendapatkan kemuliaan Islam dengan memperjuangkan Khilafah”!

Sudah-sudah, Gak usah ngomongin Khilafah> eh malah ngomongin Khilafah!

Sampai kapan pun orang yang mencoba mencari-cari bahkan beribu-ribu alasan untuk sebatas kata “sudahlah..., janganlah...,iya sih..., Tapi....” Tak bisa menyurutkan dakwah untuk tegaknya Khilafah

Semakin banyak orang yang mencoba memadamkan cahaya Allah maka sesungguhnya Allah tak akan pernah menyalahi janjinya untuk mewujudkan dengan menyalakan kembali bisyarah Rasulullah saw akan kembalinya Khilafah Jilid II, muski orang tak menyukainya, muski tak banyak yang ikut memperjuangkannya, dan muski orang-orang kufar membuat makar sehebat-hebatnya.


Doa Awal & Akhir Tahun Hijriyah

Doa Akhir Tahun
Bacalah doa ini tiga kali saat menjelang akhir tahun baru Islam, bisa dilakukan sesudah ashar atau sebelum maghrib pada tanggal 29 atau 30 Dzulhijah. Dengan doa ini kita memohon ketika kita akan mengakhiri perjalanan tahun yang akan ditinggalkan ini akan mendapatkan ampunan dari Allah Swt. atas perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh-Nya, dan apabila dalam tahun yang akan ditinggalkannya itu ada perbuatan-perbuatan yang diridhai oleh Allah Swt yang kita kerjakan, maka mohonlah agar amal shaleh tersebut diterima oleh Allah Swt.

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Wa shallallaahu ‘ala sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihii wa sallam.
Allaahumma maa ‘amiltu fi haadzihis-sanati mimmaa nahaitani ‘anhu falam atub minhu wa lam tardhahu wa lam tansahu wa halamta ‘alayya ba’da qudratika ‘alaa uquubati wa da’autani ilattaubati minhu ba’da jur’ati alaa ma’siyatika fa inni astaghfiruka fagfirlii wa maa ‘amiltu fiihaa mimma tardhaahu wa wa’adtani ‘alaihits-tsawaaba fas’alukallahumma yaa kariimu yaa dzal-jalaali wal ikram an tataqabbalahuu minni wa laa taqtha’ rajaai minka yaa karim, wa sallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin Nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa ‘aalihii wa sahbihii wa sallam
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW,beserta para keluarga dan sahabatnya. Ya Allah, segala yang telah ku kerjakan selama tahun ini dari apa yang menjadi larangan-Mu, sedang kami belum bertaubat, padahal Engkau tidak melupakannya dan Engkau bersabar (dengan kasih sayang-Mu), yang sesungguhnya Engkau berkuasa memberikan siksa untuk saya, dan Engkau telah mengajak saya untuk bertaubat sesudah melakukan maksiat. Karena itu ya Allah, saya mohon ampunan-Mu dan berilah ampunan kepada saya dengan kemurahan-Mu.
Segala apa yang telah saya kerjakan, selama tahun ini, berupa amal perbuatan yang Engkau ridhai dan Engkau janjikan akan membalasnya dengan pahala, saya mohon kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah, wahai Dzat Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan, semoga berkenan menerima amal kami dan semoga Engkau tidak memutuskan harapan kami kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah.
Dan semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan atas penghulu kami Muhammad, Nabi yang Ummi dan ke atas keluarga dan sahabatnya.
Doa Awal Tahun
Bacalah doa ini tiga kali saat kita memasuki tanggal 1 Muharam. Bisa dilakukan selepas maghrib atau pun sesudahnya. Dengan doa ini kita sebagai Mu’min memohon kepada Allah Swt. agar dalam memasuki tahun baru ini kita dapat meningkatkan amal kebajikan dan ketaqwaan.

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa ‘aalihi wa shahbihii wa sallam.
Allaahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwalu, wa ‘alaa fadhlikal-’azhimi wujuudikal-mu’awwali, wa haadza ‘aamun jadidun qad aqbala ilaina nas’alukal ‘ishmata fiihi minasy-syaithaani wa auliyaa’ihi wa junuudihi wal’auna ‘alaa haadzihin-nafsil-ammaarati bis-suu’i wal-isytighaala bimaa yuqarribuni
ilaika zulfa yaa dzal-jalaali wal-ikram yaa arhamar-raahimin, wa sallallaahu ‘alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa ‘aalihi wa shahbihii wa sallam
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Ya Allah Engkaulah Yang Abadi, Dahulu, lagi Awal. Dan hanya kepada anugerah-Mu yang Agung dan Kedermawanan-Mu tempat bergantung.
Dan ini tahun baru benar-benar telah datang. Kami memohon kepada-Mu perlindungan dalam tahun ini dari (godaan) setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya. Dan kami memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada kejahatan,agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, Nabi yang ummi dan ke atas para keluarga dan sahabatnya.

Refleksi Hijrah: Menyongsong Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah

Sabtu, 10 November 2012

Menjemput Khilafah


Di Ufuk Barat, sore ini hari akan menjemput mega merah


terbenam matahari manandakan hadirkan malam


merindu celoteh sang anak "semoga malam ini dapat melihat benderang bulan"


merindukan jua berjuta-juta bintang-bintang bertaburan pada temaram langit kelam

Lantas, bagaimana dengan umat merindu?

akankah sama dengan rindu sang anak pada malam ini?

ketika umat dalam segi ekonomi diapit oleh sukarnya tanah lapangan pekerjaan

ketika umat, sang pelajar merindu jaminan pendidikan negara

ketika umat penguasa, petani, buruh dan semuanya merindu pemimpin yang mengurusi urusan umatnya

dan ketika para umat merindu dapat hidup sejahtera dibawah naungan Negara

Sudahkah dirasa??

CUKUP!
cukup jangan kau dustai bahwa kau mencintai Islam dan juga merindukan aturan Islam diterapkan di muka bumi ini.

Lalu apa hubungannya dengan malam?

Kumerindukan malam ini bertaburan bintang, ku pun merindukan akan Islam dapat terterapkan secara Kaffah dalam naungan Khilafah.

Cukup???
Memang tak cukup merindu, tetapi butuh karya nyata untuk mewujudkan rasa kerinduan itu

Rindu bulan, butuh bergerak keluar rumah melihat bulan dan bintang bersinar, bukan berdiam di dalam dan hanya berkhayal bulan dan bintangkan datang

Begitu pula dengan tegaknya KHILAFAH. Butuh bergerak keluar untuk memastikan bahwa hanya dengan Islam semua permasalahan akan terselesaikan. Dan tentu bukan hanya karena keindahnya Islam melainkan dorongan atas konsekuensi keimanan

Terus bergerak menuju kemuliaan Islam dibawah naungan Khilafah

Kamis, 08 November 2012

Sambutlah khilafah

Sambutlah khilafah
Lama sudah kami nanti kapankah kau tegak kembali
Cukuplah sudah penantian ini pastilah kau segera kembali

*Sambutlah Khilafah sambutlah Khilafah
Pelaksana hukum syariah
Sambutlah Khilafah sambutlah Khilafah
Tegaklah kemuliaan umat

Langkah perjuangan takkan terhenti hingga tegaknya hukum Allah
Walau tantangan datang tiada henti takkan surut perjuangan ini*
Wahai sahabat seluruh umat berjuang penuh semangat
Masa penantian akan berakhir lanjutkan kehidupan Islam*

Disaat umat bercerai berai menjadi negeri-negeri kecil tanpa kekuatan. Menjadi santapan untuk bangsa bangsa penjajah imperialis
Disaat seluruh kekuatan umat dilemahkan dan diadu dombakan satu sama lain
Disaat seperti itulah seluruh umat bangkit, berjuang penuh keyakinan!
Seluruh umat bersatu padu hadapi tantangan perjuangan!

Dari ujung barat hingga timur dunia, terus berjuang mewujudkan tegaknya institusi pelaksana syariah,  pemersatu umat, penjaga ukhuwah, penebar dakwah dan rahmat. Khilafah Rasyidah. Khilafah Rasyidah yang dinantikan, yang diperjuangkan berpuluh tahun lamanya. Saat ini, saat ini cahaya kehadirannya mulai memancar, harum kemuliaannya mulai tercium,  gelegar kehadirannya semakin membahana wahai seluruh umat sambutlah, sambutlah Khilafah!

Senin, 05 November 2012

NIKAH adalah "Mitsaqan Ghaliza"

Apa itu Mitsaqan Ghaliza???

Allahu Akbar, ternyata Pernikahan termasuk Mitsaqan Ghaliza yakni Perjanjian yang kuat/kokoh
 وَكَيْفَ تَأْخُذُونَهُ وَقَدْ أَفْضَى بَعْضُكُمْ إِلَى بَعْضٍ وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
"Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat."[1] [QS An Nisa (4): 21].

Sungguh hal ini berarti bukanlah sembarang perjanjian. Ini dia alasannya kenapa perjanjiannya begitu harus kuat (agar tetap kokoh) memerlukan keseriusan yang ekstra

Makna Mitsaqan Ghaliza="perjanjian/ Ikrar yang kokoh''

Karena pernikahan adalah perkara yang suci, jangan sampai aktivitas pernikahan ini diawali dengan aktivitas dengan titik-titik noktah hitam. Hendaknya Seorang lelaki yang hendak meminang seorang perempuan adalah dengan jalan yang syar’i, bukan dengan jalan berpacaran, berzina atau bahkan menghalalkan cara.

Cara syar’i untuk menuju kepelaminan pernikahan adalah dengan beberapa tahap :

Tahap pertama : Ta’aruf atau bisa diartikan sebagai tahap perkenalan. Pada tahapan ini Lelaki (L) dan perempuan (P) saling mengenal dengan jalan ta’arufan. Jalan ini harus dengan pihak ketika biasa disebut dengan Makcomblang (MC). Apabila L sudah siap (baik siap secara ilmu, batin, mental dan financial) maka sang L memberikan kepada MC yang bisa menghubungankan dengan P secara syar’I (misalkan MC adalah sepasang suami istri, sehingga jalurnya L<->Suami<->Istri<->P sehingga istilah ta’arufan disini tidaklah sama dengan istilah pacaran. L memberikan CV berupa biodata diserahkan kepada MC, dan dilain sisi apabila ada P yang sudah siap juga (baik ilmu, batin, mental, bahkan finansial) menyadurkan pula kepada MC (istri). Atau sang MC suami ia mencarikan melalui istrinyaa, sehingga si istri mencari P yang sudah siap untuk menikah.

"Wanita dinikahi karena empat faktor, yakni karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Hendaknya pilihlah yang beragama agar berkah kedua tanganmu."
(HR. Muslim)

Tahap ke dua : Khitbah, yakni sudah memberikan melalui perkenalan apabila sudah mantap dan menyegerakan untuk menikah. Pada proses ini sangat riskan, bukan berarti khitbah itu sudah semi memiliki (halal) sehingga sangat dianjurkan untuk menyegerakan nikah dan tidak menunda-nunda.
Tahap ke tiga :Menikah, ini pun juga harus dijalankan secara syar’i. yakni dengan memberikan ruangan tamu kepada tamu putra dan tamu putrid secara terpisah, bukan campur baur.

Lelaki yang sah menjadi seorang suami dari perempuan tadi semestinya bisa memahami bahwa tanggungjawab perempuan yang awalnya menjadi tanggungjawab kedua orangtuanya kini berpindah menjadi tanggungjawab sang Lelaki.

''Maka aku tanggung dosa-dosanya si dia dari ayah dan ibunya, dosa apa saja yang telah dia lakukan, dari tidak menutup aurat hingga ia meninggalkan sholat. Semua yang berhubungan dengan si dia, aku tanggung dan bukan lagi orang tuanya yang menanggung, serta akan aku tanggung semua dosa calon anak-anakku''.

Jika aku GAGAL?
''Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku''
(HR. Muslim)

Subhanallah, betapa berat menjadi seorang lelaki, ia memiliki tanggungjawab yang besar.
Diriwayatkan dalam suatu hadis : “Tidak dibenarkan manusia sujud kepada manusia, dan kalau dibenarkan manusia sujud kepada manusia, aku akan memerintahkan wanita sujud kepada suaminya karena besarnya jasa (hak) suami terhadap isterinya. (HR. Ahmad)”

Duhai para istri,
Begitu beratnya pengorbanan suamimu terhadapmu, karena
seolah saat Ijab terucap, Arsy-Nya berguncang karena beratnya perjanjian yg dibuat olehnya di depan Allah, dengan di saksikan para malaikat dan manusia, maka andai saja kau menghisap darah dan nanah dari hidung suamimu, maka itupun belum cukup untuk menebus semua pengorbanan suami terhadapmu


Semoga para muslimah yang membaca tulisan ini bisa menjadi istri sholehah yang dicemburui para bidadari Surga. Aamiin^^

Sumber dari file di lepy, dengan tambahan




[1] Al Qur’an dan Al Hadits Digital