Anda pusing atau pusing, keluar dari seminar
multikulturalisme dikaitkan dengan fundamentalisme dan radikalisme, kok
muter-muter pembahasannya, dan tidak sinkron antara "apa masalahnya, dan
apa solusinya"
dan memang perlu disadari dari dulu seminar
Multikulturalisme tak ada solusi yang betul-betul bisa dijalankan untuk bisa
mewujudkan perdamaian.
Perdamaian pun didefinisikan bias, hidup rukun antar umat
beragama. Tapi saya rasa tidak juga. Faktanya saat ini saya dan teman saya yang
dia agamanya katholik, kita hidup rukun tidak ada masalah. Tapi kok hati ini
juga tidak damai. Bagaimana tidak.
Ekonomi
Jujur saja sebagai wong cilik saya itu gelisah,tidak damai
hatinya, melihat harga-hargoket tinggi, ditambah sebentar lagi listrik jumau
naik, BBM muski tertunda naik siap-siap juga dikejutkan jika naik, eh belum
lagi saat ini mau lulus sekolah saja prosedurnya ribet. Ditambah lapangan
pekerjaan yang lapang alias sempit.
Jikalau pun dapat pekerjaan pun itu gajinya juga cuma sedikit, jadi teringat
ketika ibu dan ayah buruh
ada pula alih-alih solusi, salah kaprah diarahkan pada
"dialog antar umat beragama" kalau yang dibahas dalam rangka dialog
mendiskusikan jalan keluar dari masalah kehidupan misal kemiskinan,kebodohan,
keterpurukan saat ini mahtidak apa-apa. Misal : Agama Kristen menyodorkan
solusi sistem ekonomi Kristennya,sehingga ekonomi Sekarang bisa keluar dari
jera-jerat ekonomi neo liberal. Misal Hindu menjelaskan konsep sistem ekonomi
hindunya, dan Islam menjelaskan sistem ekonomi Islamnya. Tapi kalau yang
didialogkan tentang landasan keimanan itu yang berbahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan pesan-pesan Anda untuk Kami