Jangan terburu-buru!
Instrupsi, sembari menganggakat tangan Nabila mencoba
memberikan penengahan. Suasana diskusi kelas yang bersitegang pembahasan mengenai solusi masalah negeri ini.
Awalnya Zahra
memberikan argumennya “semakin bertambahnya jumlah perempuan bekerja saat ini,
tidak mengurangi angka kemiskinan.”
Vidia menyanggah “nah! kalo semisal para perempuan itu tidak pergi kerja, bukannya malah makin nambahin jumlah angka kemiskinan ya neng?”, kalau menurutku, karena ada beberapa perempuan yg "rela" keluar untuk bekerja, jumlah kemiskinan tidak bertambah parah
Nabila mulai berbicara, “Berbicara fakta saat ini. Memang banyak perempuan keluar rumah (untuk bekerja) guna meningkatkan kemiskinan. Yang mana perihal ini dipandang sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan finansial ataupun untuk kesejahteraan. Perlu kita sadari bahkan pengkondisian perempuan keluar rumah tersebut disebabkan karena tekanan sistem ekonomi kapitalis global yang membuat keadaan memiskinkan rakyat Indonesia secara struktural. Nah sedangkan permasalahann ekonomi saat ini sesungguhnya tak terlepas Sistem ekonomi saat ini yg diadopsi yakni sistem ekonomi kapitalis. Yang esensinya merupakan anak pinak bagian cabang dari sistem ideology kapitalisme.
Maka jika anti berpendapat bahwa dengan “perempuan keluar dan bekerja jumlah kemiskinan tidak bertambah parah” saya rasa kita bisa menjawab dengan mengindera fakta saat ini. Angka kemiskinan negeri ini semakin tahun bukannya semakin berkurang tetapi justru bertambah. Memang tidak dipungkiri dengan bekerja ada hasil tambahan dan bisa keluar dari kemiskinan akan tetapi kondisi ini hanya dialami oleh segelintir orang semata. Perkara ini, sejatinya perlu kita kaji secara mendalam "tidak cukup dilihat dari apa yang bisa kita indera tetapi juga menangkap skenario apa yg berada dibalik fakta)
Padahal apabila kita mau berfikir cemerlang tidak sekedar mendalam tetapi juga menyeluruh kita akan menemukan “apa yang menjadi akar masalah saat ini” yakni sistem sekuler yang merupakan landasan ideology kapitalisme memback up sistem ekonomi sekarang. Untuk itu solusinya perempuan keluar rumah hanya menyelesaikan masalah sebentar saja namun dilain sisi masih menempuk segudang banyak masalah. (misal pendidikannya, politiknya, pergaulannya, keamanannya, dsb)
Bolehkah ku berkisah, bisa dijadikan sebagai analogi :
Di suatu daerah yang mana daerah tersebut terletak di bawah bukit yang mana diatas pemikiman tersebut terdapat bendungan air yang luas. Dari Bendungan Air tersebut pemukiman tersebut terpenuhi segala kebutuhan hidupnya, penduduknya kaya, makmur dan sejahtera.
Namun ternyata tak semua penduduk memiliki kepribadian yang baik ada saja ada oknum-oknum penduduk yang tidak menyukainya adanya bendungan tersebut. Sehingga mereka berusaha untuk menghancurkan bendungan tersebut dengan cara meruntuhkannya dengan BOM.
"DuuuuaaaARRR..BooooOOmmm!!!
Seketika Bendungan tersebut jebol, tak kuasa air pun deras meluap membanjiri pemukiman dibawah bukit. Masyallah..luluh lantah kondisinya, pohon-pohon pada tumbang, sarana prasaran tak lagi bisa dimanfaatkan sewajarnya. Sungguh, membuat kerusakan yang amat hingga air pun mulai masuk air pada celah-celah pintu, jendela, ventilasi dan bagian lubang pada bagian rumah-rumah.
Orang-orang penduduk, dan setiap rumah berfikir "apa yang seharusnya dilakukan untuk mengeluarkan air yang masuk, bagaimana cara membersihkan air bah yang membanjiri terus?" Tampak sekeluarga bergegas mengambil gayung/ember untuk menguras air yang datang dari atas. Berulang-ulang kali si empunya rumah menggayungi air yang setiap detik masuk ke celah-celah, dan ini terus mereka lakukan. "Menggayung dan mengeluarkan, menggayung dan mengeluarkan keluar rumah."
Namun apa daya ternyata upaya pengayuangan ini tak kunjung usai menyelesaikan masalah air yang masuk kedalam rumah karena air dari atas terus mengalir dan terus-terus menimbulkan masalah.
Dari ilustrasi diatas dapat kita analogikan bahwa, penduduk (sekeluarga) yang berupaya mengeluarkan air dengan gayung adalah solusi parsial yang bisa mereka lakukan saat itu juga untuk menyelesaikan masalah air yang masuk ke rumah dan terlihat kjelas ada didepan mata mereka. Akan tetapi usaha ini sifatnya parsial (hanya sementara). Selain tenaga terkuras habis untuk beratus-ratus kali menggayung air bah tak kunjung selesai membanjiri.
Back to topik>> upaya perempuan keluar kerja untuk mengentaskan kemiskinan itulah solusi parsial yang bisa mereka lakukan itu juga karena memandang masalah ekonomi. Sedangkan harusnya yang dilakukan oleh penduduk tadi adalah "Mari para penduduk kita saling bergotong-royong bersatu padu menyatukan visi,pikiran untuk membangun kembali bendungan besar tersebut, muski sulit tapi bukan berati kita tidak bisa, pasti kita bisa membangun kembali “bendungan” tersebut. (Sambutlah seruan ini)
Analoginya :
Bendungan= Khilafah
Air= Masalah-masalah cabang kehidupan
Menggayung=Memberikan solusi sebagian (parsial)
Penduduk=manusia
Pada intinya, bahwa upaya perempuan keluar rumah untuk bekerja adalah solusi parsial yang tidak memberikan penuntasan pada segala masalah. So, butuh solusi tuntas dengan tegaknya sistem ekonomi Islam dalam bingkai Khilafah.
Vidia “Mbak Nabila,
itumah solusi jauh, cobalah berfikir realistis.”
Bagi saya ini adalah solusi yang realistis, lihatlah
bendungan yang jebol tadi bukankah pembangunanya adalah langkah kongkrit para
penduduk untuk menyelesaikan masalahnya. Apakah kalau kita sekarang bisa
menawarkan solusi makro bukan alternative solusi praktis? Itu solusi praktis
Vidia. Tegas Nabila.
Sehingga apa yang saat ini sering diserukan kepada khususnya
kaum muslim untuk tegaknya kembali Syariah dalam naungan Khilafah itu adalah
solusi realistis dan solusi praktis untuk segera keluar segera dari segala
masalah yang menimpa. Sehingga bukan berarti solusi makro tegaknya Khilafah adalah
solusi yang jauh, tapi solusi sang saat ini sedini mungkin bisa kita wujudkan
dan ini tidak jauh. Jangan terburu-buru!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami