Oleh : Ukhtyan Muhibbah Firdaus
Firda, sebut saja itu panggilanku, Kebiasan sejak kecilku adalah bermain
dengan adikku laki-laki dan teman-temannya. Sematan cewek tomboy mulai melekat hingga
aku duduk di bangku SMP. Hobi basket, Tae Kwon Do, dan menjadi Basis band
sekolah pun semakin menguatkan julukan tomboy itu. Siapa yang menyangka menjadi
cewek tomboy ada juga yang naksir, di SMP yang bercat pink ini ada teman
laki-laki yang mengungkapkan rasa sukanya padaku. “Nampaknya aku salah dengar
deh!”
Ternyata aku tidak salah dengar, dia memang mengungkapkan itu benar
adanya. Pengungkap virus merah jambu ini adalah teman bandku sendiri. Sejenak
saja ku dengarkan ungkapan itu dan tidak ku tindaklanjuti (menolak).
Beranjak SMA, aku mulai tumbuh dewasa meski masih sangat awam dengan
pelajaran, terlebih ajaran agama. Tak jauh dari hobiku saat SMP, aku masih suka
dengan basket meski tak begitu aktif lagi, nge-band, dan berorganisasi. Pada
malam api unggun saat duduk di depan kelas XA ada teman satu kelasku menyatakan
cintanya padaku. Lagi-lagi, aku hanya mendengarkannya saja tanpa tindaklanjut. Diluar
prediksi, si cowok ini kemudian menjabat wakil ketua osis kedua saat aku
menjadi ketua osis. “Yah, anggap saja angin lalu”.
Ada lagi, kakak angkatan yang mengutarakan rasa sukanya padaku, aku
sendiri memang tidak mau pacaran. Nekatnya, kakak angkatan tadi mau membuat MoU
alias “perjanjian” yang MoU tersebut adalah kelak dia akan menikahiku.
Untunglah MoU itu tidak jadi dibuat. Walhasil sampai detik menulis ini aku
masih single [21/11/13].
Semenjakku dikenalkan dengan seorang Ustadzah, disanalah aku mulai
merevolusi diri bak ulat seram bermetamorfosis menjadi kupu-kupu cantik “180 derajat”
hidupku kini telah berubah. Besarnya rasa ingin tahu menghantarkanku pada keseriusan
mengkaji Islam sepaham-pahamnya. Disana aku mendapatkan pencerahan sehingga
membuatku berbenah kepribadian dan berhijab (kerudung dan jilbab). Paradigma “keren”
pun kini telah bergeser, bukan lagi keren yang tersemat pada tomboy, bisa basket,
bisa ngeband atau bisa silat. Tapi, “KEREN” itu adalah ketika kita mau
menaatkan diri kepada aturan Sang Pencipta kita. Nah, bagiku jomblo itu
keren ketika kejombloannya dijalani dalam rangka taat kepada Allah.
Jomblo itu juga seru lho? “Beeeeeh…”
kita tahu godaan diluar sana sudah sangat menggila, dari gombalan tingkat dewa,
hingga mendadak rayu berpuitis ria. Bayangkan betapa serunya jika kita bisa
menjagai dan menamengi diri dari godaan setan saat berinteraksi dengan lawan
jenis. Perisai yang digunakan pun adalah dengan menundukan pandangan dan
menahan nafsu dengan berpuasa. Parahnya, bagi yang tidak tahan “tantangan seru”
ini banyak saudara kita yang terjerumus dalam dekapan setan berlabel pacaran.
Padahal tahu sendiri, dari pacaranlah kedua pelakunya terseret gaul bebas yang berbuah
sengsara dunia akherat. “Ngeri deh pokoknya!”
Saatnya menjadi jomblo terhormat! Jomblo
terhormat adalah jomblo yang tidak bisa sembarangan disentuh oleh khalayak umum
(non mahram) tapi jomblo yang bisa menjagai kehormatannya hingga ada seseorang
yang berani menemui sang walinya dan mengucap ijab-qabul padanya. Terlantun
merdu disekitarnya berucap “SAH….SAH…..SAH”, telah terkabar halal menjadi
pendamping hidupnya.
Siapa
bilang jomblo itu tidak seru?
Siapa
bilang jomblo itu tidak keren?
Siapa
bilang jomblo itu tidak terhormat?
Menjadi jomblo itu seru, keren dan tentunya terhormat,
asalkan kita mau istiqomah berdakwah dan mencari ilmu Islam Kaffah, true?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami