Sebuah kisah nyata yang pernah ku dengar saat bertemu
dengannya. Sebut saja namanya Muslimah. Kak Muslimah dulunya adalah seorang
pengemban dakwah. Dia adalah kakak angkatan muski kita berbeda kampus aku bisa
mengenalnya pada pertemuan pada pengajian Islam. Pada saat ini ada forum dimana
saat ini Kak Muslimah yang sudah lama pulang ketempat tinggalnya main ke Jogja.
Sebut saja daerah asalnya daerah Bangka Belitung sana yang jauh dari keramaian.
Memang ia dulu adalah anak rantau, namun setelah ia lulus maka ia kembali ke kampung
halamannya.
Sudah cukup lama ku tak manemuinya, dan Alhamdulillah bisa
bersua dengannya ketika ia hadir dalam pengajian yang biasa diadakan di
kampusnya. Setelah beberapa tahun tidak bertemu Kak Muslimah diberikan
kesempatan untuk menceritakan bagaimana kabarnya setelah lama tidak bertemu dan
kondisi dakwahnya bagaimana. Begitu lumayan panjang dia bercerita namun ada
kisah yang patut kita ambil pelajarannya.
Pada masa kampusnya kak muslimah adalah aktivis dakwah kampus,
sangat gesit, semangat, PeDe, dan tahan banting (hehe..kayak apa aja). Sosok
tangguh mungkin yang bisa disematkan, karena orangnya begitu enerjik, dalam
menyampaikan ide islam pun ia tak pernah ada kata putus asa, muski itu kepada
para mahasiswa atau kepada para dosen sekalipun. Dipadat-padatnya waktu pada masa
itu ada kiranya terbetik perasaan kak Muslimah saking sibuknya agenda dan
aktivitas dakwah dan tentu kuliah juga tidak tercecer ia terfikir “Kapan ya
bisa libur dakwah?”. Melihat memang jadwal kak Muslimah padat dan full luar
biasa.
Selalu ia lalui dan berjalan segala amanahnya, singkat
cerita. Disingkat saja ya ceritanya, biar langsung tahu intinya..hehe
Setelah ia pulang karena sudah menyelesaikan kuliahnya di
Jogja maka ia pulang ke Bangka Belitung, ketempat asalnya yang jauh dari
keramaian tadi, bahkan untuk pengajian saja butuh waktu 5-6 jam. Sesampai ia
pulang dikampung halamannya, ia mendapati
kondisi yang jauh berbeda dengan jadwal padatnya yang awalnya di kampus
sekarang langsung terjun di masyarakat, yang biasanya ia bergiat dan banyak
amanah dakwah kini ia benar-benar seolah menghadapi “Libur Dakwah”. Woow…mengerikan,
mengapa hal ini bisa terjadi? Ia merasakan sepi amanah dan berat gerak dakwah
di masyarakat, karena sulitnya memahamkan orang. Diruang muhasabahnya kak
Muslimah meneteskan air mata karena ia teringat semasa sibuknya dulu dalam
dakwah kampus pernah berkata “Kapan libur dakwahnya, ya?”. Sesenggukannya
mengingatkan pada pintanya dulu, apakah ini adalah sebuah jawaban dari Allah
ketika dulu ia meminta untuk diliburkan dalam dakwah?. Masyallah, ini
mengerikan, ia merasakan libur karena di kampung halamannya sangatlah sulit dan
jauh dari acara pengajian.
Jangan berharap libur dakwah, karena dakwah adalah poros
kehidupan yang tak bisa diliburkan.
Jangan mengeluh berharap libur dakwah
Semoga saja kita tidak menjadikankan demikian, Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami