Minggu, 14 Juli 2013

"Allahuakbar!" \(^_^)

Dibalik status "Allahuakbar!" \(^_^)

Bismillaah…

Sunyi senyap menghalau hari...
Sepoi angin meniup puing-puing dinding tipisnya kulit berpori...
Menyejukkan nafas serasa berbisik lirih terbukti...
Nyata bertasbih akan karunia Allah telah berikan untuk hari ini...

Pernahkah kita menginginkan sesuatu 
yang kemudian kita bisa menggapai sesuatu yang hendak kita miliki tersebut? Jawabannya tentulah pasti pernah. Fenomena yang mungkin dulu pernah teralami saat kita berusia belia saat waktu masih kecil. Dikala kita menginginkan punya tas baru, pingin sepatu sekolah baru atau tempat pensil dan buku-buku yang baru. Semuanya Allah berikan kepada kita. Keinginan semua tadi berangkat dari rasa pingin, rasa keinginan kita dan endingnya "amazing" kita bisa memiliki dan menggunakannya. Masya Allah…

Fenomena senada juga banyak dialami kebanyakan orang, maka tak jarang saat ini pun ketika kita hendak menginginkan sesuatu cukuplah berbekal rasa keoptimisan. Ya, “Pasti bisa!”, walhasil keoptimisan yang terus menghunjam benar-benar bisa menghantarkan diri kita mampu untuk menggapainya.

Peristiwa di atas sebenarnya juga aku alami, saat diri ini 'pingin sekali' memiliki kamera DSLR. Mungkin orang di sekitar atau yang kenal aku sudah merasa bosan atau bahkan muak mendengar celotahan lisan ini yang mengungkapkan kata berulang "DSLR-DSLR dan DSLR". Ketika bertemu dengan teman, menjabat tangannya dan adakalanya meminta kepada mereka untuk mengaamiinkan agar aku bisa memiliki DSLR. Di saat menulis juga demikian, hal yang di tulis adalah membicara DSLR dan meminta pula untuk didoakan, hingga yang membaca pun secara tidak langsung turut mendoakan keinginan kita.

Lisan dan tulisan, dua cara yang kuat untuk mengikatkan sebuah keoptimisan. 
Di saat orang menyeletuk, 

“Mana bisa sih kamu memiliki DSLR? kerja aja juga belum, gimana bisa dapat uang buat beli DSLR?”

Dan mungkin di saat ada orang yang membatin ,


“Aiih..apa mungkin dia punya DSLR, kalau kerjaannya cuma ngomong ngoceh "DSLR-DSLR" mulu?”

Dan disaat orang-orang bilang,


"Sudahlah gak usah terlalu tinggi-tinggi punya keinginan! dapat itu tuh susah, susah, dan bla..bla..lalala..."

Jujur saja, di saat waktu aku pernah berceloteh pingin DSLR uang seratus ribu saja aku tak punya. Bahkan jika di minta "Plisss sisihkan saja uangmu lima ribu perhari" menyisihkan uang untuk menabung lima ribu saja dalam sehari aku belum bisa. Uang saku sehari hanya cukup untuk membeli bensin dan membeli makan siang saja. 
Terbayang bukan memang bukan perkara yang mudah untuk mengumpulkan uang seratus ribu karena bagiku itu hal yang sulit, apalagi sampai bisa mengumpulkan uang lebih dari satu juta mengingat harga DSLR yang lebih dari 2-3 jutaan. Bagi segelintir orang melihat kondisi kantong yang seperti ini, jelas bisa jadi akan menciutkan keinginannya, apalagi pingin memiliki DSLR. Tapi, bagiku kunci rasa 'pingin; itu ada pada “KEIMANAN”. Cukuplah kita tawakal menggantungkan setiap urusan kepada Allah bahwa “rizki itu tak akan kemana”, percayalah!

Menginginkan dan bisa memiliki DSLR memang bukan sebuah janji, namun melalui ketawakalan akan janji Allah tentang rizki yang sudah Allah jamin, tidak ada salahnya jika diri ini menginginkan DSLR, terlebih misi memiliki DSLR adalah 'photografy for Da'wah'.

Hal yang mungkin di kata orang 'punya DSLR itu mustahil', sejatinya itu adalah perkara yang dekat dengan kita ketika kita mau bertawakal kepada Allah dan selalu optimis untuk bisa memilikinya.

Waktu begitu cepat bergulirnya, hingga tiada yang menyangka, dan rizki Allah pun datang secara tiba-tiba.

Kala itu malam sabtu, adikku yang berada di seberang pulau sana memberikan kabar dengan inti redaksinya begini,

“Mbak jadi pingin beli kamera?” 

Ku sambut seruannya dengan mengiyakannya bergaya ala 'orang dingin' menahan kehebohan namun dalam hati sesungguhnya sampai sulit diungkapkan dengan kata-kata. Tak lama kemudian dia pun membalas via sms,

“Besuk uangnya ku transfer Mbak”.

"Deggg!" jatung ini rasanya semakin kuat memompa aliran darah..Masya Allah mimpi apa semalam, ini benar-benar Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu, dan sungguh tiada menyangka secepat itu pula Allah tandakan kepadaku untuk memiliki DSLR, dan benar "rizki itu tak akan kemana".

Karena aku tak memiliki ATM, dia pun menyarankanku untuk meminjam ATM milik Bunda. Waktu kian cepat berlalu, hari yang dijanjikan untuk menransfer pun tiba saat malam minggu. Malam minggu ini aku ada agenda Mabit (Malam Bina Takwa), maka aku pun izin kepada Bapak dan Ibunda untuk bermalam di rumah binaan (Rumbin). "Alhamdulillah, mereka mengizinkanku semoga Allah membalas kebaikan mereka berdua dengan sebaik-baik balasan. Aamiin. Tiada terlupa aku pun meminta izin meminjam ATM milik Bunda.

Sabtu pagi ini, aku menargetkan nanti malam bada' magrib aku berazzam akan membeli DSLR. Maka sabtu pagi itu juga aku direkomendasikan adik untuk terlebih dulu survei-survei ke beberapa toko tempat penjual kamera. Ternyata antara toko satu dengan toko yang lainnya yang saling berdekatan sudah memiliki harga yang berbeda. Ada lima tempat yang berhasil ku sasar pagi itu. Menanyakan akan tipe-tipe, kualitas dan budget harga tentunya. Usai memutari kota Jogja, saatnya berangkat mengikuti agenda Mabit.

Siang berlalu, sore berlalu, aku pun ingat Adik sore ini menjanjikan akan menransfer uang. Ku sms dia, 


“Dik jadi ditransfer kah?”, mungkin hati ini sudah tiada sabar. Tak lama kemudian akhirnya dia membalas smsku,

“Belum Mbak, ATM di sini lagi pada eror” balasnya.

“Oh yaudah Dik” balasku, ini sedang menguji kesabaran.

Aku membatin, mungkin harus nunggu beberapa jam lagi. Aku pun berusaha sabat akan mencoba menghubungi dia nanti, mungkin saja Adik bisa nransfernya nanti malam.


Malam telah tiba, artinya target berazzam membeli DSLR bada' magrib terlewatkan sudah. Adanya tetap sabar dan terus jalin ketawakalan kepada Allah, rasa bergantung itu hanya kepada Allah, Allah Yang Maha Berkuasa.


Malam hari mulai lagi ku sapa si Adik, 


“Dik, sudah jadi ditransfer”. Jawabnya, 

“Di sini Ujan Mbak, ATM eror”, singkatnya.

Ya yang pada intinya dia tidak jadi mentransfer uang hari itu. 

“Oh yaudah dik, jaga kesehatan ya”. Balasku dengan perasaan yang harus mencoba tetap bersabar.

Malam pun tiba, sesi acara Mabit adalah CDC (Cerita dengan Cinta), ini seru acaranya. 


Malam semakin larut, kami pun menarik selimut tidur, dan bersiap menyambut hari esok.

Mentari pun hadir seperti mengintip malu-malu di ufuk Timur sana, kehadirannya 
menghangatkan buminya Allah.

Pagi hari sejatinya selalu kabar gembira karena Allah selalu memberikan bukti akan “Rizki itu tak akan kemana”.

Ahad pagi tersebut Adikku berkabar,

“Sudah ku transfer Mbak”.

Pekikan takbir...."Takbir! Allahuakbar!"

"Benarkah???"


"Adik seriuskah???"

Maha besar Allah yang menjamin rizki bagi setiap hamba-hamba-Nya. Ucapan takbir itulah yang bisa mewakili semua ini.

Sekitar pukul 08.00 aku mengawali menyusuri toko kamera yang kemarin sempat ku survei. Bisa bertepok jidat ternyata pagi ini tak ada satu pun toko kamera yang buka. Aku pun berfikir, “Oh iya, ini kan hari minggu”. Aku pun membalikkan arah motor dan kembali menuju rumbin tempat mabit kami semalam. Segeralah berkemas seraya mengambil leptop karena hari ini ada acara Aksi Tarhib (menyambut) Ramadhan. Alhamdulillah nikmat dan senang rasanya bisa bertemu dengan sahabat muslimah lainnya bisa bersama-sama menyambut Ramadhan dengan riang gembira.


Usai acara aksi, aku berjalan melaju kembali ke Rumbin, karena siang ini harus bertemu dengan adik angkatan yang mereka punya semangat mengkaji Islam yang Wow..Masya Allah. Semoga Adik-adik bisa istiqomah mengkaji Islam yaa. Aamiin

Sore harinya aku kembali mengendakan mendatangi toko kamera. Aku susuri lagi, ternyata toko yang kemarin sempat ku survei masih juga tutup. Beranjak ke toko kamera yang lainnya, "Alhamdulillah" sudah ada yang buka. Ku belok kanan memutar arah dan mencari ATM terdekat. Mencari ATM pun ternyata butuh mengenali medan juga, akhirnya muter-muter jalan jogja untuk mencari ATM, akhirnya ketemu juga dengan ATM yang dimaksud. Masuk ke ruang ATM, mengeluarkan card, memasukan card dan memencet empat digit password. Singkat cerita, endingnya aku hanya tidak bisa mengambil semua uang yang ditransferkan karena ATM hanya bisa maksimal empat kali pengambilan.

Ya sudah, langsung saja cabut menuju toko kamera. Di sapalah di sana dengan ramah oleh mas-mas penjaga toko. Mas penjaga tokonya mengeluarkan Kamera DSLR D5100, mulai dibukakan di dalam lemari kaca dan D5100 dikeluarkan. Dibukalah plastik pelindungnya, mulai dipasang baterai dan memory cardnya. “Silahkan kalau mau Mbak coba dulu”, kata penjaga toko itu.

“Oh iya boleh”. Rasanya 'Alhamdulilah' DSLR berhasil terpegang di kedua tangan ini.

Satu kata yang bisa mewakili terwujudnya celotehan akan keoptimisan memiliki DSLR hanya dengan takbir, “Allahuakbar! Allah Maha Besar, rizki itu tiada yang menduga. Melalui wasilah (sarana) Adiklah rizki itu sebagai perantaranya. Yang jelas Rizki itu memang sudah Allah tetapkan kepada setiap makhluk ciptaan-Nya.

Mendapatkan amanah DSLR ini adalah pinjaman dari AllahTa'ala, tiada yang perlu dibanggakan cukuplah Allah yang kita puji. Bisa memiliki DSLR pertanda kita bisa menjagai amanah tersebut. Semoga amanah memiliki DSLR ini bisa dijalankan dengan sebaik-baiknya. Aamiin, Bismillaah…

Alhamdulillah, Subhanallah, Allahuakbar, terlantun shalawat kepada Rasulullah saw. Teruntai syukron wa jazakumullahu khairan katsiron kepada Ibun, Bapak, my lovely brother, kepada sahabat-sahabat yang pernah meng”aamiin”kan doa saya. Betul Allah kini telah mengabulkan doa-doa sahabat-sahabat semuanya.


Kepada Mbak Tika, Mbak Ani, Mbak Ryang, Mbak Mitri, Mbak Puspita, Mbak Erie, Mbak Ulin, Dik Nila, Kak Novita M Noer, Kak Erlida, Dik Rizka, Mbak Ririn, Dik hani, Dik Ina, Ukhti Niken, Ukhti Mut, dik Dini, Kak Jum, Dik Umi Rahayu, Dik Imas, Dik Mila, Dik Rahma, Dik Kania, dik Ayhu Asri, Ukhti Lastri, Dik Rike, Mbak Lida, Dik Ulfa, Ummi Nurlela, Bu Unce, Kak Andrealica N, Khola Eres, Kak Rindy, Dik Annisa, Kak Artika, Kak Citra, Kak Meyra, Dik Gadis, Member Grup Pelukis Cahaya Khilafah, Grup Komunitas Belajar Nulis yang mendoakan dan banyak lagi yang satu persatu tidak bisa saya sebutkan saking banyaknya yang mendoakan, Alhamdulilah tsumma Alhamdulillah. Tanpa kekuatan doa dari semuanya, mungkin bisa jadi DSLR ini belum menjadi amanah pribadi saya.

Yang sudah menyempatkan membaca, semoga menginspirasi dan ikut berpekik takbir.
Allahuakbar! \(^__^)


Mari gabung juga ke page Komunitas Muslimah Fotografi Indonesia :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami