Sunyi, berbisik lirih hembusan angin malam terdengar. Detikan jam
berdetak, menandakan waktu yang bukan lagi siang, namun senyap tengah malam. Ingin
rasanya malam ini ku tak tidur. Mengingat masih banyak amanah yang belum
terlaku dengan baik terjalani. Ku jadi teringat akan perkataan seseorang bahwa “kewajiban kita
lebih besar daripada waktu yang disediakan”. Masih banyak hal yang terus dan
terus harus kita kejar dan kerjakan. Bukan mengejar untuk sebuah materi, namun sebuah
kebahagiaan hakiki. Mengingatkan jika kita saat ini adalah sebagai seorang mahasiswa Muslim
tentu memiliki kedudukan pada beberapa posisi kewajiban yang diantaranya adalah
:
1.
Menjadi
pengemban dakwah
2.
Menjadi
anak dari kedua orangtua
3.
Menjadi
mahasiswa
4.
Menjadi
adik dari kakak kita
5.
Menjadi
kakak dari adik kita
6.
Menjadi
tetangga dari tetangga kita
7.
Dan menjadi
lain sebagainya
Adakalanya ketika kita hendak melakukan sesuatu yang kita inginkan
dan terbesit oleh fikir namun tak segera kita lakukan. Hal itu hanya akan
menjadi penundaan yang akan berbuah suatu masalah. Maka orang akan cenderung
lebih pusing karena tidak melakukan sesuatu yang ia fikirkan daripada mereka
yang segera melakukan apa yang telah ia fikirkan.
Jujur saja segala apa yang dilakukan kini nampaknya menjadi hal
yang jauh dari suatu keidealan. Selalu ada target, selalu ada rencana, namun
kiranya itu akan menjadi khayalan semata jika tanpa aksi nyata.
Maka jika aku bisa, aku kan lebih memilih untuk tidak tidur malam ini.
Memang betul bahwa kehidupan ini selalu dihadapkan pada ujian yang memiliki dua
potensi. Jika kita mampu menghadapinya dengan keistiqomahan dengan menundukan
segala potensi yang kita miliki dengan keimanan maka kita menjadi bagian orang
yang ditinggikan derajatnya dihadapan Allah, namun jika ujian tersebut tidak kita
hadapi dengan kesabaran atau terlepas dari keistiqomahan maka akan menjadi
boomerang kenistaan. Naudzubillah…
Syukurilah, wahai saudariku Allah sungguh menyayangi kita. Ketika
kita diberikan potensi kehidupan adanya rasa lelah, rasa letih dan lesu serta kantung
mata dan uapan angin ngantuk memberikan porsi sendiri yang sejatinya “baik
buruknya” Allah memberikan rasa letih itu karena hanya Allah yang Maha Tahu.
Jika kita memang mengantuk butuh rehat sejenak, maka berehatlah. Aku pun
mengkuatirkan akan terjadi pendzaliman kepada tubuh diri masing-masing. Namun
jika engkau kuat, dengan kerelaan dan antisipasi kesanggupan maka tak menjadi
apa, asal tak mendzalimi dengan segala upaya kita.
Subhanallah…aku ingin bisa seperti mereka yang bercermin kepada Rasulullah sallallahu'alayhi wasallam dan para sahabat yang menjadikan waktu dan
ruangan kehidupannya berbalut pada pundi-pundi pahala. Sungguh…hingga letihnya
membuat mereka lega dan puas karena menggunakan waktunya untuk berkorban di
jalan Allah. Dijalan “DAKWAH” segalanya mereka curahkan. Bayangkan, ketika yang
lain sudah tidur, ia masih belajar untuk mempersiapakn mengisi pengajian esok
hari. Ketika yang lain sudah terlelap para letihnya aktivitas, mereka masih
kuat untuk mendekat kepada Allah dengan amalan ibadah nafilah malamnya. Sungguh
ku ingin seperti mereka.
Bahkan ku selalu senang mendengarkan akan ceritanya akan mimpinya
pun adalah aktivitas dakwah. Mimpinya adalah dalam rangka berdakwah menyampaikan dan
menyadarkan umat dengan Islam, mengisi kajian yang mencerahkan umat,
mengeluarkan umat dari kubangan sistem kufur-demokrasi dan mengembalikan
kembali kejayaan Islam dalam bingkai Khilafah. Senyum simpulnya mengajari
ketegaran bahwa benar, sebuah pilihan meniti jalan ke Surga bukan harga yang
murah dan itu mahal wahai saudariku. Kemahalannya hanya akan bisa terbeli
ketika kita mengenali Islam dan Islam mendekat serta membeli jiwa dan raga
kita.
Jogja, 15 maret 2013 12.13 am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami